TEMPO Interaktif, Jakarta: Hari-hari ini pesawat televisi di ruangan kita terus meraung mengabarkan bencana Yogyakarya. Para reporter seolah sepakat: mereka memberitakan hal sama seputar bantuan yang telat datang, sementara jerit tangis dan lapar dan cemas tak bisa ditahan. Di manakah kita?Orang-orang terjun ke jalan mengumpulkan sumbangan. Posko-posko dibuka. Informasi bergerak lebih cepat dari yang kita sangka. Statistik korban terus beringsut tanpa mengenal jeda. Semua kita tergerak membantu Yogya. Ada banyak situs yang berlari memberi informasi dari jantung bencana. Media massa konvensional sudah lama ketinggalan mengabarkan informasi terbaru. Ini zaman blog dan jejaring alam maya. Dan informasi yang beragam dan terbuka adalah piranti ampuh memetakan rencana.Yayasan Air Putih kembali terjun ke daerah bencana. Setelah mempelopori jaringan informasi yang lumat dirajang tsunami di Aceh, Air Putih kembali mengais jaringan dari Jogja. Agaknya ini situs terlengkap tentang informasi bencana gempa. Ada banyak situs lain yang bergerak di ranah serupa, tapi Air Putih (www.mediacenter.or.id) menyediakan jejaring yang lebih komplit.Misalnya, pembaca bisa saling berinteraksi mengabarkan korban yang belum ditemukan. Kotak "Missing Persons" dijejali pembaca yang mencari anggota keluarganya. Belum diketahui seberapa efektif pranala ini. Belum ada laporan seorang cucu menemukan kakeknya dengan mengiklankan pencarian lewat situs ini. Tetapi, tentu saja ini sebuah upaya yang paling mungkin ditempuh dalam kekalutan yang seringkali menutup akal sehat.Informasi terus diperbarui, dengan foto, dengan berita, dengan sandek. Statistik terus bergerak dari waktu ke waktu. Sebab Air Putih memang tak melayani pengiriman baju laik pakai atau obat merah dan aspirin. ...kami hanya memfasilitasi kebutuhan telekomunikasi serta data saja, begitulah pernyataan ini tertulis di halaman muka.Informasi berlomba ke kepala kita. Tetapi kenapa televisi setiap hari memberitakan bantuan tak sampai-sampai? Di manakah kita sekarang?Bagja Hidayat