TEMPO Interaktif, BANDUNG: Tim Olimpiade Biologi Indonesia menyabet tiga medali perunggu di Minsk, ibukota Republik Belarus. Olimpiade itu berlangsung pada 8 Juli-16 Juli. Hal itu disampaikan Dr. Agus Dana Permana, pembina tim Olimpiade Biologi Indonesia, kepada TNR di Bandung, Selasa (22/7).
Ketiga orang itu adalah Made Gunarsa dan Niluh urya Utami dari SMUN 4 Denpasar, serta Setiawan dari SMU Sutono 1 Medan.
Dengan prestasi itu Made Gunarsa, dan Ni Luh Surya langsung diterima ke Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Sedangkan Setiawan, sedang menunggu pengumuman dari Nanyang Technology of Singapore.
Indonesia sebenarnya mengirimkan 4 orang peserta. Made, Ni Luh, dan Setiawan mendapat perunggu, sedangkan Mulyono (siswa SMUN 1, Pare, Kediri), mendapat Honorable Mantion. Sebuah penghargaan biasa.
International Biology Olympiad (IBO) adalah ajang kompetisi ilmiah siswa SMU di bidang Biologi dari beberapa negara di dunia. Indonesia telah mengikuti olimpiade itu sejak sejak IBO ke 11, pada 2000 di Turki. Setiap negara diwakili oleh empat siswa SMU.
Keempat siswa itu hasil seleksi sekitar 2500 siswa yg disaring sejak Mei 2002, di tingkat Kabupaten, seleksi tingkat propinsi dan tingkat Nasional pada September 2002 yang diselenggarakan Direktorat Menengah Umum (DIKMENUM), DEPDIKNAS yang bekerja sama dengan Departemen Biologi FMIPA-ITB.
Pada Oktober hingga Nopember 2002, sebanyak 35 siswa hasil seleksi tingkat nasional telah menjalani pembinaan berdasarkan silabus IBO serta seleksi, dilanjutkan dengan pembinaan dan seleksi ke 2 pada bulan Juni 2003.
Materi seleksi yang dilakukan meliputi teori di seluruh bidang biologi dari Biologi Molekuler hinga Ekologi, termasuk Mikrobiologi, Genetika dan Evolusi, Anatomi, Morfologi dan Fisiologi Hewan serta Tumbuhan, Biosistematik dan Etologi (perilaku).
Selain itu, dilakukan pula test praktikum di bidang Mikrobiologi dan Bikimia, Genetika, Anatomi dan sistematik Hewan serta Fisiologi dan Anatomi Tumbuhan. Materi test memiliki kualitas yang sangat tinggi, baik untuk praktikum maupun teori, hal ini terlihat dari sekitar 150 soal-soal teori yang di batalkan tidak mencapai 3%, ujar Agus.
Menurut Agus, prestasi yang dicapai tim Indonesia mencerminkan kualitas pendidikan di SMU, khususnya Biologi, yang ternyata masih sedikit diatas nilai rata-rata dari seluruh peserta, jelas Dr.Agus.
Ini bukan prestasi yang pertama bagi Indonesia. Kata Agus, Di Turki tahun 2000, Indonesia bisa merebut satu perunggu. Sang pemenang adalah Putri dianita, siswa SMUN 8 Jakarta. Kini Putri kuliah diu Kedokteran UI tanpa test.
Lalu tahun 2001 di Brusel, Belgium. Anak Kelas 2 SMU dapat perunggu. Namanya Aditya Jafar, ujar Dr.Agus. Tahun 2002, kembali Indonesia menyabet perunggu plus Perak. Perak hasil kerja keras Riza dan lagi-lagi Aditia Jafar. Sedangkan perunggu, dihasilkan Rendra.
bobby gunawan-Tempo News Room