TEMPO Interaktif, Castello - Alat pencitraan terbaru yang dikembangkan sejumlah ilmuwan di grup riset optik Universitat Jaume I (UJI) di Castelló, Spanyol, sangat berguna dalam bidang pencitraan ilmiah. Sensor yang hanya 1 piksel itu dapat merekam gambar berkualitas tinggi dan mendistribusikannya dengan aman, sehingga orang yang tidak memiliki izin tak dapat mengakses informasi tersebut.
Pada 2009, Willard S. Boyle dan George E. Smith menerima Hadiah Nobel Fisika karena berhasil mengambil gambar dengan sebuah sensor digital. Kuncinya adalah prosedur yang merekam sinyal listrik yang diciptakan lewat efek foto-elektrik dalam banyak titik gambar, yang dikenal sebagai piksel, dalam periode waktu singkat. Sensor CCD dalam kamera foto itu bekerja seperti mozaik retina mata manusia. Sejak penemuan itu, penggunaan format digital untuk merekam gambar membawa terobosan besar di berbagai bidang, terutama fotografi, karena memfasilitasi pemrosesan dan distribusi gambar.
Kamera digital dengan sensor CCD 5, 6, bahkan hingga 12 juta piksel kini mudah dijumpai. Namun dimensi sensor tetap sama, biasanya 24,7 milimeter persegi, sehingga orang berpikir, semakin tinggi jumlah piksel, kualitas gambar pun semakin bagus.
Gagasan itu sesungguhnya tidak tepat karena ada faktor lain yang terlibat, semisal kualitas lensa. Memori yang diperlukan untuk menyimpan gambar itu juga besar. Foto 6 juta piksel, misalnya, butuh memori 2 megabita.
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia teknologi gambar menjadi bidang ilmu yang meledak, terutama untuk aplikasi biomedis. Mikroskop holografik, gunting yang beroperasi berdasarkan cahaya, dan pisau bedah laser memungkinkan desain teknik diagnosis dan bedah invasif. Kini para ilmuwan berhasil mengabadikan gambar digital berkualitas tinggi hanya mengginakan sensor 1 piksel.
Teknik yang dijuluki sebagai "pencitraan hantu" ini berlandaskan pada rangkaian perekaman intensitas cahaya yang ditransmisikan atau dibiaskan oleh sebuah obyek yang disinari oleh rangkaian pancaran cahaya noisy, cahaya ketika kita menyinari sepotong kertas dengan laser.
Ilmuwan GROC berhasil menangkap gambar obyek 2D, seperti logo UJI atau lukisan Las Meninas karya Pablo Picasso pada 1957, menggunakan kamera 1 piksel ini. "Kunci kesuksesan ini terletak pada penggunaan layar LCD 1-inci, mirip dengan yang digunakan proyektor video, tapi dalam bentuk miniatur," kata ilmuwan GROC. "Fitur itu dapat dimodifikasi menggunakan komputer untuk membangkitkan cahaya yang diperlukan."
Mereka mendemonstrasikan untuk pertama kalinya kemungkinan mengadaptasi teknik ini untuk mengirim sebuah gambar dengan aman ke beberapa pengguna berwenang menggunakan saluran umum. Informasi yang ditransmisikan adalah rangkaian angka sederhana yang memungkinkan gambar diambil hanya oleh pemegang kode tersembunyi.
SCIENCEDAILY | TJANDRA