Seorang pria bermain aplikasi Pokemon Go di ponsel pintarnya di Tokyo, Jepang, 22 Juli 2016. Pokemon Go sendiri sebenarnya dijadwalkan untuk dirilis di Jepang pada Rabu (20/7/2016) lalu. Niantic, Pokemon Go, dan Nintendo, tiga pihak di balik game tersebut, tidak mengungkapkan secara jelas alasan keputusan penundaan tersebut. (AP Photo)
TEMPO.CO, Singapura - Pada hari Minggu, 24 Juli 2016, Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura, Yaacob Ibrahim, mengatakan kepada wartawan bahwa ia memiliki keprihatinan serius terhadap permainan Pokemon Go dan mengatakan bahwa permainan itu harus dipantau secara ketat.
Menurut Ibrahim, permainan itu berisiko memiliki dampak negatif pada masyarakat Singapura, dan karena itu pemerintah Singapura perlu "meneliti dengan sangat, sangat hati-hati apa pun yang dibawa game itu ke Singapura."
Ternyata, komentar itu membuat banyak orang tidak senang. Menyusul komentar Ibrahim, Tan Min-Liang, CEO dari perusahaan game Razer, menulis kecaman yang panjang di Facebook.
Dalam tulisannya, Tan mengkritik pemerintah karena pendekatan "skizofrenia" terhadap industri game di negeri itu. Dia menjelaskan bagaimana sikap seperti "di abad ke-19" itu perlu berubah untuk memberi jalan kreativitas dalam game untuk berkembang.
"Game adalah bentuk seni, ia juga media terbesar untuk ekspresi kreatif - jauh melampaui film dan musik," tulisnya. "Dan Anda tidak akan menyensor dan melarang game karena game akan selalu menemukan caranya untuk melawan sistem."
Pokemon Go masih belum diluncurkan di Singapura, meskipun ada rumor bahwa hal itu akan terjadi dalam minggu ini. Permainan yang sangat populer ini dirilis di Hong Kong pada hari Senin, 25 Juli 2016, menjadikannya kota Asia kedua setelah Jepang.
Pada hari Rabu, Razer meluncurkan aplikasi pesan RazerGo yang memungkinkan pemain Pokemon dalam jarak tertentu untuk chatting dan menemukan satu sama lain. Aplikasi ini hadir tak lama setelah peluncuran Pokemon Go di AS, Australia dan Selandia Baru pada awal Juli.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
4 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.