Lagi, Ikan Purba Tertangkap di Perairan Sulawesi

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Jumat, 14 November 2014 05:19 WIB

Ikan Butini merupakan ikan purba endemik yang hidup di danau Matano. TEMPO/ Nita Dian

TEMPO.CO, Jakarta - Seekor ikan purba coelacanth kembali tertangkap di perairan Sulawesi Utara. Ikan itu tak sengaja masuk ke jaring yang ditebar para nelayan di sekitar Pulau Gangga, Kabupaten Minahasa Utara, 5 November 2014. Hasil pemeriksaan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memastikan ikan purba yang tertangkap itu adalah spesies Latimeria menadoensis. (Baca: Spesies Baru Lumba-lumba Ditemukan di Australia)

Pakar taksonomi ikan LIPI, Teguh Peristiwady, mengatakan ciri-ciri fisik ikan yang dilaporkan para nelayan itu sesuai dengan data spesies L. menadoensis. Ikan purba itu jarang sekali terlihat karena habitatnya berada lebih dari 150 meter di bawah permukaan laut. "Ini adalah satu keberuntungan ketika kami berhasil mendapatkan satu spesimen baru yang utuh," kata Teguh dalam workshop tentang coelacanth di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ancol, Jakarta, 12 November 2014. (Baca: Perdagangan Satwa Langka Lewat Online Marak)

Nelayan menemukan ikan coelacanth itu di dalam jaring sepanjang 50 meter. Ikan itu kemungkinan tersangkut karena panjang tali pengikat jaring dengan bandul penanda di permukaan laut mencapai 400 meter. Teguh mengatakan tidak mengetahui kedalaman lereng laut dan seberapa jauh jaring itu tenggelam. "Namun dilihat dari panjang tali yang menahan jaring saat mengayun ke bawah, kedalamannya mungkin kurang dari 400 meter," ujarnya.

Ikan itu adalah spesimen ketujuh yang ditemukan di perairan Indonesia. Coelacanth pertama kali ditemukan di Indonesia di perairan Manado, Sulawsi Utara pada 1998. Coelacanth perdana itu panjangnya mencapai 130 sentimeter. Teguh mengatakan panjang ikan coelacanth terbaru mencapai 128,5 sentimeter dan lebar 32 sentimeter. Tebal tubuhnya sekitar 35 sentimeter dan panjang kepalanya 33,5 sentimeter. "Beratnya sekitar 22 kilogram," ujarnya. (Baca: Kesehatan Lutung Diperiksa Sebelum Dilepasliarkan)

Coelacanth adalah ikan purba yang diperkirakan muncul di bumi sekitar 400 juta tahun silam. Sempat dikira punah, coelacanth pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 1938. Cuma ada dua spesies coelacanth di dunia. Satu ditemukan di perairan timur Indonesia, sementara spesies Latimeria chalumnae hidup di laut dalam sebelah timur Afrika. Coelacanth diduga sebagai mata rantai yang menghubungkan proses transisi evolusi dari ikan ke tetrapoda (organisme bertungkai empat).

Dua spesies ikan purba itu diduga terpisah akibat adanya pergeseran lempeng benua. Peneliti kelautan asal Jepang, Yoshitaha Abe, mengatakan pergeseran kontinen selesai sekitar 60 juta tahun lalu. Pergerakan kontinen ke utara turut membantu terbentuknya Nusantara dan jarak dengan Afrika semakin jauh. "Ikan itu adalah perenang yang lambat tapi mereka jelas punya waktu banyak untuk menyeberangi samudera Hindia," kata Abe yang juga Direktur Aquamarine Fukushima, Jepang.

Ikan coelacanth adalah spesies langka yang dilindungi. Namanya termasuk di dalam daftar merah Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar. Semua hewan yang masuk dalam daftar merah itu tak boleh ditangkap apalagi diperjualbelikan.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Baca berita lainnya:
Jusuf Kalla: Ah, FPI Selalu Begitu, Simbol Saja
Jusuf Kalla: Kenaikan Harga BBM Akan Ditunda
Kuasa Hukum: Mana Buktinya FPI Rasis...
Begini Cara Membubarkan FPI







Advertising
Advertising

Berita terkait

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

23 Agustus 2023

LIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN

Awal pembentukan LIPI pada 1967 dimulai dengan peleburan lembaga-lembaga ilmiah yang lebih dulu didirikan.

Baca Selengkapnya

Kebun Raya Purwodadi Buka Lagi, Kendaraan Dilarang Masuk

27 Juli 2020

Kebun Raya Purwodadi Buka Lagi, Kendaraan Dilarang Masuk

Selain Kebun Raya Purwodadi, LIPI telah membuka kembali Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Eka Karya Bali.

Baca Selengkapnya

Tips Cegah Kontaminasi Bakteri Listeria pada Jamur Enoki

29 Juni 2020

Tips Cegah Kontaminasi Bakteri Listeria pada Jamur Enoki

Peneliti LIPI mengatakan pengolahan dan penyimpanan yang baik dapat mencegah kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes di jamur enoki.

Baca Selengkapnya

Menristek: Akhir Mei, 50 Ribu Alat Tes PCR Lokal Diproduksi

5 Mei 2020

Menristek: Akhir Mei, 50 Ribu Alat Tes PCR Lokal Diproduksi

Bambang Brodjonegoro mengatakan alat pendeteksi Virus Corona alias COVID-19 baik berbasis PCR maupun non-PCR tengah dikembangkan di dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Fosil Gading dan Pantat Gajah Purba Ditemukan di Madiun

6 Februari 2020

Fosil Gading dan Pantat Gajah Purba Ditemukan di Madiun

Diperkirakan fosil milik hewan yang hidup di zaman pleistosen, ratusan ribu tahun yang lalu. Ada juga banteng, kudanil, dan kura-kura.

Baca Selengkapnya

LIPI Tunggu Sikap Pemerintah Terhadap Lembaga Riset dan BRIN

18 Oktober 2019

LIPI Tunggu Sikap Pemerintah Terhadap Lembaga Riset dan BRIN

LIPI akan mengikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah karena tentang pembentukan BRIN

Baca Selengkapnya

Reorganisasi Internal, Kepala LIPI: Sudah Disetujui Kemenpan-RB

31 Januari 2019

Reorganisasi Internal, Kepala LIPI: Sudah Disetujui Kemenpan-RB

Menurut Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, reorganisasi internal sudah disetujui Kemenpan-RB.

Baca Selengkapnya

2 Dekade COREMAP, Ini Pencapaian LIPI di Ekosistem Pesisir

10 Desember 2018

2 Dekade COREMAP, Ini Pencapaian LIPI di Ekosistem Pesisir

Sejak tahun 1998, LIPI terlibat dalam kegiatan COREMAP.

Baca Selengkapnya

Laksana Tri Handoko Dilantik Jadi Kepala LIPI yang Baru

31 Mei 2018

Laksana Tri Handoko Dilantik Jadi Kepala LIPI yang Baru

Sebelum menjadi Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko menjabat sebagai Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik.

Baca Selengkapnya

Rayakan HUT Ke-201, Kebun Raya Bogor Gelar Pameran Seni Botani

18 Mei 2018

Rayakan HUT Ke-201, Kebun Raya Bogor Gelar Pameran Seni Botani

Kegiatan berlangsung selama tiga hari mulai 18 sampai 20 Mei 2018 di Gedung Samida Kebun Raya Bogor.

Baca Selengkapnya