Potensi Blue Carbon di Papua Barat Besar, Ini Faktanya

Reporter

Rabu, 27 Juli 2016 07:10 WIB

Sejumlah warga menanam bibit mangrove atau tanaman bakau. Kondisi hutan mangrove di Indonesia terus mengalami kerusakan, dan pengurangan luas dengan kehancuran lahan mencapai 530.000 ha/tahun. Sementara laju penambahan luas areal rehabilitasi mangrove yang dapat terealisasi hanya sekitar 1.973 ha/tahun. Pulau Tanakeke, Sulsel, 23 Mei 2015. TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah karbon yang dapat disimpan hutan bakau (mangrove) Papua Barat ternyata cukup besar. Di Teluk Arguni, Kabupaten Kaimana, misalnya. Conservation International (CI) Indonesia mencatat wilayah ini menyimpan 717 ton karbon atau sekitar 2.631 ton karbondioksida (CO2) per hektarenya. Jumlah ini setara dengan penggunaan 1.120.671 liter bensin, 34,8 truk tangki bensis, dan 1.281.849 kilogram batu bara.

"Artinya, hutan mangrove sangat penting untuk lingkungan," ujar Direktur Program Kelautan CI Indonesia, Viktor Nikijuluw, dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Ibis Arcadia, Jakarta Pusat, Selasa, 26 Juli 2016. Karena itu, kata dia, upaya pelestarian kawasan mangrove sangat penting dilakukan. Salah satunya ialah dengan program blue carbon initiative.

Di tingkat global, CI terlibat dalam Inisiatif Karbon Biru Internasional, sebuah kerja sama yang dilakukan oleh CI, International Union for the Conservation of Nature and Natural Resource (IUCN), dan The Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO (IOC-UNESCO). Kelompok kerja "blue carbon" tingkat internasional ini dibentuk sejak 2011 untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan menjaga ekosistem laut dan pesisir secara global. Di Indonesia, CI Indonesia memulai program ini di Kaimana sejak 2014

"Kami mendukung pemerintah setempat dalam meningkatkan jumlah area konservasi mangrove dengan mendukung mata pencaharian masyarakat, misalnya melalui budidaya kepiting bakau yang berkelanjutan," tuturnya. Sedangkan di tingkat nasional, Viktor dan timnya akan menggandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melakukan inisiatif pengembangan blue carbon. "Tentunya tak hanya mangrove, tapi juga padang lamun, dan rawa pasang surut."

Kepala Sub-Direktorat Penataan Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Andi Rusansdi, berharap program blue carbon ini juga bisa memberikan manfaat langsung bagi masyarakat setempat. "Karena, bagaimanapun, program apapun harus bisa kembali ke masyarakat," tuturnya.

Menurut Andi, kerja sama KKP dengan CI Indonesia akan sangat membantu upaya pemerintah dalam menjaga komitmen penurunan karbon yang disepakati di COP ke-21 Paris. Juga, dapat melestarikan ekosistem kawasan konservasi perairan Indonesia. Dia mengatakan, program blue carbon di Kaimana dapat diaplikasikan di kawasan lain di seluruh kawasan mangrove di Indonesia.

AMRI MAHBUB

Berita terkait

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

18 jam lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

8 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

12 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

12 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

12 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

17 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

23 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

27 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

30 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya