Twitter Bisa Ungkap Penyakit Jantung, Caranya?
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Jumat, 23 Januari 2015 17:41 WIB
TEMPO.CO, Pennsylvania – Tak hanya meluncurkan sebuah cuitan, berbagi keluh kesah, Twitter juga dapat memulai gerakan sosial dan menggulingkan pemerintah. Bahkan, menurut peneliti dari University of Pennsylvania, Twitter dapat menjadi indikator psikologis kesejahteraan seseorang dan memprediksi penyakit jantung.
Studi sebelumnya telah mengidentifikasi beberapa faktor yang berperan menyebabkan penyakit jantung, seperti merokok dan tingkat stres. Studi kali ini mengungkap, Twitter mengungkap potensi penyakit jantung dari suasana psikologis yang dicuitkan pengguna.
Menurut para peneliti, ekspresi emosi negatif seperti marah, stres, dan kelelahan yang dicuitkan dapat dikaitkan dengan risiko jantung. Sebaliknya, emosi positif dan optimisme dapat mengurangi risiko penyakit jantung. (Baca: 3 Makanan Sehat Ini Bantu Merawat Jantung)
“Twitter merupakan jendela ke kondisi mental kolektif masyarakat yang berguna dalam analisis epidemiologi kesehatan masyarakat,” kata pemimpin penelitian dari Departemen of Psychology, Johannes Eichstaedt, seperti dikutip dari Science Daily, Jumat, 23 Januari 2015. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Psychological Science.
Dia mengatakan, Twitter pasti berisi tentang segala perasaan yang terhubung secara psikologis. Data tersebut, menurut Eichstaedt, bisa menjadi data kesehatan masyarakat yang berharga di dunia nyata.
Ide Twitter ini didapat lantaran tidak ada cara yang dapat digunakan untuk mencari tahu emosi kolektif masyarakat. “Lebih mudah melihat apa yang mereka tuliskan di media sosial,” ujar Eichstaedt. Sedangkan kuesioner, menurut dia, akan memakan waktu lama dan biaya yang cukup besar.
Setelah melihat apa yang dituliskan banyak orang di akun Twitter pribadinya, para peneliti kemudian membandingkan dengan kondisi negara dan tradisi dari tempat tinggal kelompok masyarakat tersebut. Sebagai contoh, emosi negatif dapat dipicu dari respons perilaku sosial atau kondisi negara saat itu.
Lalu para peneliti melihat penyebab umum kasus penyakit jantung di sebuah negara. “Kami juga kumpulkan data tentang jumlah perokok, obesitas, dan penyakit hipertensi,” Eichstaedt mengatakan. Dalam studi ini, tim hanya membatasi para pengguna Twitter di Amerika.
Data Twitter diambil sepanjang 2009 sampai 2010. Eichstaedt dan timnya menganalisis sampel yang dipilih secara acak. Sampelnya diambil dari 1.300 daerah di Amerika. “Jumlah ini 88 persen mewakili Amerika,” ujarnya. (Baca: Pernikahan Tak Bahagia Picu Penyakit Jantung)
Dari data tersebut, Eichstaedt menyimpulkan, bahasa memiliki hubungan dengan penyakit. Temuan ini diklaim cocok dengan penelitian sosiologis sebelumnya yang menunjukkan kaitan antara masyarakat sehat dan bahasa yang teratur. “Melalui Twitter, kita bisa memprediksi seberapa besar potensi penyakit jantung akan menyerang masyarakat,” ujarnya.
SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB
Berita Lain
Tanpa Izin Mega, Hasto Kristiyanto Serang KPK
Gaji Lurah di Jakarta Rp 33 Juta, Ini Rinciannya
PDIP Mega Menyeruduk, Begini Ranjau bagi Bos KPK
Kutipan 5 Tokoh yang Sudutkan KPK