Sungai Citarum Masuk Daftar Lokasi Paling Tercemar  

Reporter

Editor

Budi Riza

Kamis, 7 November 2013 15:38 WIB

Seorang peselancar sungai bersiap saat akan berlatih menjelang kompetisi di Sungai Citarum, Bantar Caringin, Bandung, Jawa Barat, (1/11). TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi nirlaba Blacksmith Institute yang berbasis di New York dan Green Cross asal Swiss melansir daftar tempat paling tercemar di bumi tahun ini. Ada 10 lokasi yang dipandang sangat tercemar akibat limbah industri, pengolahan limbah yang buruk, hingga bencana nuklir.

Sungai Citarum di Jawa Barat dan kawasan di sekitarnya masuk dalam daftar karena pencemaran limbah industri dan bahan kimia. Laporan Blacksmith menyebutkan lebih dari 500 ribu orang terkena dampak langsung pencemaran di Sungai Citarum. Sementara lebih dari 5 juta orang terkena dampak tak langsung akibat polutan kimia yang dibuang di sungai dan terbawa aliran air.

Kandungan timah, aluminium, mangan, dan konsentrat besi di sungai itu beberapa kali lebih tinggi dari angka rerata dunia. Sumber pencemaran berasal dari aktivitas industri dan domestik di sekitar sungai.

Blacksmith memang tidak membuat urutan dalam daftar tempat paling tercemar ini, namun yang jelas, sungai Citarum disandingkan dengan lokasi-lokasi paling tercemar dan beracun di dunia.

Daftar itu juga mencantumkan Chernobyl, kota di Ukraina yang hingga kini masih tercemar radioaktif setelah terjadi ledakan reaktor nuklir pada 1986. "Laporan tahun ini memuat tempat paling tercemar yang kami temukan. Tapi yang lebih penting adalah masalahnya justru lebih besar dari sekadar 10 lokasi itu," kata Presiden Blacksmith Institute Richard Fuller seperti dikutip Livescience, Rabu (6/11).

Lokasi yang paling tercemar kebanyakan ada di negara-negara berkembang. "Kami memperkirakan kondisi kesehatan lebih dari 200 juta orang saat ini terancam akibat pencemaran di negara berkembang," katanya.

Peneliti memilih 10 lokasi tersebut berdasarkan tingkat keparahan dan risiko pencemaran terhadap kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 23 persen kematian di negara berkembang disebabkan oleh pencemaran lingkungan.

Selain terkena kanker, orang yang terpapar bahan kimia berpotensi mengalami keracunan akut dan kronis, cacat kognitif, kerusakan organ, dan masalah pernapasan. Anak-anak adalah kelompok yang paling berisiko sakit akibat pencemaran.

LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA



Berita Terpopuler:
Hakim Vica: 15 Tahun Tak Dinafkahi Suami
Diisukan Menikah Lagi, Ratu Atut: Astagfirullah
Dipecat, Hakim Vica Tetap Dapat Gaji Pensiun
Mengundang Jokowi Harus Bayar? Ini Kronologinya
Mengundang Jokowi Bayar, Pemprov DKI Minta Maaf

Berita terkait

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

17 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

38 hari lalu

BRIN Kembangkan Metode Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

Peneliti BRIN tengah mengembangkan metode baru daur ulang baterai litium. Diharapkan bisa mengurangi limbah baterai.

Baca Selengkapnya

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

53 hari lalu

Mengenal Antropomorfisme, Sifat Manusia yang Memberikan Empati ke Sekitarnya

Antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia hingga empati kepada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

58 hari lalu

Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Masyarakat adat suku Awyu mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam sengketa izin lingkungan perusahaan sawit PT ASL di Boven Digoel, Papua Selatan.

Baca Selengkapnya

4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK

4 Maret 2024

4 Bulan DPO, Mantan Pejabat Pemkab Bangka Tersangka Kasus Perambahan Hutan Ditangkap KLHK

Tersangka Barlian merupakan aktor intelektual kasus perusakan dan perambahan hutan di kawasan hutan produksi Sungai Sembulan Bangka.

Baca Selengkapnya

Skema Bank Sampah untuk Pembersihan Limbah Alat Peraga Kampanye Pemilu 2024

14 Februari 2024

Skema Bank Sampah untuk Pembersihan Limbah Alat Peraga Kampanye Pemilu 2024

Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat mengoptimalkan bank sampah untuk pembersihan alat kampanye Pemilu 2024. Berfokus ke pemlilahan sampah.

Baca Selengkapnya

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

13 Februari 2024

Menteri Lingkungan Hidup Bertemu Dubes Norwegia Bahas Capaian Pengurangan Emisi

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bertemu Duta Besar Norwegia Rut Kruger Giverin membahas capaian emisi.

Baca Selengkapnya

Kementerian Lingkungan Hidup Kampanyekan Perangi Sampah Plastik dengan Cara Produktif

7 Februari 2024

Kementerian Lingkungan Hidup Kampanyekan Perangi Sampah Plastik dengan Cara Produktif

Pada Hari Peduli Sampah Nasional 2024 ini, Kementerian Lingkungan Hidup mengusung tema "Atasi Sampah Plastik dengan Produktif."

Baca Selengkapnya

Pertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu

31 Januari 2024

Pertemuan Anies Baswedan - Emil Salim, Mengenang Saat SMA Wawancara Menteri Lingkungan Hidup Itu

Saat SMA, Anies Baswedan mewawancarai Emil Salim. Kini, mereka bertemu kembali untuk berdiskusi. Sehari sebelumnya, Ganjar bertemu Emil pula.

Baca Selengkapnya

Anies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?

29 Januari 2024

Anies dan Ganjar Kompak Temui Emil Salim, Ada Apa?

Capres Anies dan Capres Ganjar menemui mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Emil Salim jelang pencoblosan Pilpres. Ada apa?

Baca Selengkapnya