Kurangi Gas Rumah Kaca Tekan Kematian Prematur

Reporter

Selasa, 24 September 2013 03:56 WIB

Tianying merupakan kota industri di Cina, yang menempati urutan kedua kota terpolusi di dunia. Limbah timbel dan logam berat lainnya membuat udara di Tianying sangat tersecmar itu. geo.fr

TEMPO.CO, Jakarta--Penggunaan bahan bakar minyak dikenal sebagai penyumbang terbesar pencemaran udara, membahayakan kesehatan dan memicu efek gas rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu permukaan bumi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jika jumlah gas rumah kaca berhasil diturunkan maka itu bisa mencegah sekitar tiga juta kematian prematur.

Gas yang menyebabkan efek rumah kaca, seperti karbon dioksida, menahan panas di permukaan bumi yang menyebabkan temperatur naik. Pemanasan global yang terjadi saat ini adalah imbas dari naiknya level karbon dioksida akibat penggunaan bahan bakar fosil secara masif sejak Revolusi Industri pada akhir abad 18.

Peneliti dari Universitas North Carolina, Jason West, menyebutkan bahwa efek polusi udara pada angka kematian tidak lagi bersifat lokal dan jangka pendek. Polutan sudah menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan perubahan jangka panjang pada populasi manusia, perubahan iklim dan kualitas udara. Efeknya akan semakin dahsyat jika gas rumah kaca tidak dikurangi.

West dan koleganya menghitung bahwa pada 2030 sekitar 300-700 ribu kematian prematur sebenarnya bisa dicegah jika gas rumah kaca dikurangi secara drastis. Dua pertiga dari jumlah kematian prematur itu ada di Cina. Pada 2050, pengurangan gas rumah kaca akan mengurangi angka kematian prematur hingga 1,8 juta jiwa. Kemudian pada 2100, sekitar tiga juta kematian prematur akibat polusi udara bisa dicegah.

"Mengurangi gas rumah kaca bisa menurunkan jumlah polutan udara dan punya efek signifikan dalam menyelamatkan banyak nyawa," kata West. Para peneliti memperkirakan biaya untuk mengurangi satu ton emisi karbon dioksida sekitar 50 hingga 380 dolar Amerika Serikat. West mengatakan perubahan iklim adalah masalah serius yang butuh penanganan cepat.

Lembaga Kerja Sama Antarpemerintah untuk Isu Perubahan Iklim akan memberikan pernyataannya tentang penelitian iklim pekan ini. Pada 2014 lembaga international itu juga akan membuat laporan tentang bagaimana perubahan iklim mempengaruhi dunia serta penanganannya.

"Sudah berulang kali aksi untuk mengatasi masalah global jangka panjang seperti perubahan iklim ini mandek. Penelitian ini menunjukkan keuntungan luar biasa dari mengurangi gas rumah kaca dan menghambat perubahan iklim," kata West. Penelitian West dan koleganya dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change.

LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA

Baca juga:

BlackBerry Tarik Aplikasi BBM di Android
8 Alasan Beralih ke Android
Ini Bocoran Tampilan Android KitKat 4.4
Alasan BBM untuk Android Ditunda

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya