COP21: Kepulauan Desak Penurunan Suhu 1,5 Derajat Celcius

Reporter

Kamis, 3 Desember 2015 16:21 WIB

Scott Tiller, seorang pekerja tambang batu bara melakukan pengeboran di Welch, 6 Oktober 2015. Isu besar dalam COP 21 pada kerangka konvensi perubahan iklim PBB (UNFCCC) di Paris yaitu salah satunya tentang batu bara. AP/David Goldman

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam Konferensi Perubahan Iklim COP21 di Paris, Prancis, anggota negara Climate Vulnerables Forum menyuarakan agar dunia menyepakati ambang batas kenaikan suhu global dari yang sebelumnya 2 derajat Celsius menjadi 1,5 derajat Celsius.

Negara anggota forum itu, seperti Maladewa, Tanzania, Filipina, Vanuatu, Madagaskar, dan Saint Lusia, yang merupakan negara-negara kepulauan, menekankan kenaikan suhu 2 derajat belum bisa menyelamatkan mereka.

"Kami akan tetap tenggelam," demikian yang tertulis dalam Jurnal ECO, Selasa, 2 Desember 2015. Jurnal ini diterbitkan oleh gabungan lembaga non-pemerintahan ini mengabarkan perkembangan terbaru mengenai negosiasi yang berlangsung selama di COP21 Paris.

Linh Do, editor ECO, menyatakan bahwa garis pertahanan iklim global harus diatur lebih ketat. Yakni, dengan cara menurunkan ambang batas yang ada. Menurut dia, angka 2 derajat Celsius masih akan tetap mencair dan menghancurkan ekosistem terumbu karang. "Setidaknya kita harus meminimalisir dampaknya," tulis dia.

Kabar baiknya adalah Structured Expert Dialogue (SED), forum para ahli di COP21 Paris, menyimpulkan bahwa angka 1,5 derajat masih sangat masuk akal. Yakni, melalui pengurangan emisi dan penekanan defrostasi, serta pemakaian secara masif energi baru-terbarukan yang rendah karbon.

Pada 2009, tepatnya di COP15 Kopenhagen, para pemimpin dunia memutuskan untuk bekerja sama dalam menjaga pemanasan global. Yakni, berada di angka 2 derajat Celsius.

Meski begitu, masih banyak negara yang terancam. Misalnya, negara-negara anggota Climate Vulnerable Forum, yang memiliki kondisi geografis kepulauan.

Karena itu, dalam COP15 tersebut pula menetapkan, bahwa ambang batas 1,5 derajat Celsius perlu dipikirkan ulang. Hal ini untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris untuk memutuskan apakah atau tidak untuk mengadopsi batas 1,5 derajat celcius pemanasan lebih ambisius.

AMRI MAHBUB (PARIS)

Berita terkait

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

1 hari lalu

Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

1 hari lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

2 hari lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

8 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

13 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

18 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

26 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

27 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

27 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

32 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya