(ki-ka) Champagne, Sauvignon Blanc dan Chardonnya, di Jakarta Fashion And Food Fastival, Mall Lapiaza, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (17/5). TEMPO/Agung Pambudhy
TEMPO.CO, Reims - Setiap connoisseur, sebutan untuk ahli sampanye, tahu seberapa enak sampanye tua. Tapi, hanya sedikit dari mereka yang mendapatkan kesempatan untuk mencicipi sampanye berumur 170 tahun yang terendam dalam dasar laut.
Pada 2010, sekelompok penyelam menemukan 168 botol sampanye penuh gelembung saat menjelajahi kapal karam dari lepas pantai Aland, Kepulauan Finlandia, Laut Baltik. Saat connoisseur mencicip sampanye tersebut, mereka menyadari bahwa sampanye tersebut berumur lebih dari satu abad.
Analisis kimia kemudian mengungkap tentang bagaimana sampanye ini diproduksi pada akhir abad 19. "Sampanye ini dibuat khas abad 19," tulis Philippe Jeandet, pakar biokimia makanan dari University of Reims Champagne-Ardenne yang juga penulis utama penelitian, dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences edisi 20 April 2015.
Dalam penelitiannya, para ilmuwan menganalisis komposisi kimia sampanye tersebut dan membandingkannya dengan sampanye modern. Tanpa dinyana, para peneliti menemukan komposisi kimia sampanye 170 tahun sangat mirip dengan komposisi sampanye modern. Perbedaannya hanya sedikit. "Pada kadar gula anggur," tulis Jeandet.
Ratusan botol sampanye yang ditemukan dari dasar laut tersebut diproduksi dari tiga rumah pembuat sampanye berbeda. Yakni, Veuve Clicquot Ponsardin, Heidsieck, dan Juglar. Ketiga rumah produksi ini berasal dari Prancis. Nama rumah produksi sampanye tersebut diketahui dari ukiran yang tertera pada gabus penutup botol.