Suka Snorkeling? Baca Dulu Penelitian Ini

Reporter

Senin, 18 April 2016 12:07 WIB

Terumbu karang di perairan Pulau Kebori, Kepulauan Padaido, Biak, Papua, 11 Oktober 2015. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Berenang di antara terumbu karang yang berwarna-warni menjadi kenikmatan tersendiri untuk snorkelers—pelaku olahraga air snorkeling. Jika termasuk penggemar olahraga ini, penelitian berikut wajib Anda simak.

Penelitian The Social and Environmental Research Institute menunjukkan snorkelers cenderung menganggap kegiatan mereka tak bisa merusak terumbu karang. Di sisi lain, studi ini juga menunjukkan bahwa untuk menciptakan perilaku yang lebih baik pada terumbu karang, para snorkelers harus pergi lebih jauh.

Thomas Webler and Karin Jakubowski dari The Social and Environmental Research Institute mencatat snorkelers yang berkelompok cenderung lebih berpotensi merusak terumbu karang. Snorkelers sering kali berhenti sejenak, mengeluarkan kepala dari air untuk mendiskusikan apa yang mereka lihat.

“Mereka biasanya mengambang vertikal di dalam air dan sepatu katak mereka sering mengenai terumbu karang, bahkan berdiri di atasnya,” kata Webler.

Selama dua tahun terakhir, Webler dan Jakubowski mengamati lebih dekat perilaku wisatawan yang melakukan snorkeling di terumbu karang yang terkenal di Puerto Rico, Amerika Utara. Kedua peneliti ini menyamar menjadi peneliti jumlah ikan di terumbu karang di kawasan tersebut. Mereka kemudian menanyai keyakinan wisatawan tentang kemungkinan mereka merusak terumbu karang.

Peneliti mengamati lebih dari sepertiga snorkelers merusak karang dengan beberapa cara. Biasanya melalui tendangan sepatu katak, duduk, berdiri, atau berlutut di terumbu karang. Webler dan Jakubowski juga menemukan snorkelers meremehkan dampak kegiatan mereka terhadap kerusakan terumbu. “Mereka membuat kontak dengan terumbu karang tujuh kali lebih sering dari yang mereka yakini,” kata Jakubowski.

Hasil yang tak mengherankan adalah snorkelers pemula umumnya memiliki perilaku lebih buruk. Minimnya pengalaman bermanuver dalam air membuat mereka tak memperhitungkan panjangnya sepatu katak. Dengan begitu, mereka sering tak sadar menendang terumbu karang.

Selama ini, terumbu karang menjadi habitat bawah air yang dilindungi. Nyatanya, manusia paling sering mengancam keberadaan terumbu karang. Mulai dari meningkatkan tingkat keasaman air laut, penangkapan ikan yang berlebihan, dan aktivitas lain yang membuat kelangsungan terumbu karang terancam. Semua ini membuat pemutihan atau penghilangan warna pada terumbu karang dianggap wajar.

Daftar penyebab rusaknya terumbu karang bertambah dengan adanya penurunan jangkar, kapal di perairan dangkal, snorkelers, dan penyelam scuba. Para wisatawan bawah laut ini bisa tak sengaja merusak dengan menendang, berdiri di atas, atau berpegangan pada terumbu karang. Kontak yang tak sengaja ini bisa mematahkan terumbu karang. Selain itu, gesekan pada terumbu bisa menghilangkan lapisan pelindung dan menginfeksi alga yang memberi warna pada terumbu karang.

Dampak dari kegiatan para wisatawan ini mungkin sangat kecil jika dibandingkan dengan ancaman lain yang lebih global. Tapi bayangkan jika terumbu karang dikunjungi ratusan wisatawan setiap harinya. Kecelakaan-kecelakaan kecil bisa menjadi satu masalah besar yang cukup untuk menghancurkan terumbu karang. Padahal, rehabilitasi habitat terumbu karang memakan waktu bertahun-tahun.

BIOSPHERE ONLINE | TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

1 hari lalu

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

32 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

4 Maret 2024

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

29 Januari 2024

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

Walhi mengungkapkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan hilirisasi industri nikel di Maluku Utara.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

24 Januari 2024

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

Penelitian menyebutkan aktivitas industri nikel di Indonesia menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan secara masif.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

23 Januari 2024

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

Greenpeace mengkritik Gibran yang mengglorifikasi program hilirisasi nikel Presiden Jokowi. Industri ini dinilai banyak merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

21 Januari 2024

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

Dalam debat cawapres, calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md mengatakan kerusakan alam di bumi terjadi karena tingkah laku manusia.

Baca Selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

21 Januari 2024

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

Menurut Budisatrio Djiwandono, Prabowo-Gibran akan memberikan hukuman berat kepada pihak yang merusak alam.

Baca Selengkapnya

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

8 September 2023

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

Karhutla di Gunung Arjuna dan sekitarnya pertama kali terpantau muncul di kawasan Bukit Budug Asu, pada Sabtu, 26 Agustus lalu.

Baca Selengkapnya

Walhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan

17 Agustus 2023

Walhi Sebut Pidato Kenegaraan Jokowi Dorong Kerusakan Lingkungan

Aulia menilai pidato Presiden Jokowi sangat mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap padat modal.

Baca Selengkapnya