TEMPO.CO, Missouri - Para ilmuwan 'tanpa sengaja' menemukan bakteri penghasil hidrogen dalam kondisi tingkat garam dan alkali yang sangat tinggi. Kondisi ini, secara teori, dapat direplikasi dalam industri untuk menghasilkan biofuel dalam skala besar.
Dr Melanie Mormile, profesor ilmu biologi di Missouri University of Science and Technology menemukan bakteri Halanaerobium hydrogeninformans di Soap Lake, Washington.
Bakteri itu disebut sebagai bakteri ekstrem, atau 'extremophile' - suatu mikroorganisme yang hidup dalam kondisi suhu, keasaman, alkalinitas atau konsentrasi bahan kimia yang ekstrem.
Dalam tes, para peneliti menemukan bahwa bakteri itu menghasilkan hidrogen pada kondisi garam dan basa dalam jumlah yang menyaingi organisme yang dimodifikasi secara genetik.
Bakteri itu juga menghasilkan senyawa organik yang dikenal sebagai 1, 3-propenediol. Senyawa ini dapat digunakan dalam produk-produk industri, termasuk perekat, laminasi dan pelapis. Ia juga sebuah pelarut dan dapat digunakan sebagai antibeku.
Hidup di lingkungan yang ekstrem, Halanaerobium hydrogeninformans disebut memiliki 'kemampuan metabolisme' di dalam kondisi yang sama yang terlihat di beberapa situs limbah terkontaminasi.
Temuan yang diterbitkan dalam Frontiers in Microbiology itu dibangun berdasar penelitian bakteri sebelumnya dari Dr Mormile pada 2012. "Biasanya, saya cenderung untuk mempelajari ekologi mikroba dari lingkungan ekstrem, namun bakteri tertentu telah menarik perhatian saya," kata Dr Mormile, sebagaimana dikutip Dailymail, Senin, 2 ebruari 2015.
Hidrogen memiliki kepadatan energi yang sangat tinggi, tiga kali lipat dari bensin atau solar, dan menghasilkan air sebagai produk sampingan. Ia juga dapat digunakan dalam sel bahan bakar yang disebut-sebut dua kali lebih efisien bagi mesin pembakaran.
Hidrogen bukanlah sumber energi dalam dirinya sendiri. Sebaliknya, ia membawa energi dari jenis sumber terbarukan termasuk matahari dan angin, serta air.
Secara khusus, hidrogen yang dihasilkan oleh organisme hidup disebut biohydrogen dan mirip dengan bio-diesel atau bio-gas. Biofuel dapat diambil dari tanaman pangan, yang dikenal sebagai ' biofuel generasi pertama', limbah yang dikenal sebagai 'generasi kedua', dan mikroba yang disebut sebagai 'biofuel generasi ketiga ' atau 'maju'.
Biohydrogen adalah contoh dari biofuel maju, dan sudah diambil dari ganggang dan bakteri, misalnya. Ekstrak biofuel generasi ketiga menguntungkan karena tidak berdampak pada produksi pangan, atau biaya, dan sekitar 10 kali lebih efisien karena menangkap sinar matahari dibandingkan dengan limbah 'generasi kedua'.
Itu berarti bahwa area yang lebih kecil dari tanah diperlukan untuk menghasilkan jumlah bahan bakar yang sama.
Penemuan biohydrogen yang diproduksi oleh Halanaerobium hydrogeninformans itu dilakukan secara tidak sengaja saat mempelajari extremophiles yang ditemukan di Soap Lake, Washington.
Simak berita tekno lainnya di sini.
ERWIN ZACHRI | DAILYMAIL
Berita lain
Awas,Intensitas Petir di Kawasan Timur Kian Tinggi
Kompetisi Perangkat Virtual Reality
PBB: 2014 Tahun Terpanas
Terungkap, Perilaku dan Gaya Gurita Saat Bercinta
Rahasia Taj Mahal dan Gerak Matahari
Berita terkait
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh
1 jam lalu
Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?
Baca SelengkapnyaPakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet
17 hari lalu
Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.
Baca SelengkapnyaAwas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor
30 hari lalu
Beberapa titik bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman dan bakteri di kantor sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihan diri setelah menyentuhnya.
Baca SelengkapnyaLeptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?
34 hari lalu
Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?
Baca SelengkapnyaAlasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas
34 hari lalu
Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.
Baca SelengkapnyaBekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?
27 Februari 2024
Membekukan celana jins di dalam freezer diklaim bisa membuatnya segar dan bebas bau tak sedap tanpa perlu dicuci. Bagaimana faktanya?
Baca SelengkapnyaBikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple
25 Februari 2024
Penyakit Whipple mengganggu pencernaan normal dengan mengganggu pemecahan makanan dan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.
Baca SelengkapnyaGuru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia
21 Februari 2024
Erlina Burhan paparkan bahasan penanganan tuberkulosis di pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar FK UI. Ia tawarkan SIG untuk deteksi TB.
Baca SelengkapnyaCara Efektif Mencegah dan Mengobati Radang Tenggorokan pada Anak
17 Februari 2024
Seperti COVID 19, radang tenggorokan bisa menular melalui droplet.
Baca SelengkapnyaJangan Biarkan SIkat Rambut Jadi Sarang Bakteri, Bersihkan dengan Cara Berikut
30 Januari 2024
Sikat rambut yang dipakai berkali-kali setiap hari bisa menjadi sarang bakteri, jamur, ketombe, dan minyak sehingga harus rutin dicuci.
Baca Selengkapnya