SBY di COP21 Paris: Syukur Kalau Bisa Rendah dari 2 Derajat

Reporter

Rabu, 9 Desember 2015 04:44 WIB

Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam peluncuran buku Transformasi TNI. TEMPO/Istimewa

TEMPO.CO, Paris -Mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono berharap akan ada kesepakatan di Konferensi Perubahan Iklim ke-21 Paris (COP21). Khususnya dalam menahan laju kenaikan suhu bumi. "Syukur-syukur bisa sepakat untuk lebih rendah dari 2 derajat Celsius," kata pria yang karib disapa SBY ini kepada awak media setelah memberikan ceramah di Paviliun Indonesia, Le Bourget Exibhition Center, Selasa, 8 Desember 2015.

Kalaupun tidak bisa lebih rendah, SBY berharap angka 2 derajat Celsius dapat disepakati. Yang terpenting, kata dia, COP21 Paris jangan gagal. "Harus ada kesepakatan,"ujar SBY, yang juga menjadi Presiden of Assembly and Chair of Council Global Green Growth Institute (GGGI). GGGI adalah organisasi yang bertujuan meningkatkan semangat pertumbuhan hijau dengan cara menyeimbangi pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan secara berkelanjutkan, khususnya di negara-negara berkembang. Markas utamanya ada di Seoul, Korea Selatan.

Menurut SBY, transformasi pembangunan memang memakan waktu jangka panjang. "Tapi mau tidak mau semua sektor harus turun tangan," kata SBY. Semua sektor yang dimaksud SBY adalah pemerintah, swasta, akademisi, dan rakyat. SBY berpendapat, target penurunan emisi sebesar 29 persen pada 2030 yang diajukan Indonesia akan tercapai jika semua sektor terlibat.

Selain target, SBY juga berbicara soal negosiasi. Menurut dia, negosiasi pasti akan berjalan alot. Terlebih, ujarnya, jika berbicara mekanisme pendanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dari negara maju untuk negara berkembang. "Tapi tak apa. Semuanya tetap harus diperjuangkan," tutur SBY.

Aneka kepentingan mengemuka dalam perundingan di COP21 Paris. Baik antara negara maju dengan negara berkembang, maupun di internal kelompok masing-masing.

Amerika Serikat dan sekutunya mengabaikan nilai-nilai dasar dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) tentang common but differentiated responsibility (CBDR). Mereka abai terhadap nilai keadilan iklim, dengan mewajibkan negara-negara berkembang menurunkan emisi nasionalnya, walaupun rata-rata emisi per kapitanya lebih rendah daripada emisi per kapita di negara-negara maju.

Negara berkembang secara keseluruhan juga menolak konsep self-differentiation karena akan memberi ruang aksi minimalis negara maju. Mereka bakal ogah-ogahan menurunkan secara maksimal emisi gas rumah kaca di negaranya. Namun ada beberapa negara berkembang yang setuju dengan pandangan negara maju, yaitu Kolombia dan Meksiko.

AMRI MAHBUB (PARIS)

Berita terkait

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

6 jam lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

19 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

4 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

8 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

9 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

11 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

12 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

12 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

14 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

17 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya