Matahari membuat cahaya dari bahan bakar helium yang difusi menjadi helium di inti matahari. Matahari menghasilkan energinya dari reaktor nuklir alaminya di pusatnya. Para ahli memperkirakan Matahari akan mati sekitar 5 miliar tahun lagi. Menjelang kematian, matahari akan menguras bahan bakar nuklirnya dan menjadi lebih panas sehingga mematikan seluruh mahluk hidup di muka Bumi. Matahari akan membesar dan menjadi bintang merah raksasa, menelan planet-planet terdekat, yaitu Merkurius dan Venus. youtube.com
TEMPO.CO, Jakarta-Gas rumah kaca yang berlebihan mengancam kehidupan suatu planet. Suatu penelitian mengungkap pemanasan suhu akibat tingginya kadar karbon dioksida (CO2) dapat mengeringkan planet.
“Seperti yang terjadi di Planet Venus," kata Max Popp dari Max Planck Institute for Meteorology di Jerman seperti dilansir oleh Live Science, Kamis, 11 Februari 2016 waktu setempat. "Pemanasan ini setara dengan orbit planet yang terlalu dekat ke matahari.”
Untuk memahaminya, Popp dan timnya membuat model 3D dari suatu planet yang menyerupai bumi, namun seluruhnya ditutupi air.
Mereka menemukan, iklim planet menjadi tak stabil saat level CO2 mencapai 1520 ppm –atau 1520 molekul CO2 di setiap 1 juta molekul udara. Suhu model tersebut melonjak hingga 57 derajat Celsius. Panas ini terperangkap oleh awan yang terbentuk dari uap air sehingga tak dapat meloloskan diri ke luar angkasa.
Planet Venus mengalami kondisi serupa. Air yang menguap dari permukaan planet menumpuk di atmosfer, dan lolos hingga ke luar angkasa. Fenomena ini disebut rumah kaca lembab. Dampak kondisi ini, atmosfer Venus dipenuhi oleh CO2. Bumi tak mengalami hal serupa. Ini disebabkan bagian paling atas atmosfer bumi cukup kering.
Temuan Max Popp ini bakal menepis padangan para peneliti yang menganggap air sebagai usur terpenting untuk memulai kehidupan di suatu planet. “Juga tidak dari posisi planet tersebut saja –terlalu dekat dengan matahari atau tidak,” kata dia.
Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu
1 hari lalu
Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu
Ia terbang dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama kosmonot Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ahli fisika rekayasa antariksa ini membayar US$ 20 juta.