Kisah Laksamana Cheng Ho dan 2 Cara Kebiri

Reporter

Rabu, 8 Juni 2016 23:01 WIB

Ilustrasi kebiri. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Cheng Ho memimpin 27 ribu orang dalam ratusan kapal 600 tahun silam. Ia dikenal sebagai pemimpin ekspedisi raksasa yang tak pernah merampas atau menjajah daerah yang disinggahi. Sebelum memimpin puluhan ribu orang dalam tujuh ekspedisi itu, ia adalah seorang kasim di era Dinasti Ming, Cina. Konon, ia adalah orang kepercayaan kaisar ketiga dari dinasti tersebut, Kaisar Yongle.

Dalam tradisi kekaisaran Cina, seorang kasim harus rela dikebiri untuk menjadi pelayan di istana kerajaan. Tak terkecuali Cheng Ho. Kebiri dilakukan untuk menciptakan pelayan yang aman di istana. Soalnya, kasim bertugas memandikan raja, membereskan tempat tidur, dan memotong rambut.

Konon, proses kebiri para kasim ada dua cara. Pertama, proses kebiri dilakukan saat calon kasim sudah dewasa dengan memotong testisnya. Cara lain adalah dengan melakukan kebiri saat calon kasim masih anak-anak. Alat kelamin calon kasim dijepit minimal tiga kali sehari sehingga pertumbuhannya terhambat. Hasilnya, anak laki-laki akan berkarakter feminin, misalnya memiliki suara yang kecil dan tak punya jakun.

Di Indonesia, kebiri sering dibicarakan sebagai hukuman untuk pelaku pelecehan seksual terhadap anak-anak atau pemerkosa yang dinilai biadab.

Ari Rodjani, urolog dari Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, mengatakan kebiri bisa dilakukan dengan dua teknik, yakni penyuntikan obat dan pembedahan. “Tujuannya sama, mengurangi kadar hormon testosteron,” kata Ari kepada Tempo di kantornya, pekan lalu.

Proses pembentukan hormon testosteron pada pria dimulai dengan perintah dari hipotalamus anterior. Hipotalamus anterior memerintahkan tubuh untuk memproduksi hormon pelutein atau luteinizing hormone.

Pada wanita, hormon ini berfungsi merangsang pengeluaran sel telur dari ovarium. Pada laki-laki, hormon ini disebut interstitial cell stimulating hormone, yang berfungsi memproduksi hormon testosteron.

Kebiri dengan pembedahan otomatis akan melenyapkan “pabrik” hormon androgen pada manusia. Hormon androgen adalah hormon steroid yang merangsang atau mengontrol perkembangan dan pemeliharaan karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon ini juga mendukung aktivitas organ seks dan pertumbuhan karakteristik seks sekunder. Hormon androgen yang paling dikenal adalah hormon testosteron pada pria, dan estrogen pada perempuan.

Cara lain adalah dengan kebiri kimia. Kebiri kimia dilakukan dengan menyuntikkan zat anti-androgen ke tubuh manusia. Penyuntikan biasanya dilakukan di lengan atas. Masuknya zat ini ke pembuluh darah akan membuat hipotalamus anterior terhalangi untuk memproduksi hormon luteinizing. Dengan tiadanya hormon luteinizing, sel dalam testis tak akan terangsang untuk memproduksi hormon testosteron.

Menurut Ari, dalam pengobatan, usaha mengurangi hormon testosteron dilakukan untuk penyakit kanker prostat tingkat lanjut. “Atau penyakit lain yang berhubungan dengan hormon,” kata dia.

Proses kebiri kimia di Rusia dilakukan menggunakan obat Depo Provera, yang berisi progesteron sintetis. Dengan menyuntikkan lebih banyak hormon wanita ke tubuh pria, hasrat seksual pria akan turun. Depo Provera, yang nama generiknya adalah depot medroxyprogesterone acetate, biasanya digunakan untuk mengontrol kehamilan pada wanita subur.

Jadi, ini masuk golongan obat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk kebiri kimia. Obat ini disuntikkan ke dalam vena, dengan masa kerja aktif selama 14-15 minggu. Setelah itu, efek obat akan hilang dan perlu disuntik kembali.

“Depo Provera dapat menekan produksi hormon testosteron sehingga menyebabkan menurunnya bahkan hilangnya fungsi hormon itu,” kata Mohammad Hasan Machfoed, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

Efeknya beruntun, antara lain dorongan seksual menurun, tidak bisa ereksi, testis mengkerut, produksi sel sperma turun, massa otot menyusut, tulang keropos, mudah lelah, dan payudara membesar.

Orang yang diberi anti-androgen juga akan lebih mudah menderita hipertensi, kencing manis, penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), serta mengalami penuaan dini. “Biasanya, kalau sudah begini, gejala ikutan lainnya adalah migrain, cemas, stres, depresi, dan frustrasi meningkat,” kata Hasan.

Danardi Sosrosumihardjo, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, mengatakan kebiri kimia harus disertai konseling. “Soalnya kan ini sebenarnya bentuk terapi,” kata dia.

Menurut Danardi, selama ini pasien yang datang kepadanya punya keluhan perilaku seks yang tak normal. Salah satu contohnya adalah merasa terangsang saat melihat anak kecil. “Jadi, kalau dari kejiwaan, harus ditekan pelan-pelan dengan perilaku yang lebih positif untuk mengendalikan,” kata dia.

TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

Pakar Kesehatan Rekomendasikan Cara Pertolongan Pertama Anak Demam

28 November 2023

Pakar Kesehatan Rekomendasikan Cara Pertolongan Pertama Anak Demam

Dr Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), M.Sc memberikan rekomendasi pertolongan pertama saat anak demam yakni memberinya minum sesering mungkin.

Baca Selengkapnya

9 Rumah Sakit di Indonesia Terapkan Inovasi Kesehatan Berbasis Teknologi Genomik

23 Juni 2023

9 Rumah Sakit di Indonesia Terapkan Inovasi Kesehatan Berbasis Teknologi Genomik

L. Rizka Andalucia menyebutkan sembilan rumah sakit vertikal di bawah Kemenkes yang sudah menerapkan Biomedical and Genome Science initiative (BGSi).

Baca Selengkapnya

Mengenang 11 Tahun Sondang Hutagalung, Mahasiswa yang Gelar Aksi Bakar Diri

10 Desember 2022

Mengenang 11 Tahun Sondang Hutagalung, Mahasiswa yang Gelar Aksi Bakar Diri

Sondang Hutagalung adalah mahasiswa yang nekat melakukan aksi bakar diri atas rasa kecewanya terhadap keadilan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Satu Keluarga Tewas dengan Perut Kosong di Kalideres, Polda Metro: Bukan karena Kelaparan

16 November 2022

Satu Keluarga Tewas dengan Perut Kosong di Kalideres, Polda Metro: Bukan karena Kelaparan

Polda Metro Jaya menegaskan, analisis awal perihal satu keluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat, bukan disebabkan oleh kelaparan.

Baca Selengkapnya

Gagal Ginjal Akut Melonjak, Pasien Cuci Darah Tuntut BPOM Bertanggung Jawab

26 Oktober 2022

Gagal Ginjal Akut Melonjak, Pasien Cuci Darah Tuntut BPOM Bertanggung Jawab

Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia menilai tingginya kasus misterius gagal ginjal akut pada anak merupakan bukti buruknya kerja BPOM.

Baca Selengkapnya

Kisah Pilu Ibunda yang Putrinya Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut

21 Oktober 2022

Kisah Pilu Ibunda yang Putrinya Meninggal akibat Gagal Ginjal Akut

Soliha, masih bertanya-tanya tentang penyebab anak bungsunya yang masih berusia 3,8 tahun, bisa terjangkit gagal ginjal akut dan meninggal

Baca Selengkapnya

Anak Lebih Rentan Terkena Hepatitis Akut Misterius, Ini Penyebabnya

7 Mei 2022

Anak Lebih Rentan Terkena Hepatitis Akut Misterius, Ini Penyebabnya

Hepatitis akut misterius lebih banyak menyerang anak-anak karena sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna.

Baca Selengkapnya

Hakim Putuskan Herry Wirawan Tak Dijatuhi Hukuman Kebiri

15 Februari 2022

Hakim Putuskan Herry Wirawan Tak Dijatuhi Hukuman Kebiri

Hakim menilai terpidana kasus pemerkosaan Herry Wirawan tidak memungkinkan menerima hukuman kebiri karena sudah divonis penjara seumur hidup.

Baca Selengkapnya

FKUI-RSCM: Covid-19 Omicron Berhubungan dengan Psikosomatik

11 Februari 2022

FKUI-RSCM: Covid-19 Omicron Berhubungan dengan Psikosomatik

FKUI-RSCM mengatakan pandemi Covid-19 varian Omicron berhubungan dengan psikosomatik. Gangguan itu dapat terjadi pada yang terinfeksi dan yang tidak.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Apresiasi Tuntutan Hukuman Mati terhadap Herry Wirawan

12 Januari 2022

Anggota DPR Apresiasi Tuntutan Hukuman Mati terhadap Herry Wirawan

Dia berharap hukuman maksimal terhadap Herry Wirawan dalam menimbulkan efek jera di masyarakat agar tidak terjadi lagi perbuatan tersebut.

Baca Selengkapnya