TEMPO.CO , West Lafayette - Lebih dari 2 miliar tahun lampau, cahaya matahari jauh lebih redup daripada sekarang. Radiasi panas yang rendah itu semestinya membuat bumi bagai bola es, yang tak mampu mendukung kehidupan seperti saat ini. Namun bumi berhasil menghindari kebekuan itu.
Pertanyaan mengapa bumi dapat terhindar dari dingin yang membekukan itu telah lama beredar di kalangan ilmuwan. Namun David Milton dari Purdue University yakin dia telah menemukan jawabannya.
“Jika kamu kembali ke masa 2 miliar tahun lampau, bumi seharusnya membeku,” kata Minton, dosen ilmu planet, atmosfer, dan bumi. “Ada banyak bukti geologi bahwa bumi tidaklah membeku. Bedanya adalah paradoks matahari muda redup.”
Minton menawarkan penjelasan baru mengapa bumi terhindar dari kebekuan selama periode itu, ketika pembakaran matahari hanya 70 persen dari tingkat kecemerlangannya sekarang. Dia yakin planet kita ada kemungkinan berada di tempat yang lebih hangat pada masa itu.
Menurut perhitungannya, bumi harus berada 6-7 persen lebih dekat ke matahari dibanding sekarang agar tidak membeku pada masa awal pembentukan. “Jaraknya memang jutaan kilometer, tapi dari sudut pandang mekanika orbital, jaraknya tak sejauh itu,” ujarnya. “Pertanyaannya adalah apa yang membuat planet pindah dari satu lokasi ke tempat lain.”
Minton menduga bumi telah bermigrasi menjauhi matahari melalui proses yang disebut penyebaran planet, yang terjadi ketika satu planet atau lebih terlontar dari orbitnya, adanya kenaikan pemisahan orbital, atau ketika planet bertumbukan. Penjelasan ini dipaparkannya pada Space Telescope Science Institute di Baltimore beberapa waktu lalu.
Masih banyak cara yang memungkinkan planet bergerak. Namun banyak alternatif yang dicoret karena proses ini melibatkan waktu 1 miliar hingga 10 ribu tahun lalu.
“Teori penyebaran planet tidak bisa dikesampingkan karena, ketika tata surya terbentuk, tak ada yang mengetahui berapa lama mereka akan stabil,” katanya. “Sistem planet bisa jadi tidak stabil selama beberapa waktu.”
Minton berspekulasi bahwa pada masa itu terdapat dua protoplanet Venus yang mengalami fase tidak stabil dan kacau, melintasi jalur bumi, dan mendorong bumi ke orbitnya sekarang. Dua protoplanet Venus kemudian bertabrakan dan membentuk planet Venus.
LIVESCIENCE | PURDUE UNIVERSITY | TJANDRA
Berita terkait
Ulasan Profesor Astronomi BRIN soal Posisi Hilal dan Lebaran 10 April 2024
24 hari lalu
Awal Syawal atau hari Lebaran 2024 diperkirakan akan seragam pada Rabu, 10 April 2024. Berikut ini penjelasan astronom BRIN soal posisi hilal terkini.
Baca SelengkapnyaTak Segampang Itu Mengamati Komet Setan, Terlalu Singkat dan Berpotensi Terhalang Awan
30 hari lalu
Kondisi cuaca, polusi cahaya, dan sempitnya durasi bisa menghambat pengamatan Komet Setan.
Baca SelengkapnyaFenomena Langka di Langit April 2024, Hujan Meteor Hingga Komet Setan
30 hari lalu
Sejumlah fenomena astronomi langka bakal terjadi sepanjang April 2024. Ada hujan meteor, gerhana matahari total, sampai okultasi bintang Antares.
Baca SelengkapnyaKemunculan Komet Setan, Perlukah Kita Khawatir?
31 hari lalu
Komet 12P/Pons-Brooks alias komet setan menuju titik terdekatnya dengan matahari dan bumi. Pakar astronomi membantah isu tanda kiamat.
Baca SelengkapnyaPilih 5 Program Studi Perguruan Tinggi Bagi yang Ingin Berkarier di BMKG
2 Februari 2024
Ingin bekerja di Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika? Berikut 5 program studi di perguruan tinggi yang dibutuhkan BMKG.
Baca SelengkapnyaFenomena Astronomi 2024, 5 Gerhana Bulan dan Matahari Tidak Melintasi Indonesia
6 Januari 2024
Ada lima gerhana bulan dan matahari yang akan terjadi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaFenomena Astronomi Desember, Hujan Meteor Geminid Sampai Malam Natal
5 Desember 2023
Beberapa fenomena astronomi mewarnai langit malam Desember 2023.
Baca SelengkapnyaFenomena Langit Oktober Diwarnai Gerhana Bulan dan Tiga Hujan Meteor
4 Oktober 2023
Gerhana bulan akan terjadi pada Ahad dini hari, 29 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaJakarta Raih 4 Medali Bidang Astronomi di OSN, Ini Kata Pelatih dari Planetarium Jakarta
6 September 2023
DKI Jakarta meraih juara umum pada Olimpiade Sains Nasional atau OSN 2023 dengan total 71 medali.
Baca SelengkapnyaDzaky Rafiansyah Raih Dua Perak Olimpiade Astronomi Berturutan, Ini Rahasianya
4 September 2023
Dzaky mengaku menyukai astronomi sejak kelas 3 SMP.
Baca Selengkapnya