TEMPO.CO, Jakarta - Di dunia, ada dua tempat yang dijadikan lokasi perburuan partikel Tuhan. Keduanya memiliki fasilitas memadai. Pertama ada di Amerika, yaitu Fermilab yang menggunakan mesin Tevatron. Kedua, di perbatasan Prancis-Swiss, dekat Jenewa, bernama Large Hadron Collider (LHC), milik European Organization for Nuclear Research (CERN).
Meskipun fasilitas Fermilab mendukung usaha pencarian partikel Tuhan, laboratorium ini tutup pada September 2011. Di lain pihak, LHC berdiri layaknya kota kecil, bukan laboratorium biasa. Ketika mengajak Tempo berkeliling di LHC, Emmanuel Tsesmelis, fisikawan senior CERN, menceritakan jika bagian terpenting laboratorium yang dibangun pada 1998-2008 itu berada di bawah tanah.
"Bagian itu ada pada kedalaman 175 meter," kata Tsesmelis di pengujung Juni 2012. "Bentuknya berupa tiga sirkuit dalam terowongan melingkar untuk mengayunkan partikel agar bisa bergerak mendekati kecepatan cahaya."
Kata Tsesmelis, tanda-tanda jika partikel Tuhan bakal segera tertangkap sudah terlihat sejak akhir tahun lalu. Pertengahan Desember 2011, Kepala Eksperimen CMS Vivek Sharma menyebutkan di fasilitasnya partikel Tuhan telah terpojok pada spektrum energi 115-130 GeV. "Perburuan pun digenjot," ujarnya.
Dalam empat bulan terakhir, daya mesin didongkrak dari semula 0,5 triliun elektron volt (TeV) menjadi 4 TeV sehingga menghasilkan partikel Tuhan 20 persen lebih banyak. Hasilnya, selama masa itu data terkumpul dua kali lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Dan data terakhir dari LHC dikumpulkan pada 18 Juni 2012. "Data ini dianalisis dengan hati-hati dan sangat dirahasiakan," kata Tsesmelis.
Namun sebelum hasil pembuktian partikel Tuhan diumumkan, CERN menutup rapat soal ini. Bahkan para ilmuwannya diminta tutup mulut. Alasannya satu, agar temuan tak bocor ke publik.
