Samudra Menghangat, Es di Kutub Mencair Lebih Cepat

Reporter

Editor

Rabu, 6 Juli 2011 19:31 WIB

REUTERS/Bob Strong

TEMPO Interaktif, Washington - Memanasnya udara akibat perubahan iklim bukanlah satu-satunya faktor yang akan mempercepat mencairnya es di dekat kutub. Sebuah studi mengungkap bahwa air laut yang berada di bawah lapisan es tebal itu juga menghangat dan turut berperan dalam peristiwa tersebut.

Selama ini pemanasan global dianggap sebagai penyebab meningkatnya jumlah es Greenland dan Antartika yang mencair, serta berpotensi menambah tinggi permukaan laut. Namun hanya sedikit perhatian terhadap dampak menghangatnya air di bawah lapisan es.

Jianjun Yin, peneliti dari University of Arizona, dan timnya melaporkan bahwa memanasnya air dipastikan mempercepat mencairnya es kutub dibanding perhitungan semula. Laporan mereka telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience, akhir pekan lalu.

Mencairnya lapisan es mengambang tidak akan meningkatkan tinggi permukaan laut. Berbeda dengan es yang mengalir dari gletser ke laut dan meleleh karena air hangat di sekitarnya. Mencairnya es dari darat inilah yang dapat menambah air ke laut.

"Pemanasan samudra sangat penting dibandingkan dengan pemanasan atmosfer karena air mempunyai kapasitas panas yang lebih besar daripada udara," kata Yin. "Jika Anda menaruh sepotong es dalam ruangan yang panas, es akan meleleh dalam beberapa jam. Tapi, jika Anda menaruh es dalam secangkir air panas, es akan lenyap hanya dalam beberapa menit."

Yin menjelaskan, jika es yang mengambang sepanjang daerah pantai mencair, makin cepat gletser mengalir ke laut. Itu akan membawa banyak es ke laut. "Ini berarti baik Greenland maupun Antartika kemungkinan akan mencair jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan oleh komunitas ilmiah," kata Jonathan T. Overpeck, Direktur Institute of the Environment, di University of Arizona.

Laporan tersebut memperkuat bukti bahwa permukaan laut akan bertambah tinggi pada akhir abad ini sekitar 1 meter, dan akan bertambah tinggi lagi dalam abad-abad mendatang. Pada 2100, air di subpermukaan samudra di sepanjang pantai Greenland diperkirakan menghangat sekitar 2 derajat Celsius. Para ilmuwan menghitung pemanasan di pantai Antartika sedikit di bawah angka itu, yakni 0,5 derajat Celsius.

AP | TJANDRA

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

3 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

4 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

12 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

16 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

16 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

16 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

21 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya