TEMPO.CO , Oregon - Para peneliti dari Pusat Penelitian Primata Nasional Oregon di Oregon Health and Science University, Amerika Serikat, berhasil menciptakan monyet rhesus chimeric yang bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti tikus yang selama ini digunakan dalam berbagai penelitian biologi. Bagaimana cara mereka menciptakan monyet chimeric?
Para peneliti pertama kali mencoba menciptakan monyet chimeric --monyet yang memiliki sel dengan genom berbeda-- menggunakan metode yang sama untuk tikus chimeric. Dalam metode ini, sel-sel punca embrionik disuntikkan ke dalam embrio inang setelah sebelumnya dibudidayakan selama beberapa dekade.
Sel-sel punca akan bercampur dengan sel-sel embrio inang untuk menghasilkan jaringan dan organ, lalu berkembang menjadi keturunan. Ketika keturunan ini dikawinkan, keturunan baru memiliki sel-sel yang berasal dari sel punca implan.
"Jika Anda memetik dua sel dari tubuh tikus chimeric, Anda bisa mendapatkan dua genom berbeda. Sel tersebut berisi satu set lengkap kromosom dan informasi genetik," kata Shoukhrat Mitalipov, salah satu peneliti di Oregon Health and Science University.
Tetapi metode untuk menciptakan tikus chimeric pada awalnya gagal diterapkan pada monyet rhesus. Pada monyet rhesus, keturunannya memiliki sel-sel hanya dari embrio inang. "Sayangnya itu tidak berhasil," kata Mitalipov seperti dikutip LiveScience dalam sebuah wawancara telepon.
Menurut Mitalitov, keturunan monyet rhesus chimeric tidak menunjukkan kontribusi dari sel punca embrio inang. "Sel-sel punca tampaknya tersesat di suatu tempat," katanya.
Para peneliti menduga bahwa proses budidaya entah bagaimana telah mengubah sel-sel punca embrionik. Mereka pun memilih mengembalikan sel-sel punca dari massa sel bagian dalam embrio, daripada mengambil dari pendingin usai dibudidayakan.
Tanpa dibudidayakan ulang, para peneliti langsung menyuntikkan sel punca ke dalam embrio inang. Namun, alih-alih menghasilkan satu ekor bayi monyet chimeric, metode itu justru mengakibatkan terbentuknya dua janin terpisah, bayi kembar monyet.
Akhirnya, setelah beberapa kegagalan, para peneliti menemukan metode paling tepat, yakni menggunakan blastosis awal yang terbelah menjadi tidak lebih dari empat sel terpisah. Blastosis merupakan embrio yang berkembang setelah sekitar lima hari pasca fertilisasi.
Para ilmuwan mengambil tiap sel dari gumpalan lalu disatukan kembali bersama-sama, mencampur dan mencocokkan tiga dan enam individu untuk menciptakan 29 blastosis baru.
Para peneliti memilih 14 blastosis terkuat dan menanamkannya dalam kandungan lima induk monyet pengganti.
Hasilnya, kelima induk monyet hamil. Para peneliti menghentikan kehamilan tiga induk di antaranya untuk menguji fenomena chimerisme pada janinnya. "Dan kami akhirnya menemukannya," kata Mitalitov.
Segera setelah itu, seekor induk monyet sisanya didapati mengandung bayi kembar, belakangan diberi nama Roku dan Hex, dan seekor lainnya mengandung seekor bayi bernama Chimero. Ketiga bayi monyet chimeric tersebut berkelamin jantan, meski pengujian pada sel-sel mereka mengungkapkan bahwa ketiganya juga mengandung gen individu betina.
Mitalitov mengatakan, ketiga bayi monyet chimeric harus dibesarkan ibu angkat monyet. "Ibu mereka menolak mereka, mungkin merespons metode tidak alamiah yang digunakan untuk menciptakan mereka," ujar dia.
Para peneliti juga belum yakin benar apakah Roku, Hex, dan Chimero akan mampu bereproduksi. Butuh waktu empat sampai lima tahun bagi monyet rhesus untuk mencapai kematangan seksual.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terkait
JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan
28 Agustus 2019
JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.
Baca SelengkapnyaKaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat
28 Desember 2017
Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.
Baca SelengkapnyaJokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal
28 September 2017
Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten
19 September 2017
Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten
Baca SelengkapnyaMahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu
15 Agustus 2017
Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan
26 Juni 2017
Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang
19 Juni 2017
Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.
Baca SelengkapnyaMahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih
6 Juni 2017
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.
Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya
29 Maret 2017
Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.
Baca SelengkapnyaPotensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui
7 Maret 2017
Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .
Baca Selengkapnya