TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan di University College London (UCL) mengembangkan jenis cat baru yang antiair dan bisa bertahan lebih lama alias 'bandel'. Cat itu membuat permukaan yang dilapisinya bisa segera bersih kembali dengan sendirinya ketika terpapar air dan debu.
Cat tersebut bisa dipakai untuk melapisi pakaian, kertas, kaca, dan logam. Ketika dikombinasikan dengan zat perekat khusus, lapisan cat itu mampu menjaga permukaan tetap bersih setelah disapu, digores atau digosok dengan amplas.
Lapisan cat antiair bisa membuat permukaan tetap kering dan bersih. Namun, kemampuan lapisan itu sering kali hilang ketika rusak atau terpapar minyak. Tipe cat baru yang dikembangkan para peneliti dari UCL (Imperial College London), dan Dalian University of Technology di Cina, lebih tahan lama. Dalam laporan yang dimuat di jurnal Science, para peneliti menyebut material yang mereka kembangkan cocok dipakai untuk beragam aplikasi mulai dari pakaian hingga mobil.
Menurut Yao Lu, peneliti dari UCL Chemistry, bahan antiair membuat material tetap bersih dan membuat air membentuk butiran serta langsung mengalir di atasnya. Hal ini mirip penyedot debu yang membersihkan debu, virus dan bakteri. "Untuk mewujudkannya, permukaan harus kasar dan berlilin.
Jadi kami merancang kondisi itu pada permukaan keras dan lembut dengan mendesain cat khusus, mengkombinasikannya dengan berbagai zat perekat untuk membantu permukaan tak mudah rusak," kata Lu seperti ditulis situs UCL, Jumat 6 Maret 2015.
Cat yang terbuat dari lapisan partikel nano titanium dioksida itu mampu menjaga permukaan tetap bersih bahkan ketika dibenamkan dalam minyak dan terpapar kerusakan. Beragam metode pengecatan dilakukan untuk mengetahui kemampuan cat menjaga permukaan material tetap bersih. Peneliti menggunakan alat semprot untuk melapisi laca dan logam, merendam gumpalan wol serta menyemprotkan cat ke kertas.
Semua material itu terbukti antiair. Permukaannya tetap kering karena air yang mengalir di atasnya membentuk butiran-butiran dengan berbagai ukuran. Kondisi itu juga membantu permukaan bersih dari debu.
Gumpalan wol putih yang telah dilapisi cat khusus itu tetap kering dan bersih meski dicelupkan ke dalam cairan berwarna biru. Kertas yang sudah dilapisi cat itu juga tetap kering dan bersih meski sempat diguyur debu dan air.
Kemampuan cat untuk "mengusir" air masih ada ketika permukaan dirusak. Lu mengatakan cat mereka bekerja sangat baik di berbagai jenis material dalam kondisi ekstrem. "Lapisan cat mobil biasa sering sekali tergores dan kami berusaha membuat cat kami bertahan untuk kondisi seperti itu," katanya.
Claire Carmalt, profesor peneliti di Inorganic Chemistry dari UCL Cemistry, mengatakan tantangan terbesar membuat lapisan cat antiair adalah membuatnya tahan kerusakan yang bisa muncul dalam kehidupan sehari-hari.
"Dengan kombinasi cat dan zat perekat, sangat mungkin membuat permukaan bisa bersih sendiri. Kami memakai material yang sudah tersedia jadi metode kami bisa ditingkatkan dalam aplikasi industri," kata Carmalt.
Kepala UCL Chemistry, Ivan Parkin, mengatakan cat model baru itu cocok dipakai di beragam jenis material untuk berbagai fungsi. "Termasuk membuat lapisan antimikroba untuk membantu rumah sakit memerangi infeksi," katanya.
UCL | SCIENCEDAILY | GABRIEL WAHYU TITIYOGA
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya