Buaya Bukan Fosil Hidup

Reporter

Editor

Jumat, 31 Desember 2010 06:35 WIB

Buaya
TEMPO Interaktif, New York - Buaya ada kemungkinan akan kehilangan "gelarnya" sebagai fosil hidup. Analisis fosil baru, yang dilakukan ilmuwan Stony Brook University di New York, menunjukkan bahwa buaya modern yang kita kenal saat ini, reptil bermoncong panjang, berahang kuat dengan gigi kerucut, dan ekor panjang, ternyata berkembang dari kelompok yang sangat berbeda. Sebelumnya, famili buaya dianggap hanya berubah sedikit sejak masa prasejarah.

Terungkapnya perjalanan evolusi buaya itu diketahui lewat penemuan nenek moyang purba buaya, semisal spesimen mirip kucing, buaya raksasa dan spesies vegetarian berhidung pesek. Anatomi tubuh pendek dan lebar, moncong bulat, serta ekor pendek yang diperlihatkan beberapa buaya itu menunjukkan adanya serangkaian adaptasi.

Adaptasi anatomi dari kelompok reptil yang amat beragam dan disebut notosuchian crocodyliform itu dipaparkan dengan detail dalam Memoir of the Society of Vertebrate Paleontology, Desember 2010. Laporan yang disunting oleh David W. Krause dan Nathan J. Kley dari Stony Brook University itu dengan tegas menumbangkan gagasan yang menyatakan bahwa buaya adalah fosil hidup, tidak berubah sejak zaman prasejarah.

Mereka menduga struktur tubuh dasar dari buaya, alligator, dan gharial berkembang dari sebuah kelompok reptil prasejarah yang amat beragam dengan bentuk tubuh berbeda. Dugaan itu berawal dari penemuan fosil buaya aneh Simosuchus clarki 10 tahun lalu di Madagaskar. Sejak saat itu, para ahli paleontologi berlomba menemukan fosil utuh binatang tersebut.

Satu dasawarsa kemudian, kerangka buaya yang hampir lengkap pun ditemukan. Analisis fosil tersebut memicu kembali diskusi tentang evolusi buaya modern. "Tengkorak dan rahang bawahnya nyaris terawetkan seluruhnya," kata Nathan J. Kley. "Tulang itu dikombinasikan dengan CT-scan resolusi tinggi memungkinkan kami menggambarkan struktur kerangka kepala, baik dalam maupun luarnya, secara detail luar biasa, termasuk jalur saraf dan pembuluh darah yang amat kecil."

Simosuchus clarki, yang diperkirakan hidup 66 juta tahun lampau di pengujung zaman dinosaurus, amat berbeda dibandingkan dengan spesies buaya lain. Panjangnya hanya 60 sentimeter, moncong pendek dan membulat, serta ekor pendek dan tubuhnya mirip tank tertutup lapisan keras.

Dengan rahangnya yang pendek dan lemah, ditambah gigi berbentuk daun, para ilmuwan menduga reptil tersebut tak akan mampu menarik mangsa dari tepi air, seperti apa yang dilakukan buaya modern. Berdasarkan analisis tersebut, Simosuchus clarki diperkirakan adalah buaya purba yang hidup di darat, dan bukannya memangsa binatang lain seperti kerabat modernnya. Spesies itu justru mengunyah tanaman di habitat padang rumput yang kering.

"Simosuchus clarki hidup di darat, berbadan lebar, dan posturnya seperti sedang berjongkok, menunjukkan binatang itu tak dapat bergerak lincah atau cepat," kata Joseph Sertich dari Department of Anatomical Sciences di Stony Brook, yang terlibat dalam studi tersebut.

Meski gagasan buaya vegetarian yang lemah ini terdengar ganjil, laporan para ilmuwan Stony Brook membuat orang dengan mudah membayangkan bagaimana buaya itu berjalan pelan menyusuri habitat padang rumput keringnya, beristirahat untuk mengunyah tanaman dan berjongkok rendah untuk bersembunyi dari predator seperti majungasaurus, dinosaurus pemakan daging. Mereka juga menemukan bukti yang menunjukkan asal usul evolusioner Simosuchus clarki. "Analisis hubungan evolusioner menunjukkan kerabat terdekat Simosuchus hidup jauh lebih awal di Mesir," kata Sertich.

Tanpa mempedulikan nenek moyangnya sekalipun, penemuan Simosuchus clarki telah menetapkan standar baru tentang apa yang membentuk seekor buaya. "Singkatnya, Simosuchus adalah anggota grup crocodyliform paling aneh yang pernah ditemukan," kata Dr Christopher Brochu, pakar fosil buaya dari University of Iowa.

Keanehan spesies buaya itu, kata Brochu, ada kemungkinan dipengaruhi oleh relung khusus yang ditempati Simosuchus clarki dalam ekosistem. "Banyak peran ekologi yang diisi oleh dinosaurus di utara, tapi diisi oleh buaya di belahan selatan," katanya. "Hal itu menyebabkan munculnya buaya yang sangat aneh."

Brochu juga memperlihatkan perbedaan yang amat kontras antara Simosuchus clarki dan buaya modern. "Gharial India, misalnya, mempunyai moncong langsing dan panjang dengan gigi seperti jarum, serta sendi rahang terletak sejauh mungkin ke belakang. Simosuchus clarki memiliki struktur sebaliknya. Moncongnya begitu pendek sehingga tengkoraknya hampir seperti kubus. Giginya sama sekali tak mirip jarum dan sambungan rahangnya terletak di bawah telinga, jauh sekali dari ciri gharial."

Selain Simosuchus clarki, fosil buaya lain yang membuktikan buaya bukan fosil hidup adalah kerangka binatang mirip buaya kecil dengan gigi menyerupai mamalia, yang ditemukan sejumlah ahli paleontologi di Tanzania. Gigi kucing yang dimiliki buaya tersebut jauh berbeda dari gigi kerucut buaya modern, yang digunakan untuk merobek dan memotong.

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY | VERTPALEO




Berita terkait

Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

4 hari lalu

Temuan Fosil, Ular Raksasa Vasuki Indicus Saingi Ukuran Titanoboa

Para penelitinya memperkirakan kalau ular tersebut dahulunya memiliki panjang hingga 15 meter.

Baca Selengkapnya

Cari Durian Jatuh, Mahasiswa KKN Unpad Temukan Fosil Gastropoda dan Pelecypoda

1 Februari 2024

Cari Durian Jatuh, Mahasiswa KKN Unpad Temukan Fosil Gastropoda dan Pelecypoda

Penemuan fosil tersebut menjadi bekal untuk akademisi dalam melakukan penelitian lanjutan terkait keberadaan fosil satwa purba di Pangandaran.

Baca Selengkapnya

6 Pengalaman Menarik di American Museum of Natural History

10 November 2023

6 Pengalaman Menarik di American Museum of Natural History

American Museum of Natural History merupakan museum sejarah alam terbaik di dunia.

Baca Selengkapnya

Studi Baru Klaim Nenek Moyang Manusia dan Kera Muncul di Eropa, Bukan di Afrika

4 September 2023

Studi Baru Klaim Nenek Moyang Manusia dan Kera Muncul di Eropa, Bukan di Afrika

Dalam studi baru tersebut, para peneliti menganalisis fosil kera yang baru diidentifikasi dari situs orakyerler berusia 8,7 juta tahun di Anatolia.

Baca Selengkapnya

Ekskavasi PATI V di Situs Manyarejo Sragen Temukan Artefak dan Fosil Fauna Berusia 800 Ribu Tahun

8 Agustus 2023

Ekskavasi PATI V di Situs Manyarejo Sragen Temukan Artefak dan Fosil Fauna Berusia 800 Ribu Tahun

Artefak tulang dan fosil yang ditemukan merupakan hasil dari kegiatan ekskavasi di lokasi Edukasi dengan membuka 1 Trench dan 1 kotak ekskavasi.

Baca Selengkapnya

BPSMP Sangiran Identifikasi Temuan Fosil Gading Gajah Purba Sepanjang 2 Meter

3 Agustus 2023

BPSMP Sangiran Identifikasi Temuan Fosil Gading Gajah Purba Sepanjang 2 Meter

BPSMP menduga usia fosil tersebut sekitar 800 tahun berdasarkan kedalaman lapisan tanah.

Baca Selengkapnya

Kemenko Marves Bantah Sumber Energi Fosil jadi Penyebab Elon Musk Tak Kunjung Berinvestasi di Indonesia

1 Agustus 2023

Kemenko Marves Bantah Sumber Energi Fosil jadi Penyebab Elon Musk Tak Kunjung Berinvestasi di Indonesia

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menanggapi kabar batalnya Tesla--perusahaan milik Elon Musk berinvestasi di Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Bidik 50 Ribu Unit Konversi Motor Listrik di Tahun Ini, Menteri ESDM: Insya Allah

28 Juli 2023

Bidik 50 Ribu Unit Konversi Motor Listrik di Tahun Ini, Menteri ESDM: Insya Allah

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif optimistis target 50 ribu unit sepeda motor konversi terealisasi hingga akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Temukan Fosil Gajah Purba Berusia 5,5 Juta Tahun di Florida AS

14 Juni 2023

Ilmuwan Temukan Fosil Gajah Purba Berusia 5,5 Juta Tahun di Florida AS

Sebelum ditemukan di Florida AS, fosil gajah purba itu sebenarnya sudah pernah ditemukan di Montbrook pada masa lalu.

Baca Selengkapnya

Museum Geologi Bandung Sokong Pembuatan Museum Situs Fosil di Daerah

11 Juni 2023

Museum Geologi Bandung Sokong Pembuatan Museum Situs Fosil di Daerah

Rencananya, Museum Geologi Bandung akan bekerja sama pembuatan museum situs itu akan dijalin dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang.

Baca Selengkapnya