Booming Tren Taksi-Ojek Online Go-jek, GrabTaxi, dan Uber

Senin, 15 Juni 2015 15:45 WIB

Ilustrasi Go-jek. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Jakarta - Macetnya jalanan Ibu Kota menyebabkan Cantika Abigail stres. Tak mau buang waktu, personil grup vokal Gamaliel Audrey Cantika (GAC) ini pilih naik ojek. Baginya, ojek adalah alternatif transportasi yang cukup ideal--meski pengalaman pertamanya naik ojek jadi mimpi buruknya. "Gue ditembak (ongkosnya) bayar Rp 100 ribu," ujarnya Kamis lalu.

Belum lagi jika apes dapat tukang ojek yang mengemudikan motor ugal-ugalan. Salip kanan, salip kiri. Namun apa boleh buat, ia terkadang tetap butuh ojek. Cantika berujar, kegalauannya berakhir ketika ia mendapat informasi mengenai aplikasi Go-jek dari sang adik.

Go-jek adalah layanan transportasi berbasis aplikasi yang rilis awal tahun ini. Layanan Go-jek sendiri sebenarnya sudah lama hadir di Jakarta pada 2011--tapi baru menawarkan layanan order ojek lewat telepon, Whatsapp, BBM, dan Y!M. "Iseng-iseng unduh aplikasi Go-jek, eh jadi ketagihan," kata penyanyi berusia 21 tahun ini.

Ketagihan Cantika beralasan. Dengan Go-jek, ia tidak perlu repot menawar ongkos dan kena tembak lagi. Karena sistem tarifnya kurang lebih seperti taksi, yaitu berdasarkan jarak tempuh. "Misalnya dari rumah gue di daerah Pulo Mas ke Kelapa Gading, itu lebih murah dibanding naik taksi atau ojek konvensional," kata Cantika yang membayar Rp 25 ribu.

Bukan cuma memesan ojek yang lagi ramai. Orang juga banyak memanggil taksi atau mobil sewaan melalui aplikasi. Yugo Pratama, misalnya, seorang manajer pemasaran sebuah restoran yang berbasis di Jakarta. Ia sering menggunakan UberX untuk pulang setelah bekerja sampai larut malam di kantor.

"Saya menggunakan Uber, tapi sering juga GrabTaxi," ujarnya Rabu lalu. Yugo mengaku tidak khawatir dengan keamanan jasa transportasi aplikasi ini, karena merasa posisinya bisa terlacak operator pada setiap titik waktu dan tempat melalui global positioning system.
<!--more-->
Uber diluncurkan pada 2009 di San Francisco, Amerika Serikat. Saat ini semakin berkembang hingga ke lebih dari 170 kota di berbagai negara, termasuk Jakarta. Uber merupakan satu aplikasi yang dibuat untuk menghubungkan antara pengguna kendaraan dengan sarana transportasi.

UberX yang dimaksud Yugo adalah produk Uber yang memiliki tarif lebih murah 35 persen dibanding tarif Uber yang sudah beroperasi sebelumnya. Pada UberX, tarif dasarnya sebesar Rp 3 ribu, tarif perkilometer Rp 2 ribu dengan tarif per menit Rp 200. "Bedanya cuma kendaraannya lebih kecil dan lebih murah," kata dia.

Sebagai perbandingan, tarif Uber Black adalah Rp 7 ribu, tarif per kilometer Rp 2.850 dan tarif per menit Rp 500. Mobil yang biasa dipakai Uber Black adalah Toyota Camry atau Toyota Alphard. Sedangkan UberX memakai mobil yang lebih kecil seperti Toyota Avanza.

Kiki Rizki, Kepala Pemasaran dan Kemitraan GrabTaxi Indonesia, mengatakan, masyarakat sudah mulai akrab dengan transportasi berbasis aplikasi. Menurut dia, meski Indonesia menjadi negara terakhir yang disambangi GrabTaxi di Asia Tenggara, pertumbuhannya begitu signifikan. Aplikasi ini hadir sejak Juni 2014.

Kini total unduhan GrabTaxi di enam negara mencapai 3,6 juta. "Tiga besar pengguna terbanyak berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand," kata Kiki. Sedangkan pengemudinya berjumlah 80 ribu orang. "Di Indonesia driver-nya mencapai ribuan. Pemakainya tinggi, saya tidak bisa bilang jumlah tepatnya."

Di Indonesia, GrabTaxi bisa dijumpai di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, dan Padang. Bulan lalu mereka baru saja meluncurkan GrabBike di Jakarta yang menggandeng ratusan tukang ojek sebagai armadanya. Sebagai awal mereka memberlakukan promo Rp 5 ribu ke mana saja bagi penumpang yang memakai jasa GrabBike sampai 10 Juni mendatang.
<!--more-->
Respons masyarakat terhadap Go-jek juga amat tinggi. Unduhan aplikasi Go-jek sendiri sudah mendekati angka 100 ribu unduhan dengan 6 ribu armada tukang ojek yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Bali.

"Keberhasilan kami adalah informasi dari mulut ke mulut dan media sosial. Kami tidak perlu melakukan pemasaran jor-joran karena bisnis ini semua soal kepercayaan," kata Nadiem Makarim, pendiri dan CEO Go-Jek ketika ditemui di sebuah mal perbelanjaan yang terletak di Sudirman Central Business District, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa lalu.

Kehadiran aplikasi-aplikasi transportasi ini mengubah paradigma orang memesan taksi atau ojek. Kalau sebelumnya konsumen harus telepon atau menunggu di pinggir jalan, maka kini, konsumen hanya cukup mengklik aplikasi, dan dijemput. "Saya percaya layanan transportasi berbasis aplikasi dapat mengurangi kemacetan, polusi dan gas rumah kaca, karena aplikasi membuat transportasi lebih efisien, nyaman, dan memungkinkan orang hidup tanpa mobil pribadi," kata Nadiem.

Dari sisi konsumen, tentu saja ini menguntungkan. Contohnya seperti Grab Taxi yang menawarkan beragam promo untuk menggaet konsumen. Dari potongan ongkos taksi Rp 10 ribu hingga gratis sama sekali. GrabTaxi juga menjamin keamanan penumpang. Dengan adanya sistem GPS, jalur taksi bisa terus terpantau.

Dengan filter semacam itu, operator akan mudah melacak seandainya pengemudi melakukan tindak kejahatan. Penumpang juga mudah melapor ke polisi karena mereka secara otomatis mempunyai nomor polisi kendaraan yang dinaikinya, nama dan foto pengemudinya. GrabTaxi mengaku sudah melakukan seleksi ketat terhadap pengemudinya.

Mekanismenya, kalau Uber menggaet pengemudi mobil pribadi, Grab Taxi menggaet para pengemudi untuk jadi mitranya. Para pengemudi diberikan telepon pintar yang pembayarannya dicicil untuk menunjang aktivitasnya sebagai mitra Grab Taxi dan diberikan pelatihan gratis tentang cara mengoperasikannya. Secara bisnis, Grab Taxi hanya berhubungan dengan para pengemudi, tidak dengan operator.
<!--more-->
Sebenarnya operator Taxi Bluebird dan Express sudah lama merilis sistem pesan taksi lewat aplikasi mobile. Yakni Bluebird Mobile Taxi Reservation dan Express Now. Namun, karena aplikasi ini hanya terbatas untuk armada taksi Bluebird Express saja, seringkali pada jam sibuk konsumen juga harus menunggu lama sebelum dijemput. "Adanya Grab Taxi, memudahkan konsumen untuk mendapatkan taksi apa saja yang dipercaya," kata Kiki.

Kehadiran GrabTaxi, dikatakan Herwan Gozali, Direktur Operasional PT Express Transindo Utama, tidak terlalu dikhawatirkan pihaknya. Yang penting bagi dia adalah GrabTaxi tidak merugikam pengemudi Express yang menjadi mitra mereka. "Kalau mendapat order banyak dari GrabTaxi, kan justru bagus untuk penghasilannya," kata Herwan, Kamis lalu.

Aplikasi reservasi taksi GrabTaxi digunakan para sopir taksi yang berasal dari beberapa perusahaan taksi, seperti Express, Gamya, Tiara Express, dan lain-lain. Perusahaan yang berkantor pusat di Malaysia itu mengaku berusaha memberikan berbagai fasilitas tambahan bagi mitra pengemudi agar mereka mau memanfaatkan aplikasi GrabTaxi ketika mencari penumpang.

"Secara operasional bisa bantu kita dapat pelanggan tambahan sekitar lima penumpang. Keluar pool, belum ada satu kilo sudah ada beberapa order," ungkap Roby, sopir Taksi Express yang telah bergabung menjadi mitra GrabTaxi. Ia bisa mendapat Rp 7 juta per bulannya. "Meningkat 20-30 persen pendapatan saya," katanya.
<!--more-->
Respons berbeda dilontarkan Head of Public Relations Blue Bird Group Teguh Wijayanto. Menurutnya, jika ada aplikasi transportasi ingin serius membangun usaha armada taksi sendiri seharusnya benar-benar diwujudkan secara fisik. "Tidak semudah bikin aplikasi saja. Pertanggungjawaban keamanan dan asuransi bagaimana ke konsumen?," kata Teguh Rabu lalu.

Teguh mengkritik bahwa operator aplikasi transportasi itu belum tentu membayar asuransi kesehatan atau kecelakaan. Atau, kata dia, mereka tidak memantau secara ketat praktek prekrutan sopir karena mereka tidak bertanggungjawab langsung.

Namun hal ini disanggah Kiki. Ia mengatakan bahwa pihaknya memberikan asuransi penuh kepada pengemudi dan penumpang GrabTaxi. Begitu juga dengan Go-jek. Menurut Nadiem pihaknya memberikan asuransi kecelakaan yang berlaku pada saat mengerjakan tugas Go-Jek. "Seperti menjemput atau mengantar pelanggan. Selama ini belum ada kasus kecelakaan," katanya.

Bisnis aplikasi transportasi di Jakarta sebenarnya memang tidak berjalan mulus. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Benjamin Bukit secara terang mencap mereka sebagai kendaraan ilegal karena dianggap beroperasi tanpa izin. Benjamin mengatakan belum ada aturan yang memayunginya."Peraturan Gubernur, Peraturan Presiden atau undang-undangnya tidak ada. Aturan ini diperlukan sebagai tanggung jawab operator dalam melayani konsumen," katanya Kamis lalu.

Pemerintah Jakarta menurut Benjamin akan bertemu dengan pihak Lantas Polda Metro Jaya dan Kemenkominfo untuk membicarakan masalah ini. Pasalnya, ditambahkan dia, eksekusi bisa dilakukan oleh dua instansi tadi. "Kalau mau diblok aplikasinya ya itu hak Kemenkominfo, kalau secara hukum ya polisi" ujar Benjamin.

<!--more-->

Kiki menolak dikatakan badan usaha mereka dioperasikan tanpa izin. Ia mengaku memiliki izin operasional karena bekerja sama dengan perusahaan taksi Indonesia. Kejelasan status hukum kerjasama ini yang kata kiki membuat pihaknya taat bayar pajak. "Prinsip kami adalah keamanan, kepastian, kecepatan. Kalau mau aman ya harus ada izin," katanya.

Tempo sendiri belum mendapatkan adanya keluhan dari sopir taksi yang merasa tersaingi dengan adanya Uber atau GrabTaxi. Berbeda dengan sopir taksi di India, Malaysia, India atau di Eropa yang telah melakukan protes. Namun berbeda dengan tukang ojek kovensional yang sudah merasa gundah akan adanya Go-jek atau GrabBike. "Saya pernah dikerjai. Helm Go-jek hilang diambil tukang ojek yang mangkal," kata Marselina, yang sudah bekerja di Go-jek sejak Februari lalu.

TIM TEMPO

Berita terkait

Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

22 Februari 2021

Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis

Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.

Baca Selengkapnya

Curhat Alamanda Shantika ke Nadiem Makarim Saat Galau Soal Karier

14 November 2019

Curhat Alamanda Shantika ke Nadiem Makarim Saat Galau Soal Karier

Pendiri Binar Academy mengatakan pernah bingung antara mengikuti nasihat orang tua atau Nadiem Makarim.

Baca Selengkapnya

Gojek Akan Ekspansi ke Malaysia dan Filipina Tahun Depan

3 November 2019

Gojek Akan Ekspansi ke Malaysia dan Filipina Tahun Depan

Gojek akan melakukan ekspansi ke Malaysia dan FIlipina.

Baca Selengkapnya

Gojek Bongkar Rahasia Sukses di Program Gojek Xcelerate

10 September 2019

Gojek Bongkar Rahasia Sukses di Program Gojek Xcelerate

Super App Gojek bersama Digitaraya meluncurkan Gojek Xcelerate.

Baca Selengkapnya

Potongan Insentif Didemo, Gojek: Berlaku untuk Semua Ojek Online

8 September 2019

Potongan Insentif Didemo, Gojek: Berlaku untuk Semua Ojek Online

Gojek Indonesia mengonfirmasi bahwa pemotongan insentif untuk mitra pengemudi adalah kebijakan nasional.

Baca Selengkapnya

Ekspansi ke Malaysia, Gojek: Kami Terbuka dengan Kompetisi

27 Agustus 2019

Ekspansi ke Malaysia, Gojek: Kami Terbuka dengan Kompetisi

Chief Public Policy & Government Relations Gojek Group, Shinto Nugroho mengatakan Gojek pada dasarnya terbuka dengan kompetisi.

Baca Selengkapnya

Gojek Siap Kembangkan Pengembangan Gopay di Filipina

22 Juli 2019

Gojek Siap Kembangkan Pengembangan Gopay di Filipina

Perusahaan aplikasi Gojek tengah mengembangkan lini bisnis dompet digital atau GoPay ke pasar ASEAN, khususnya Filipina.

Baca Selengkapnya

Transaksi Go-Pay di Luar Aplikasi Go-Jek Naik 25 Kali Lipat

15 April 2019

Transaksi Go-Pay di Luar Aplikasi Go-Jek Naik 25 Kali Lipat

Pertumbuhan transaksi Go-Pay di luar layanan Go-Jek telah naik 25 kali lipat dari sejak diperkenalkan.

Baca Selengkapnya

Antar Pesanan Sate Ayam Jokowi, Driver Go-Jek Ini Dapat Sepeda

12 April 2019

Antar Pesanan Sate Ayam Jokowi, Driver Go-Jek Ini Dapat Sepeda

Jokowi bertemu mitra pengemudi Go-Jek, ia bercerita pernah memesan sate ayam melalui Go-Food.

Baca Selengkapnya

Jadi Decacorn Pertama di Indonesia, Go-Jek: Pasar Kami Tertinggi

5 April 2019

Jadi Decacorn Pertama di Indonesia, Go-Jek: Pasar Kami Tertinggi

Go-Jek berada di urutan ke-19 decacorn di dunia, dengan nilai valuasi US$ 10 miliar.

Baca Selengkapnya