TEMPO Interaktif, New York - Jupiter akan muncul di langit pada malam pekan-pekan mendatang. Menurut Joe Rao, kolumnis Space.com, planet itu mudah terdeteksi karena dekat dengan bulan. Malam nanti, sekitar pukul 21.00, Dewa Langit dalam mitologi Romawi itu terlihat mengiringi purnama di langit timur.
"Dia berada di enam derajat di bawah bulan," kata Rao. Derajat langit bisa diukur dengan kepalan tangan. Satu kepal sama dengan sepuluh derajat. Jadi jarak Jupiter dan Bulan sekitar setengah kepal.
Jika langit tak berawan, keduanya akan terlihat bersinar terang sepanjang malam, memanfaatkan pantulan sinar matahari. Jupiter menggantikan Venus, yang sudah tidak tampak, sebagai benda langit paling terang setelah Bulan.
Pekan-pekan mendatang, Raja Dewa Romawi itu akan semakin memamerkan kegagahannya. "Sebab, dia berada di perihelion, titik terdekat dengan matahari," ujar Rao. Jaraknya 740 juta kilometer.
Sehingga, Jupiter terlihat 11 kali lebih besar dan 1,5 kali lebih terang ketimbang 2005, saat dia berada di aphelion atau titik terjauh di 816 juta kilometer. Planet kelima dalam Galaksi Bima Sakti ini membutuhkan waktu 12 tahun untuk satu kali mengelilingi sang surya.
Pengamatan planet yang memiliki massa 2,5 kali lebih besar dari gabungan seluruh planet di tata surya ini bisa dilakukan dengan mata telanjang atau teropong lapangan. Namun, kata Rao, pengamatan terbaik didapat lewat teleskop. Teleskop yang ukuran menengah bisa menangkap gambar Jupiter dengan warna merah, kuning, dan coklat.
Jika beruntung, pengamat juga bisa melihat kawanan bulan yang mengelilingi Jupiter. Saking besarnya, planet dengan diameter 143 ribu kilometer ini memiliki 63 bulan. Empat bulan terbesar pertama kali dilihat oleh astronom Italia, Galileo Galilei lebih dari 300 tahun lalu. Bulan itu diberi nama Io, Europa, Ganymede, dan Callisto.
SPACE | REZA M I PGR