Ini Teori Baru Asal Usul Belang di Tubuh Harimau

Reporter

Editor

Rabu, 2 Mei 2012 04:03 WIB

Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae). ANTARA/FB Anggoro

TEMPO.CO , NEW YORK: -- Asal-usul motif belang pada tubuh harimau kembali dipertanyakan. Para ilmuwan selama puluhan tahun menggunakan teori morfogen untuk menjawab bagaimana harimau memperoleh garis belang.

Teori ini menyatakan perbedaan kandungan protein pengatur menyebakan pengaktifan gen yang memunculkan kondisi fisik tertentu pada tubuh harimau, dalam hal ini motif belang.

Pertama kali dikemukakan tahun 1950 oleh matematikawan dan pemecah kode Perang Dunia Kedua, Alan Turing, teori morfogen mengalami penyempurnaan oleh Lewis Wolpert, satu dekade kemudian.

Namun kini beberapa ahli biologi mempertanyakan teori yang digagas Turing. Sebagian dari mereka berpendapat ciri-ciri fisik pada makhluk hidup selalu terikat pada konsentrasi mutlak protein yang ada dalam gradien morfogen tertentu.

Berdasarkan teori ini, jika konsentrasi protein terdapat dalam jumlah cukup, ciri-ciri fisik tertentu akan terbentuk. Sebaliknya jika jumlah proteinnya kurang akan memicu pembentukan represor, sehingga ciri fisik tidak akan muncul.

Pendapat lainnya menyebutkan ciri fisik belum tentu muncul akibat jumlah tertentu dari protein, tetapi, lebih tepatnya, disebabkan interaksi yang lebih kompleks antara beberapa gradien yang bekerja melawan satu sama lain.

Beberapa ahli biologi dari New York University menguji teori ini dengan meneliti lalat buah (Drosophila melanogaster), spesies yang bisa dijadikan model kuat untuk mempelajari perkembangan genetik karena bisa menerima berbagai manipulasi genetik.

Mereka berfokus pada satu protein, yaitu bicoid (Bcd), yang diekspresikan dalam gradien dengan konsentrasi tertinggi pada tahap akhir embrio yang kelak menjadi kepala lalat dewasa. Sejumlah besar gen target yang secara langsung diaktifkan dengan bicoid, diteliti.

"Setiap gen target diekspresikan ke bagian embrio dengan batas yang disesuaikan dengan struktur tertentu," kata ketua departemen biologi universitas, Stephen Small, yang memimpin penelitian, Senin 30 April 2012.

Para peneliti selanjutnya memeriksa urutan DNA yang berkaitan dengan gen target. Mereka menemukan titik-titik ikatan untuk tiga protein, yakni Runt, Capicua, dan Kruppel. Semua titik ini bertindak sebagai represor. "Ketiga protein diekspresikan dalam gradien dengan konsentrasi tertinggi di bagian tengah embrio," kata Small. Kondisi ini menempatkan protein di tempat yang berlawanan orientasi dengan gradien aktivasi bicoid.

Dengan mengubah distribusi spasial dan memanipulasi titik ikatannya, Small dan rekan-rekannya menemukan represor-represor ini bertindak memusuhi aktivasi yang dilakukan bicoid. Temuan ini sangat penting untuk memastikan posisi gradien yang tepat pada embrio normal.

Small mengatakan, bertentangan dengan teori Turing, gradien tunggal protein tidak memiliki kekuatan cukup untuk membentuk cetakan tubuh yang sama pada setiap anggota suatu spesies. Namun jika ada gradien ganda yang bekerja melawan satu sama lain, maka sistem menjadi cukup kuat untuk terjadinya perkembangan normal.

Hasil penelitian ini, yang dilaporkan dalam jurnal Cell, menimbulkan pertanyaan tentang teori morfogen. "Kami menyarankan perlunya beberapa perbaikan tambahan (dalam teori morfogen)," ujar Small.

LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

Wanita India Bergulat Lawan Harimau Pakai Tongkat Lalu Berselfie

6 April 2018

Wanita India Bergulat Lawan Harimau Pakai Tongkat Lalu Berselfie

Seorang wanita India bertarung melawan Harimau dengan bersenjatakan tongkat, selamat lalu berselfie dengan luka di sekujur tubuh.

Baca Selengkapnya

Anak Harimau Sumatera yang Ditemukan di Bengkalis Akhirnya Mati

27 Mei 2017

Anak Harimau Sumatera yang Ditemukan di Bengkalis Akhirnya Mati

Sehari setelah ditemukan pada 24 Mei lalu, anak Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae)akhirnya mati karena dehidrasi berat dan malnutrisi.

Baca Selengkapnya

Kematian Harimau Sumatera Diselidiki, Kuburannya Digali Lagi

27 Mei 2017

Kematian Harimau Sumatera Diselidiki, Kuburannya Digali Lagi

Ditemukan bukti-bukti bagian tubuh harimau, seperti alat kelamin, kumis dan kulit diambil warga setelah dibunuh dengan tombak dan golok.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga Bengkalis Temukan Seekor Anak Harimau di Kebun Karet

27 Mei 2017

Cerita Warga Bengkalis Temukan Seekor Anak Harimau di Kebun Karet

Anak harimau yang ditemukan lemah itu tidak sakit, hanya mengalami dehidrasi yang cukup berat dan terdapat luka di tubuhnya.

Baca Selengkapnya

Harimau Sumatera Masuk Kampung, Warga Panik, BBKSD: Numpang Lewat  

24 Mei 2017

Harimau Sumatera Masuk Kampung, Warga Panik, BBKSD: Numpang Lewat  

Harimau Sumatera yang masuk permukiman warga di Indragiri Hilir mulai menyerang ternak, bahkan mengejar warga yang melintas.

Baca Selengkapnya

Harimau 'Bertamu' di Tengah Permukiman, Warga Indragiri Hilir Resah  

24 Mei 2017

Harimau 'Bertamu' di Tengah Permukiman, Warga Indragiri Hilir Resah  

Seekor harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) masuk ke tengah permukiman warga Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Baca Selengkapnya

Tiga Anak Harimau Sumatera Lahir di Taman Margasatwa Bukittinggi

3 Mei 2017

Tiga Anak Harimau Sumatera Lahir di Taman Margasatwa Bukittinggi

Salah satu Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) koleksi Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi,melahirkan tiga anak.

Baca Selengkapnya

Klinik untuk Harimau Sumatera Dibangun di Bengkulu

31 Maret 2017

Klinik untuk Harimau Sumatera Dibangun di Bengkulu

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung memulai proses pembangunan klinik harimau Sumatera (Phantera tigris sumatra).

Baca Selengkapnya

Populasi Harimau Indonesia Terkikis 70 Persen dalam 25 Tahun  

31 Juli 2016

Populasi Harimau Indonesia Terkikis 70 Persen dalam 25 Tahun  

Saat ini populasi harimau di Indonesia hanya 300-400 ekor.

Baca Selengkapnya

Konflik Harimau dengan Warga Sumatera Barat Sering Terjadi

12 Juni 2016

Konflik Harimau dengan Warga Sumatera Barat Sering Terjadi

Sejak awal 2016, setidaknya terjadi tiga kasus konflik karena harimau memakan tumbuhan di ladang, juga memangsa sapi warga.

Baca Selengkapnya