TEMPO.CO, Jakarta - Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan alat terapi mastitis (radang kelenjar ambing bagian dalam) bagi sapi perah yang diberi nama "Mastitis Electrical Biomedis" atau "Mastimedis".
Salah seorang pencipta Mastimedis, Rifai, di Malang, Jawa Timur, Sabtu, 26 September 2015, mengatakan ide untuk menciptakan Mastimedis melalui sejumlah penelitian ini berawal dari keresahan peternak terhadap tingginya prevalensi mastitis pada sapi perah yang disebabkan bakteri patogen staphylococsus aureus dan streptococcus agalactiae.
"Sapi yang terjangkit mastitis akan merugikan peternak dalam jumlah cukup besar, seperti penurunan produksi susu, kualitas susu, penyingkiran susu, biaya perawatan dan pengobatan yang juga tinggi, serta pengapkiran ternak lebih awal," kata Rifai, mahasiswa Fakultas Peternakan UB angkatan 2013.
Selain Rifai, empat mahasiswa lain yang bergabung menciptakan alat terapi Mastimedis itu adalah Ahmad Azmi Khoirul (Fakultas Peternakan 2011), Bekti Sri Utami (Fakultas Kedokteran Hewan 2013), Handriawan Junianto (Fakultas Teknik 2012), dan Mohammad Abdul Aziz (Fakultas Peternakan 2014). Penelitian lima mahasiswa tersebut di bawah bimbingan dosen Dr Puguh Surjowardojo.
Rifai mengatakan, jika penyakit mastitis ini dibiarkan pada kelenjar susu sapi, susu yang diproduksi akan ikut tercemar bakteri. Adapun pengobatan yang selama ini dilakukan peternak adalah menggunakan antibiotik, seperti antibiotik dan anti-inflam (mastitis klinis). Sayangnya, dua bakteri penyebab mastitis tersebut mudah sekali resisten terhadap beberapa pengobatan antibiotik.
"Temuan kami (Mastimedis) ini dapat membunuh bakteri patogen penyebab mastitis dengan prinsip elekroporasi, yaitu bakteri akan mati pada frekuensi dan tegangan tertentu. Kami menginovasikan alat ini dengan prinsip elektroporasi, sehingga menghindari penggunaan antibiotik karena antibiotik dapat mengakibatkan residu pada susu yang tidak baik apabila terkonsumsi," ujarnya.
Sebelumnya, telah dilakukan pengujian secara elektronika, uji invitro dan invivo, pada Mastimedis. Alat ini akan terus diteliti dan dikembangkan untuk benar-benar dapat digunakan di semua peternakan sapi perah di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan produksi susu dalam negeri.
"Kami terus melakukan inovasi untuk memperbaiki ciptaan kami ini agar lebih sempurna, sehingga memudahkan peternak dalam menggunakannya dan pada akhirnya bisa membantu peternak meningkatkan produksi susu yang dihasilkan sapi perah mereka, bahkan kualitasnya pun juga lebih bagus," ucapnya.
ANTARA