Ditemukan Katak Terkecil Di Dunia  

Reporter

Editor

Kamis, 26 Agustus 2010 12:20 WIB

Katak terkecil di dunia. AP/Indraneil Das

TEMPO Interaktif, Jakarta - Seekor katak terkecil di dunia ditemukan di Pulau Kalimantan dengan ukuran kurang dari 1,5 centimeter. Katak ini ditemukan tim peneliti yang dipimpin Drs. Indraneil Das dan Alexander Haas dari Institute of Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Lingkungan di Universiti Malaysia Sarawak, dan Biozentrum Grindel und Zoologisches Museum Hamburg.

Tim yang bertugas mencari amfibi itu menemukan katak tersebut di semak-semak hutan Kalimantan. Lantaran bentuknya yang mungil, para peneliti mengusulkan nama untuk katak tersebut adalah microhylid, yakni nama spesies untuk katak yang berukuran di bawah 15 milimeter.

Menurut Das, katak ini adalah katak muda terkecil dari berbagai spesimen katak yang ada di museum dan sudah ditemukan lebih dari seratus tahun lalu. "Ini baru ditemukan spesies mikro," katanya.

Kodok mini dengan nama ilmiah Microhyla Nepenthicola ini ditemukan di jalur menuju puncak Gunung Serapu yang terletak di dalam Taman Nasional Kubah. Nama tersebut disematkan setelah para peneliti mengetahui bahwa dari tanaman Nepenthes Ampullaria-lah, katak ini mendapat makanan dan bertahan hidup.

Pada tanaman ini, katak kecil itu menitipkan telur-telur mereka hingga menjadi kecebong yang kemudian berenang di sisi-sisi tanaman yang basah. Tanaman tersebut adalah jenis tumbuhan yang hidup di daerah lembab dan hutan teduh.

Das menjelaskan, untuk jenis katak jantan dewasa, ukurannya berkisar antara 10,6-12,8 milimeter atau sebesar kacang polong. Das menceritakan, tim peneliti sempat kesulitan untuk menemukan dan mengidentifikasi katak-katak tersebut.

Untuk mendapatkan seekor katak mini, para peneliti harus menunggu hingga sore hari ketika katak jantan mulai "bernyanyi" di sekitar tanaman. Dengan interval nada yang teratur, katak-katak itu mengeluarkan suara yang dikenal sebagai simfoni amfibi sejak matahari terbenam hingga menjelang dini hari. Sementara untuk mengetahui ukuran dan keunikan katak, tim meletakkan katak tersebut di atas selembar kain putih.

Menurut Das, amfibi adalah kelompok binatang yang paling terancam keberadaannya karena jumlahnya tinggal sepertiga saja. "Amfibi sangat penting bagi manusia karena binatang ini memakan serangga yang menyebarkan penyakit dan merusak tanaman serta membantu mempertahankan sistem air tawar yang sehat," katanya.

Das menambahkan, saat ini populasi amfibi semakin terancam karena terjadi perubahan di lingkungan mereka. "Saya kira penemuan ini akan membantu kita untuk memahami apa perubahan lingkungan global terhadap hewan-hewan ini," katanya.

Selain di Kalimantan, tim peneliti Das juga mencari spesies katak baru di 20 negara di dunia. Pada September mendatang, tim tersebut juga akan mencari spesies Sambas Streaming Toad (Ansonia latidisca) di Indonesia dan Malaysia. Adapun penemuan katak terkecil ini telah diterbitkan dalam Jurnal Taksonomi Zootaxa dengan dukungan Conservation International dan Group Spesialis Amphibia IUCN.

ScienceDaily|Rini K|

Berita terkait

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.

Baca Selengkapnya

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.

Baca Selengkapnya

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.

Baca Selengkapnya

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .

Baca Selengkapnya