TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat emisi karbon dari kebakaran hutan dan lahan sepanjang tahun ini sampai dengan 30 September 2024 sebesar 41.201.963 ton CO2 ekuivalen. Jumlah itu diperhitungkan terbagi sebesar 11.589.698 ton CO2e dari kebakaran gambut (below ground) dan 29.612.265 ton CO2e dari kebakaran mineral dan gambut (above ground biomass).
Adapun luas kebakaran sebesar 283.620,51 hektare yang terdiri dari luas lahan gambut seluas 25.193,57 hektare (8,88 persen) dan pada tanah mineral seluas 258.4265,94 hektare (91,12 persen). Sebagai ilustrasi, berdasarkan data KLHK, emisi dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sepanjang 2023 lalu mencapai 182,71 juta ton CO2e, yang meningkat hampir delapan kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
"Dalam rangka kesiapsiagaan dan mengoptimalkan pengerahan sumber daya pengendalian karhutla, hingga saat ini masih delapan provinsi menetapkan status siaga darurat karhutla yaitu Provinsi Riau, Sumsel, NTB, Jambi, Kaltim, Kalbar, NTT, dan Kalsel," tutur Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Thomas Nifinluri, dalam keterangan tertulis, Ahad 13 Oktober 2024.
Pada provinsi-provinsi rawan tersebut, menurut Thomas, telah dioptimalkan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan meliputi upaya pencegahan. Upaya itu seperti deteksi dini titik panas, patroli pencegahan karhutla oleh Manggala Agni, bersama dengan TNI, Polri, dan masyarakat, sosialisasi kepada masyarakat, pembentukan Masyarakat Peduli Api (MPA), operasi modifikasi cuaca, water bombing, dan penataan ekosistem gambut.
"Upaya pencegahan sampai dengan 10 Oktober 2024 juga dilakukan melalui kegiatan patroli pencegahan baik dilakukan secara mandiri oleh Manggala Agni pada 1.725 desa, dan secara terpadu bersama UPT KLHK, TNI/Polri, dan Masyarakat Peduli Api pada 379 desa," katanya.
Patroli pencegahan di lebih dari seribu desa itu di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Papua Barat.
Thomas menambahkan bahwa berdasarkan analisis perkembangan musim hujan dasarian III September 2024, sebanyak 19 persen jumlah zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia sudah masuk musim hujan yang bisa membantu pengendalian kebakaran hutan. Mereka antara lain sebagian Aceh, Sumatera Utara, sebagian Riau, sebagian Sumatra Barat, sebagian Jambi, sebagian Sumatra Selatan, dan sebagian Bengkulu,
Begitu juga dengan sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian utara, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan bagian utara, Sulawesi Tengah bagian tengah, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan sebagian Papua.
CATATAN:
Artikel ini telah ditambahkan data ilustrasi emisi CO2e dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sepanjang 2023 lalu sebagai pembanding. Terima kasih.
Pilihan Editor: Soundcard, Mikrofon, dan Sepasang Handphone, Ini Cara Pengamen Online Tampil di TikTok