Kapan Oksigen Muncul di Bumi?  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Kamis, 27 Maret 2014 04:03 WIB

Sejumlah pekerja menutup hidung dan mulutnya saat berjalan menuju kantornya di kota Singapura, (20/6). Kebakaran hutan di Pekanbaru membuat populasi asapnya hingga ke Singapura. (AP Photo/Joseph Nair)

TEMPO.CO, Connecticut - Manusia bergantung pada oksigen untuk hidup. Zat itu dihasilkan oleh tanaman melalui proses fotosintesis dengan memanfaatkan sinar matahari. Para peneliti memprediksi organisme pertama yang bisa melakukan fotosintesis muncul sekitar tiga miliar tahun lalu. Keberadaan oksigen justru membunuh banyak organisme sel tunggal di masa itu.

Kadar oksigen diperkirakan sudah melonjak tajam 2,5 miliar tahun lalu. Masa itu dikenal sebagai Era Oksidasi Besar. Sebuah studi para peneliti dari Universitas Yale yang dimuat pada jurnal Nature Geoscience, 23 Maret 2014, menunjukkan organisme yang bisa melakukan fotosintesis sudah muncul sebelum terjadi lonjakan kadar oksigen di bumi.

Pada masa awal bumi, sebelum tanaman muncul, organisme sel tunggal bergantung hidup pada zat kimia seperti hidrogen, metan, dan belerang. Keberadaan oksigen justru meracuni organisme anaerob. Mereka mati ketika alga biru-hijau yang dikenal sebagai cyanobacteria mengembangkan fotosintesis dan mulai mengeluarkan oksigen.

Cyanobacteria mengubah sinar matahari menjadi gula dan menghasilkan oksigen sebagai limbahnya. Kombinasi antara oksigen yang reaktif dengan metal dan protein dalam sel sangat mematikan bagi organisme anaerob. Untuk membuktikannya, ahli kimia geologi dari Universitas Yale, Noah Planavsky, melakukan analisa terhadap kadar molybdenum dan besi di batuan berusia 2,95 miliar tahun dari Afrika Selatan. Batuan Pongola itu berada dalam perairan dangkal di dekat pantai.

Metal dipakai sebagai ukuran adanya proses fotosintesis. Sementara isotop molybdenum atau elemen dengan jumlah proton sama, namun memiliki neutron yang berbeda digunakan untuk melacak oksidasi pada mangan. "Proses ini membutuhkan oksigen dengan kadar tinggi," kata Planavsky.

Jejak kimia yang terdeteksi di batuan tersebut menandakan cyanobacteria memproduksi oksigen di permukaan air laut. "Studi kami menunjukkan ada perkembangan cyanobacteria di lautan," kata Planavsky.

Bukti lain menunjukkan kadar oksigen melonjak tajam 500 juta tahun sebelum cyanobacteria pertama mengembangkan fotosintesis dan Era Oksidasi Besar berlangsung. Peneliti berpendapat bumi berperan dalam meningkatkan kadar oksigen saat kontinen berkembang.

Erosi pada kerak bumi dan perubahan gunung berapi menyemburkan gas ke atmosfer. Perubahan geologi menyebabkan atmosfer mulai dipenuhi oksigen. "Ada hubungan antara evolusi biologis dan evolusi geologis dalam perubahan besar sepanjang sejarah bumi," kata Planasvky.


LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA

Topik terhangat:
Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century


Berita terpopuler lainnya:
MH370 Turun dari Ketinggian karena Ada Lubang?
Di Rumah Gus Dur, Jokowi Sempat Bantu Angkat Kursi
Puing MH370 Ada di Celah Gunung Api Bawah Laut

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya