TEMPO.CO, Bogor - Salah satu investigator Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Andreas Ricardo Hananto mengatakan tabung kotak hitam (black box) yang berisi data rekaman pembicaraan pilot atau Cockpit Voice Recorder (CVR), memiliki daya tahan panas dengan suhu hingga 1.200 derajat celcius.
"Tabung dapat bertahan sampai 1.200 derajat celcius. Jadi saya kira cipnya masih aman dan bisa terbaca,” kata Andreas di Posko Lapangan Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, Rabu 16 Mei 2012.
Dia menjelaskan, untuk mengetahui rekaman percakapan di ruang kopilot selama dua jam terakhir sebelum pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh di lereng Gunung Salak pada Rabu, 9 Mei 2012, maka KNKT harus mengunduh data dari sebuah circuit atau cip dalam CVR.
Setelah ditemukan prajurit Komando Pasukan Khusus pada Selasa 15 Mei 2012 sekitar pukul 21.00, kotak hitam secara resmi diserahkan Badan SAR Nasional kepada Ketua KNKT Tatang Kurniadi. Kotak perekam percakapan tersebut akan diselidiki KNKT di Indonesia.
“Kami akan periksa di Indonesia karena KNKT sendiri mempunyai ahli untuk membaca kotak rekam tersebut,” katanya.
Namun, Tatang menjelaskan, untuk akurasi penyelidikan diperlukan salah satu bagian kotak hitam yang masih belum ditemukan, yakni Data Rekam Pesawat (Flight Data Recorder). "FDR merekam data keadaan pesawat, mulai dari kecepatan, posisi pesawat, dan lain-lain,” katanya.
Ketua KNKT mengatakan, untuk merekap ulang atau mengunduh data rekaman dibutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga minggu. "Kesimpulan hasil investigasi paling tidak selama satu tahun," ujarnya. "Keadaan alat masih bisa dibaca dan di-recovery."
Di lain pihak, Kepala Basarnas Marsekal Madya Daryatmo mengatakan, pencarian kotak perekam data pesawat (FDR) masih terus dilakukan. Posisi FDR dan CVR di bagian ekor pesawat berdampingan. "Mungkin karena ledakan yang cukup keras maka kedua rangkaian kotak rekam pesawat terpisah,” ujarnya.
