TEMPO Interaktif, Jakarta - Dengan tangkas, Robonaut 2 menyalami para tamu yang datang ke Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pertengahan bulan ini. Dengan gemulai, robot yang biasa 'disapa' R2 itu memamerkan aksinya dengan berputar dan menggerakkan helm berlapis emas yang menutupi bagian kepalanya. Meskipun tidak ada senyum atau ekspresi apapun yang ditampilkan, sepertinya R2 senang karena sedang menjadi pusat perhatian. Robot hasil kerja bareng Badan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) dan General Motors ini akan menjadi anggota kru ketujuh pada peluncuran pesawat ulang-alik Discovery ke Stasiun Antariksa Internasional, 1 November mendatang. "Proyek ini menjadi bukti bahwa generasi robot masa depan bisa 'hidup' di dua dunia, yakni ruang angkasa dan bumi,” kata Direktur Sistem Eksplorasi NASA, John Olson. Dia menegaskan bahwa Robonaut 2 bukan untuk mengganti fungsi manusia, melainkan sebagai teman para astronot sekaligus melaksanakan tugas-tugas pendukung utama. Robot dengan bobot sekitar 149,2 kilogram itu terdiri dari kepala, dua tangan lengkap dengan sepuluh jari, dan tubuh. Dua lengannya, masing-masing 2,44 meter mampu membawa benda seberat sembilan kilogram dalam gravitasi bumi. Jari-jarinya juga sangat sensitif sehingga memungkinkan untuk mengoperasikan mesin dengan keterampilan yang hampir sama seperti astronot manusia. Terbuat dari aluminium, baja, dan material nonmetalik lainnya, seperti Kevlar dan Teflon supaya tubuh Robonaut 2 tahan api dan tahan peluru sehingga tetap terlindung dari risiko terbakar maupun terkena pecahan asteroid atau debris (debu angkasa). Robot ini memiliki tinggi (dari pinggang hingga kepala) 101,6 centimeter, lebar bahu 69,8 centimeter, dan terdapat lebih dari 350 sensor di seluruh tubuh. Robot tersebut berjalan dengan 38 Power PC Prosesor dan dapat berjalan lebih dari dua meter per detik. Ketika ditanya berapa biaya yang dihabiskan untuk membuat Robonaut 2, Olson menutup mulut rapat-rapat. “Yang jelas kami tak pernah berharap robot ini kembali ke Bumi,” ujarnya. Saat ini, lanjut Olson, prototipe R2 masih akan diuji ketahanannya terhadap gayaberat mikro atau gravitasi nol, suhu ekstrim di ruang angkasa (berkisar -100° hingga 120° celcius), radiasi stasiun radio dan interferensi elektromagnetik. Wakil Pesiden Penelitian General Motors, Alan Taub mengatakan, perusahaan penghasil mobil itu rencananya akan menggunakan teknologi Robonaut 2 untuk sistem pengamanan kendaraan dan aplikasi pabrik. “Bersama dengan NASA, kami akan memastikan eksplorasi ruang angkasa sampai perjalanan dan bidang manufaktur menjadi lebih aman di masa depan," katanya. DAILY MAIL | ROBONOUT | RINI KUSTIANI
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.