Penelitian: Daerah Kering Akan Semakin Kering

Reporter

Editor

Rabu, 23 Mei 2012 04:32 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Canberra— Tingginya perubahan salinitas yang terdeteksi pada samudra dunia, memberi sinyal adanya pergeseran dan akselerasi siklus evaporasi dan curah hujan global. Peneliti Australia dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) dan Lawrence Livermore National Laboratory, California, menunjukkan bahwa pola perubahan salinitas samudra global selama 50 tahun terakhir, menandai sidik jari perubahan iklim.

Dalam laporan di jurnal Science, peneliti utama studi itu, Paul Durack, mengatakan bahwa dengan mengamati perubahan salinitas laut dan hubungan antara salinitas, curah hujan dan penguapan dalam pemodelan iklim, mereka memastikan bahwa siklus air menguat hingga empat persen dari periode 1950-2000. Angka ini dua kali lipat dari apa yang diproyeksikan oleh model iklim global saat ini.

“Pergeseran salinitas laut mengkonfirmasi perubahan siklus air global dan iklim,” kata Durack. “Perubahan ini menunjukkan bahwa daerah kering akan menjadi lebih kering dan wilayah dengan curah hujan tinggi akan menjadi lebih basah dalam menanggapi pemanasan global.”

Dengan kenaikan suhu diproyeksikan 3 derajat Celsius pada akhir abad ini, para peneliti memperkirakan percepatan siklus air dapat mencapai 24 persen.

Para ilmuwan berusaha keras menentukan perkiraan koheren dari perubahan siklus air dari data lahan karena sulit memperoleh data pengamatan curah hujan dan penguapan di permukaan. Namun Durack dan timnya menyatakan bahwa samudra global memberikan gambaran yang lebih jelas.

“Lautan amat penting bagi iklim, karena laut menampung 97 persen air dunia; menerima 80 persen curah hujan permukaan, dan menyerap 90 persen dari peningkatan energi bumi yang berhubungan dengan pemanasan atmosfer masa lalu,” kata Richard Matear dari CSIRO.

Matear mengatakan, pemanasan permukaan bumi dan atmosfer rendah diperkirakan akan memperkuat siklus air yang dipicu oleh kemampuan udara hangat untuk menyimpan dan mendistribusikan lebih banyak uap air.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan mengkombinasikan hasiol observasi perubahan salinitas permukaan global selama 50-tahun dengan perubahan dari pemodelam iklim global. Mereka menemukan bukti kuat adanya peningkatan siklus air global yang makin intensif pada laju sekitar delapan persen per derajat pemanasan permukaan.

Durack mengatakan pola itu tidak seragam, dengan adanya variasi regional yang sejalan dengan mekanisme 'yang kaya akan bertambah kaya', yaitu daerah basah akan semakin basah dan kawasan kering akan kian kering.

"Perubahan siklus air global dan redistribusi curah hujan akan mempengaruhi ketersediaan pangan, stabilitas, akses dan penggunaannya," kata Durack.

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

7 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

11 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

11 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

16 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

22 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

25 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

28 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

34 hari lalu

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

40 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya