78 Ribu Orang Terdaftar untuk Pindah ke Mars

Reporter

Senin, 13 Mei 2013 16:11 WIB

Fotografer Reuters Jim Urquhart mendapat kesempatan membuat foto dokumentasi di Mars Desert Research Station (MDRS) di padang pasir Utah, tempat para peneliti bekerja, meneliti, dan hidup bersama dalam kondisi yang didesain seperti Planet Mars. Reuters.

TEMPO.CO, Amsterdam - Sejumlah besar penduduk Bumi tertarik untuk meninggalkan planet ini selamanya. Rencananya, mereka akan mencari kehidupan baru di Planet Mars. Sekitar 78 ribu orang telah melamar ke organisasi nirlaba Mars One untuk menjadi penghuni Planet Merah. Jumlah itu didapat terhitung sejak pembukaan pendaftaran, 22 April 2013.

Mars One sendiri bermisi mendaratkan empat orang di Planet Merah pada 2023. Keempatnya bakal menjadi pelopor koloni permanen. Kemudian akan diikuti sejumlah astronot yang mendarat setiap dua tahun setelahnya. “Jumlah 78 ribu pendaftar dalam dua minggu, akan menjadikan hal ini sebagai pekerjaan yang paling diinginkan dalam sejarah,” ungkap CEO Mars One, Bas Lansdorp. “Angka ini menempatkan kami pada jalur yang tepat untuk mencapai target setengah juta pendaftar.”

Untuk mendaratkan empat orang pertama di Mars pada 2023, Mars One memperkirakan akan membutuhkan biaya sekitar US$ 6 miliar, setara Rp 58 triliun. Setengah dana itu rencananya dibayar melalui pemutaran acara realiti di televisi global. Nantinya, Mars ONE bakal menempatkan sejumlah kamera yang mendokumentasikan semua tahapan misi: dari pemilihan astronot sampai penghuni tahun pertama di Mars.

Bila tertarik, Anda masih bisa mendaftar hingga 31 Agustus 2013. Syaratnya, berusia di atas 18 tahun dan mengirimkan video berdurasi satu menit ke situs Mars One. Dalam rekaman itu, calon pendaftar harus menjelaskan motivasinya hingga tertarik menjadi penghuni Planet Merah. Tiap pendaftar ditarik bayaran sekitar US$ 5 hingga US$ 75, atau Rp 48 ribu - Rp 730 ribu. "Tergantung penghasilan per kapita negara tiap pendaftar," kata Lansdorp.

Setelah sesi pendaftaran, muncul tim penguji yang memilih 50-100 orang kandidat dari 300 wilayah di dunia. Kuota itu akan diperkecil menjadi 28 sampai 40 orang, di 2015. Nantinya, jumlah akhir itu dibagi menjadi empat kelompok. Mereka pun mendapatkan pelatihan selama tujuh tahun, hingga siap berangkat ke Mars. "Kelompok mana yang berhak menjadi manusia pertama di Mars bakal ditentukan oleh penonton televisi."

Sejauh ini, Mars One menerima pendaftaran lebih dari 120 negara. Amerika Serikat menduduki peringkat pertama dengan 17.324 peminat; China, 10.241 orang; dan Inggris sebanyak 35.81 pendaftar. Russia, Mexico, Brazil, Canada, Colombia, Argentina, dan India melengkapi posisi 10 besar. “Mars One merupakan misi yang mewakili seluruh umat manusia,” kata Landsdorp. Simak berita iptek lainnya di sini.

FOXNEWS | HOSPITA YS

Topik Terhangat
Teroris | Edsus FANS BOLA | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh

Baca juga:

5 Pelajar Indonesia Raih Medali Emas

Kekaisaran Romawi Hancur karena Wabah Pes?

Lapisan Es Kutub Utara Bakal Lenyap

Kafe di AS Larang Pelanggan Gunakan Google Glass

Berita terkait

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

6 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

7 hari lalu

Luhut Gandeng Cina Kembangkan Teknologi Penanaman Padi di Kalteng: Tinggal Cari Partner Lokal

Luhut Pandjaitan menyatakan bahwa Cina bersedia turut memberikan teknologi padinya ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Fakta Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Digagas SBY dan Batal Libatkan Jepang

8 hari lalu

Fakta Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Digagas SBY dan Batal Libatkan Jepang

Gagasan kereta cepat Jakarta-Surabaya muncul pada 2008, awalnya Indonesia menggandeng Jepang

Baca Selengkapnya

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

31 hari lalu

Dubes Jose: Rusia Mitra Tepat untuk Kembangkan PLTN di Indonesia

BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, telah sejak lama menawarkan kerja sama pengembangan PLTN ke Indonesia

Baca Selengkapnya

Login ke Telegram Bisa Tanpa Sinyal, Waspadai Bahayanya

34 hari lalu

Login ke Telegram Bisa Tanpa Sinyal, Waspadai Bahayanya

Skema login baru membuat Telegram bisa diakses di luar daerah bersinyal. Namun, di baliknya ada risiko peretasan.

Baca Selengkapnya

Grab Jadi Perusahaan Teknologi Pertama yang Peroleh Sertifikasi Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU

34 hari lalu

Grab Jadi Perusahaan Teknologi Pertama yang Peroleh Sertifikasi Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU

KPPU memberikan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha kepada PT Grab Teknologi Indonesia atau Grab.

Baca Selengkapnya

10 Rekomendasi Laptop Rp 3 Jutaan Terbaru dengan Fitur Lengkap

35 hari lalu

10 Rekomendasi Laptop Rp 3 Jutaan Terbaru dengan Fitur Lengkap

Berikut ini deretan rekomendasi laptop Rp3 jutaan dengan fitur lengkap dari berbagai merek, mulai dari Asus, Axioo, HP, hingga Lenovo.

Baca Selengkapnya

Pegiat Teknologi: Notion Mudahkan Tugas dan Proyek

39 hari lalu

Pegiat Teknologi: Notion Mudahkan Tugas dan Proyek

Kemampuan Notion terlihat dalam kesanggupannya menyediakan lingkungan kerja yang terintegrasi.

Baca Selengkapnya

Masih Pakai Kuli Panggul, Ombudsman Minta Bulog Adopsi Teknologi untuk Percepat Bongkar Muat

44 hari lalu

Masih Pakai Kuli Panggul, Ombudsman Minta Bulog Adopsi Teknologi untuk Percepat Bongkar Muat

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengkritik pengiriman dan bongkar muat beras impor oleh Bulog yang terbilang lama.

Baca Selengkapnya

Alasan Huawei Patenkan Sensor Sidik Jari Ultrasonik Buatan Sendiri

48 hari lalu

Alasan Huawei Patenkan Sensor Sidik Jari Ultrasonik Buatan Sendiri