Jentik nyamuk Aedes aegyti terlihat di pusat penelitian pengendalian virus Zika dan penyakit akibat nyamuk lainnya di Kementrian Kesehatan Umum di Guatemala City, 26 Januari 2016. Para ibu hamil dihimbau tidak mengunjungi negara-negara di Amerika Latin. REUTERS/Josue Decavele
TEMPO.CO, Jakarta - Pelepasan nyamuk yang dimodifikasi secara genetis ke alam liar untuk memerangi nyamuk penyebar malaria, zika dan penyakit lainnya dianggap terlalu dini dan bisa menimbulkan konsekuensi tidak diinginkan, menurut laporan baru peneliti.
“Komite kami mendesak sikap hati-hati – masih banyak riset diperlukan untuk memahami konsekuensi ilmiah, etis, aturan dan sosial dari pelepasan nyamuk-nyamuk tersebut,” kata profesor James Collins dari Arizona State University, yang turut mengepalai komite National Academies of Sciences, Engineering and Medicine seperti dikutip AFP.
Komite itu sedang mempelajari modifikasi gen (gene drive) – sistem “perubahan gen turunan” yang membuat nyamuk kian besar kemungkinannya mewariskan sifat genetik dari induk kepada keturunannya.
Dengan teknik modfikasi genetik terbaru, sejumlah perubahan bisa langsung menyebar ke dalam populasi via gene drive, semakin meningkatkan peluang bahwa perubahan gen akan semakin meluas.
“Riset awal menunjukkan gene drive yang dikembangkan di laboratorium bisa menyebarkan gen yang ditargetkan hingga hampir 100 persen dari populasi jamur, lalat buah atau nyamuk,” menurut sejumah akademisi dalam laporan komite terbaru yang diumumkan pada Rabu.
Teknologi itu berpotensi digunakan untuk mengincar nyamuk liar, memodifikasi mereka sehingga mereka tidak bisa menyebarkan penyakit menular fatal seperti demam berdarah, malaria dan zika.
Dalam bidang pertanian, gene drive bisa digunakan untuk mengendalikan hama perusak tanaman pangan.
Namun, teknologi semacam itu bisa menimbulkan konsekuensi kerusakan tidak diinginkan “seperti kekacauan tidak diinginkan dari spesies nontarget atau muncul spesies kedua yang lebih agresif dan tangguh,” ujar peneliti.
“Karena tujuan penggunaan gene drive adalah untuk menyebarkan informasi genetik ke dalam populasi secara cepat, sulit untuk mengantisipasi dampaknya dan penting guna meminimalisir potensi konsekuensi tidak diinginkan,” tulis laporan tersebut.
Komite itu juga menemukan bahwa aturan yang ada tidak memadai untuk mengkaji risiko percobaan lapangan atau rencana pelepasan organisme yang dimodifikasi lewat gene drive.
“Hingga Mei 2016, tidak ada penilaian risiko ekologis yang dilakukan untuk organisme yang dimodifikasi secara genetis,” menurut laporan tersebut.
Sri Mulyani Bertemu Sekjen OECD, Bahas Akselerasi Keanggotaan Penuh Indonesia
58 hari lalu
Sri Mulyani Bertemu Sekjen OECD, Bahas Akselerasi Keanggotaan Penuh Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Bertemu dengan Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Mathias Cormann di So Paulo, Brasil.
Sri Mulyani Hadiri G20 FMCBG di Brasil, Duduk Bersama Bahas Pemulihan Ekonomi Global
59 hari lalu
Sri Mulyani Hadiri G20 FMCBG di Brasil, Duduk Bersama Bahas Pemulihan Ekonomi Global
Sri Mulyani Indrawati terbang ke Brasil untuk menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG). Mereka membahas isu-isu yang berkaitan dengan pemulihan ekonomi global
Puluhan Ribu Warga Brasil Unjuk Rasa, Dukung Eks Presiden yang Diduga Ingin Kudeta
26 Februari 2024
Puluhan Ribu Warga Brasil Unjuk Rasa, Dukung Eks Presiden yang Diduga Ingin Kudeta
Puluhan ribu warga Brasil berunjuk rasa di Sao Paulo untuk mendukung Jair Bolsonaro, mantan presiden yang diduga merencanakan kudeta setelah kalah pemilu pada 2022.