TEMPO.CO, Jakarta - Setiap hewan punya cara masing-masing menandai daerah kekuasaannya. Ada yang mengencingi daerahnya, atau menggosokkan badannya di seluruh area agar baunya tertinggal. Burung, menandai daerah dengan kicauannya.
Gail Buhl, Manajer Program Pendidikan di Pusat Raptor, di University of Minnesota, mengatakan burung ‘menyanyikan’ lagu yang sama terus menerus berarti tengah bekerja keras. Ia mengatakan burung jantan biasanya yang bernyanyi untuk mempertahankan wilayahnya.
“Ini wilayah saya, saya ingin semua burung, terutama burung jantan lain tahu ini adalah area saya,” kata Buhl mengartikan isi nyanyian burung jantan.
Jika dalam proses memberitahu wilayah itu, ada burung betina yang tertarik padanya, burung itu akan semakin diakui kekuatannya. Soalnya, ada 10 ribu spesies burung yang berbeda di dunia. Biasanya, burung betinalah yang menentukan pasangan, bukan sebaliknya.
Proses pencarian pasangan ini sama melelahkannya untuk kedua gender. Ketika sang jantan bernyanyi, dia tak akan bisa mencari makan, dan suaranya akan menarik perhatian predator. Bagi sang betina, butuh tenaga untuk mengerami telur dan merawat anak, maka dia harus yakin betul memilih jantan yang benar.
Saat telur burung menetas, manusia akan mendengar repetisi kicauan burung. Saat anak burung lapar, mereka akan meminta makanan kepada orang tuanya. Suara ini mungkin terdengar menyebalkan, tapi memang begitulah seharusnya. “Ini seperti peringatan untuk memakai sabuk pengaman, memang dibuat untuk menarik perhatian dan dilakukan dengan cepat,” kata Buhl.
Selama musim dingin, burung lebih sedikit berkicau. Biasanya kicauannya hanya untuk memberitahu posisi dan makanan yang ada di dekat mereka.
Menariknya, seperti manusia dengan beragam aksen sesuai daerah asal, begitu juga dengan kicauan burung. Burung yang tinggal di wilayah berbeda, punya aksen yang berbeda pula.
LIVE SCIENCE | TRI ARTINING PUTRI
Berita terkait
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan
24 hari lalu
BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaDua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?
26 September 2023
Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.
Baca SelengkapnyaRektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang
20 Juli 2023
Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.
Baca Selengkapnya2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi
14 Juli 2023
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.
Baca SelengkapnyaBagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad
14 April 2023
Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia
6 April 2023
Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.
Baca SelengkapnyaRancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah
26 Maret 2023
Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.
Baca SelengkapnyaPakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat
22 Maret 2023
Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.
Baca SelengkapnyaPsikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik
17 Januari 2023
Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.
Baca SelengkapnyaTips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu
13 September 2022
Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.
Baca Selengkapnya