“Selama ini hampir 90 persen perajin gula menggunakan pengawet sintetis yang berbahaya bagi kesehatan,” terang Karseno, Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Jumat (13/8).
Karseno mengatakan, petani menggunakan bahan pengawet sintetis yang mengandung sulfit dan natrium metabisulfit. Zat tersebut bersifat toksik dan karsinogenik atau merupakan stimulan kanker.
Di pasaran, zat tersebut mudah didapatkan dan dijual dalam merk obat gula Cap Gajah. Karseno mengatakan, obat pengawet tersebut bisa didapatkan dengan mudah oleh perajin gula dengan harga Rp 6 ribu per kilogram. “Selain berbahaya bagi kesehatan, sulfit juga menurunkan kualitas gula. Pasar ekspor pasti akan menolak,” imbuhnya.
Berdasarkan fakta tersebut, kata Karseno, ia melakukan penelitian untuk membuat bahan pengawet alami yang bahannya mudah didapatkan di sentra-sentra perajin gula merah. Bahan alami tersebut diantaranya, daun sirih, buah manggis, kayu nangka, pohon sulatri dan sampan. “Bahan tersebut dicampur dengan rendaman kapur dengan takaran tertentu,” katanya.
Dengan bahan alami tersebut, imbuh Karseno, gula yang dihasilkan warnanya lebih cerah. Selain itu, tekstur gula menjadi keras dan padat. “Rasa juga manis, dan baik untuk kesehatan dan vitalitas pria,” imbuhnya.
Ia mengatakan, gula merah tersebut bisa diekspor karena memiliki kadar air rendah yakni sekitar empat persen. Ke depan, ia dan timnya berencana mengembangkan bahan pengawet tersebut agar bisa digunakan oleh seluruh perajin gula di Banyumas.
Kerseno menyebutkan, Banyumas merupakan penghasil tersbesar gula merah di Jawa Tengah. Beberapa sentra penghasil gula merah di Banyumas diantaranya Cilongok, Somagede, Baturraden dan Pekuncen.
Camat Cilongok, Fatikhul Ikhsan menyambut baik temuan Unsoed tersebut. “Apalagi daun sirih banyak ditemukan di sini,” katanya.
Ikhsan mengatakan, di Cilongok terdapat 150 ribu pohon kelapa. Satu pohon kelapa dalam sehari rata-rata menghasilkan 3 kilogram gula merah.
Ikhsan mengatakan, meskipun Cilongok menjadi sentra gula merah, namun nasib penderes gula masih jauh dari sejahtera. Setidaknya ada 10 ribu petani penderes gula merah dari total 117 ribu penduduk Kecamatan Cilongok.
ARIS ANDRIANTO
Berita terkait
Erick Thohir Berharap Revitalisasi Industri Gula Penuhi Kebutuhan Nasional Jangka Panjang
10 Oktober 2022
Erick Thohir mengungkapkan revitalisasi industri gula dapat memenuhi kebutuhan gula nasional.
Baca SelengkapnyaBadan Pangan Nasional Buat Regulasi Atur Tata Kelola Gula
4 Agustus 2022
Badan Pangan Nasional akan membuat regulasi tata-kelola gula untuk memperkuat industri gula nasional.
Baca SelengkapnyaLebih dari 50 Persen Pasokan Gula RI Masih Tergantung Impor
4 Agustus 2022
Badan Pangan Nasional mencatat kebutuhan total gula secara nasional mencapai 7,3 juta ton per tahun.
Baca SelengkapnyaKeluhkan Kelangkaan Gula Rafinasi, Pelaku Industri Surati Gubernur Jawa Timur
8 Maret 2021
Pelaku industri makanan dan minuman Jawa Timur menyurati Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengeluhkan kelangkaan gula rafinasi.
Baca SelengkapnyaAwasi Distribusi Gula, Mendag Gandeng Satgas Pangan dan DPR
11 April 2020
Mendag Agus Suparmanto bersama Satgas Pangan dan Komisi VI DPR secara intensif mengawasi industri gula.
Baca SelengkapnyaFaktor Cuaca dan Lahan, Produksi Gula Diprediksi Tak Capai Target
13 Februari 2020
Asosiasi Gula Indonesia memperkirakan produksi gula tahun ini turun 10 persen dibandingkan 2019.
Baca SelengkapnyaKementerian Pertanian Adukan Majalah Tempo ke Dewan Pers
9 September 2019
Laporan investigasi Majalah Tempo edisi 9-15 September 2019 bertajuk "Gula-Gula Dua Saudara" dinilai menyudutkan Kementerian Pertanian.
Baca SelengkapnyaMendag Ancam Cabut Izin Pabrik yang Jual Gula Rafinasi ke Pasar
6 Agustus 2019
Menteri Perdagangan Enggarsito Lukita mengancam akan mencabut izin perusahaan yang menyalahgunakan produksi gula rafinasi dengan dijual bebas ke pasar
Baca SelengkapnyaJika Ditugasi Impor Gula Mentah, PTPN X Siap
1 Juli 2019
Impor gula mentah itu dilakukan guna memenuhi konsumsi gula kristal putih (GKP).
Baca SelengkapnyaAPTRI Minta Jokowi Pilih Menteri yang Berpihak pada Petani Tebu
29 Juni 2019
APTRI meminta Presiden Jokowi pilih menteri yang memahami petani tebu karena saat ini industri gula sudah kritis.
Baca Selengkapnya