Perundingan Iklim di Cancun Masih Alot

Reporter

Editor

Jumat, 3 Desember 2010 17:59 WIB

Tempat berlangsungnya Konferensi Para Pihak PBB untuk Perubahan Iklim Ke-16 di Cancun, Mexico, 29 November-10 Desember 2010.
TEMPO Interaktif, Jakarta - Konferensi Para Pihak PBB untuk Perubahan Iklim Ke-16 di Cancun, Mexico memasuki hari keempat. Pertemuan akbar ini dihadiri utusan 200 negara dan pihak guna menyepakati pengurangan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer.

"Situasi perundingan di meja negosiasi masih berjalan alot. Namun demikian, Indonesia mendapat sambutan baik dari berbagai pihak sebagai salah satu katalis utama terjadinya perubahan mendasar,” kata Eddy Pratomo, Duta Besar Indonesia untuk Jerman yang merupakan penasehat senior delegasi Indonesia dalam Konferensi Iklim Cancun.

Eddy Pratomo merujuk kepada peran Indonesia sebagai salah satu dari sedikit negara berkembang yang pertama kali menyetujui peran MRV (Measurable, Reportable, and Verifiable). Skema ini merupakan suatu mekanisme untuk diaplikasikan dalam reduksi emisi gas-gas rumah kaca para pihak.

Saat ini negosiasi MRV telah mencapai perubahan mendasar. Sekarang sebagian besar negara maju dan berkembang, kata Eddy dalam siaran persnya, telah menyetujui peran vital MRV. Negosiasi lanjutan masih akan terus dilakukan untuk menyepakati spesifikasi mekanisme MRV untuk bisa masuk dalam tahap penerapan.

Meskipun sudah memasuki hari keempat, namun tidak ada greget dan gaung dari Konferensi Iklim Cancun. Hal ini berbeda dengan Konferensi Iklim Kopenhagen tahun lalu yang pada awalnya penuh dengan harapan. Sementara di Cancun, kata Eddy, muatan yang ada lebih mengarah ke restorasi rasa saling percaya (trust restoration) antara para pihak yang ada. "Hal ini sangat diperlukan untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi perundingan selanjutnya di Durban, Afrika Selatan, tahun depan,” ujarnya.

Dari meja perundingan, masih tampak sikap keras suara dari pihak-pihak yang seharusnya menjadi kunci keberhasilan negosiasi perubahan iklim. Amerika Serikat misalnya, terang-terangan menolak pencantuman terminologi Protokol Kyoto dalam bentuk apapun. Posisi serupa juga diambil Jepang ketika menolak konsep periode kedua komitmen atau yang lebih dikenal dengan istilah second commitment period.

Situasi seperti ini dapat menimbulkan polarisasi yang lebih kuat antara kubu-kubu yang memiliki pendapat berbeda sehingga menghambat kemajuan yang berarti. "Akan tetapi, di atas semuanya, yang paling krusial adalah adanya semangat kompromis di antara para pihak untuk dapat mengambil jalan terbaik dalam negosiasi yang tengah berlangsung,” kata Eddy.

UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

10 jam lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

3 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

15 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

15 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

15 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

20 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya