Menyambut Tukik di Derawan  

Reporter

Editor

Senin, 5 Juli 2010 09:39 WIB

sxc.hu

TEMPO Interaktif, DERAWAN -- Muhammad Yusuf mengendap-endap di pesisir pantai Pulau Derawan, Kalimantan. Pada Jumat dinihari dua pekan lalu, Yusuf, yang sedang berpatroli, mendapati seekor penyu hijau yang hendak bertelur. Berbekal sebuah senter dan ember, pria 29 tahun itu mengikuti penyu itu.

Setelah tertatih-tatih menentukan tempat, penyu yang sudah "kelebihan muatan" tersebut akhirnya menemukan satu titik yang menurutnya nyaman untuk bertelur. Pada sebuah pantai yang landai, penyu itu berusaha menggali lubang dengan dua kaki belakangnya. Saat lubang dianggap cukup besar untuk tubuhnya, penyu itu kemudian "berendam" di pasir untuk bertelur. Selama satu jam menetaskan telur, kura-kura laut itu kemudian menutup calon anak-anaknya dengan pasir lalu kembali ke laut.

Sepeninggal si ibu penyu, kini giliran Yusuf melakukan tugasnya. Dengan sigap, petugas pelestari penyu dari Program Bersama The Nature Conservancy (TNC) dan World Wide Fund (WWF) di Pulau Derawan ini menggali pasir yang menutupi 145 butir telur yang dikeluarkan penyu tadi. "Telur-telur ini harus diselamatkan," katanya.

Tangannya dengan cekatan memindahkan telur tersebut ke dalam sebuah ember untuk kemudian dipindahkan ke tempat penetasan yang lebih aman atau hatchery. Selain melindungi telur penyu dari perburuan manusia, hatchery melindungi calon bayi penyu itu dari pemangsa alaminya, seperti kepiting, burung, dan tikus.

Menurut Yusuf, yang sudah dua tahun tinggal di Pulau Derawan, hampir setiap malam ada penyu yang menetas di pulau itu. "Tapi sekarang rata-rata hanya tiga hingga empat ekor per minggu," ujar pria kelahiran Malang, Jawa Timur, ini. Selama proses penetasan, Yusuf hanya mengawasi dari kejauhan. Maklum, penyu adalah binatang yang sangat "pemalu". "Penyu itu sensitif terhadap cahaya dan suara," kata Yusuf. Jika ada sedikit saja yang mengganggu, penyu batal bertelur.

Advertising
Advertising

Manager Coral Triangle Support Program TNC Rudyanto mengatakan Kepulauan Derawan adalah daerah peneluran penyu hijau terbesar se-Indonesia. Kepulauan yang terdiri atas 31 pulau itu memiliki beberapa pulau utama yang menjadi tempat bertelur penyu, antara lain Derawan, Sangalaki, Mataha, dan Belambangan.

Selain penyu hijau alias Chelonia mydas, di kepulauan ini terdapat pula jenis penyu yang lebih langka, yakni penyu sisik atau Eretmochelys imbricata. "Data jumlah populasi penyu sulit dihitung, tapi yang jelas jumlahnya terus menurun drastis," kata Rudy.

Penyebab utama turunnya populasi penyu, menurut dia, adalah adanya pengambilan telur secara ilegal. Bisnis telur penyu memang menggiurkan. Sekali bertelur, penyu akan mengeluarkan 150 sampai 170 butir telur, dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu per butir. Selain diburu telurnya, penyu diburu untuk diambil cangkang penutup bagian atas atau karapasnya. Karapas penyu sisik dengan panjang lebih dari 70 sentimeter biasanya dihargai lebih dari Rp 1 juta.

Menurut Yusuf, penyu menjadi salah satu daya tarik wisatawan ke pulau itu. Turis domestik maupun mancanegara biasanya ingin melihat penyu bertelur atau tukik (bayi penyu). "Wisatawan kecewa jika tak ada penyu yang bertelur," ucap dia. Kesadaran masyarakat dalam melakukan pelestarian penyu juga masih kurang karena merasa dirampas sumber penghasilannya.

Kendati telah diawasi, perdagangan telur penyu serta aksesori yang terbuat dari penyu masih dapat ditemui dengan mudah di Kepulauan Derawan. "Mitos bahwa telur penyu bisa menjadi obat segala macam penyakit menjadi penglaris," kata Yusuf. Dia berharap wisatawan yang datang ke pulau itu menolak membeli segala sesuatu yang berasal dari penyu. Pulau Derawan, yang memiliki luas 44,6 hektare, mestinya menjadi tempat ideal bagi penyu untuk menetaskan telur-telurnya. Namun sayang, sekarang separuh dari wilayah pulau ini sudah dijejali sarana wisata bagi para pelancong.

Kini Yusuf telah selesai memindahkan telur penyu ke hatchery. Telur-telur itu diperkirakan menetas dua bulan kemudian. "Setelah menetas, tukik akan dilepas ke lautan," katanya semringah. Yusuf yakin suatu saat tukik-tukik itu akan datang lagi ke Belambangan. Pasalnya, binatang itu memiliki sifat yang unik, selalu beranak-pinak di tempat dia ditetaskan.

FAMEGA SYAVIRA PUTRI

Berita terkait

World Solar Challenge 2015, Mobil Surya ITS Masuk 10 Besar

30 Oktober 2015

World Solar Challenge 2015, Mobil Surya ITS Masuk 10 Besar

Mobil yang diberi nama Widya Wahana V (WW-5) ini berhasil menempuh jarak sejauh 1638 kilometer dan berhasil menempati posisi ke-7 dari 12 peserta.

Baca Selengkapnya

Berkat Yoghurt Kadaluarsa, Siswa MAN I Yogyakarta Jadi Juara

21 Oktober 2015

Berkat Yoghurt Kadaluarsa, Siswa MAN I Yogyakarta Jadi Juara

Roqi Reflanska Bintang Mahardika, pelajar Madrasah Aliyah Negeri I Yogyakarta, berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia.

Baca Selengkapnya

Karya Anak Indonesia Raih Juara di Polandia

20 Oktober 2015

Karya Anak Indonesia Raih Juara di Polandia

Ethan Daniel Lee memenangkan the 18th International Childrens and Young Peoples Art Competition untuk kategori karya seni anak usia 5-7 tahun.

Baca Selengkapnya

Kompetisi di AS, Telkom University Bawa Aplikasi Puskesmas

14 Oktober 2015

Kompetisi di AS, Telkom University Bawa Aplikasi Puskesmas

Kompetisi ini juga melombakan penampilan budaya.

Baca Selengkapnya

Atasi Masalah Sapi Perah, Mahasiswa UB Kembangkan Alat Ini  

26 September 2015

Atasi Masalah Sapi Perah, Mahasiswa UB Kembangkan Alat Ini  

"Sapi yang terjangkit mastitis akan merugikan peternak seperti penurunan produksi susu"

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pakan Ikan Otomatis, Ini Inspirasi Mahasiswa UII  

13 Agustus 2015

Kembangkan Pakan Ikan Otomatis, Ini Inspirasi Mahasiswa UII  

pemanfaatan alat perikanan modern itu sangat membantu dalam memudahkan petani ikan mengelola usahanya

Baca Selengkapnya

Ciptakan Mobil Listrik, Ini Kelebihan Rakitan Mahasiswa PENS  

8 Agustus 2015

Ciptakan Mobil Listrik, Ini Kelebihan Rakitan Mahasiswa PENS  

Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) menciptakan mobil listrik dengan sistem auto brake (rem otomatis).

Baca Selengkapnya

Kartu Parkir di Fakultas Teknik UNS Layaknya KTP  

22 Mei 2014

Kartu Parkir di Fakultas Teknik UNS Layaknya KTP  

Jika kartu parkir tersebut dicuri dan disalahgunakan, juga lebih mudah melacak jika terjadi pencurian kendaraan bermotor.

Baca Selengkapnya

Peneliti UGM Ubah Limbah Tanaman Jadi Bensin

11 Januari 2014

Peneliti UGM Ubah Limbah Tanaman Jadi Bensin

Arief menguji teknologinya ini ke biomassa dari sisa-sisa tanaman yang berstruktur pejal.

Baca Selengkapnya

Sepatu 3 in 1 Kreasi Siswi Yogyakarta  

16 November 2013

Sepatu 3 in 1 Kreasi Siswi Yogyakarta  

Fitri bisa memamerkan desain itu dalam perhelatan National Young Inventor Award ke-6 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Baca Selengkapnya