Populasi Badak Sumatera Kritis, Perlu Konservasi Mirip Jawa  

Reporter

Kamis, 22 September 2016 13:06 WIB

Andatu, bayi badak hasil perkawinan badak betina bernama Ratu (12 thn) dan badak jantan bernama Andalas (11 thn), bersama induknya di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Foto: Kementerian Kehutanan/Yayasan Badak Indonesia/International Rhino Foundation

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia adalah rumah dua dari lima spesies badak yang tersisa di bumi. Kedua spesies badak Indonesia hidup di area konservasi di Jawa Barat dan Sumatera. Namun mereka masih menghadapi sejumlah masalah di habitatnya.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan jumlah badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) sebanyak 63 ekor. Populasi badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) diperkirakan kurang dari seratus ekor.

Namun kondisi badak Sumatera dinilai tak sebaik kerabat mereka di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Meski populasinya lebih besar, keberadaan badak Sumatera tersebar dalam subpopulasi yang lebih kecil.

“Peluang pertumbuhan populasi badak Sumatera relatif lebih rendah ketimbang badak Jawa,” kata Yuyun Kurniawan, Koordinator Program Proyek Ujung Kulon World Wildlife Fund (WWF)-Indonesia, dalam siaran pers, 22 September 2016, bertepatan dengan peringatan Hari Badak Sedunia.

Menurut Yuyun, jika tidak dilakukan upaya proaktif pada kelompok badak Sumatera, ancaman kepunahan lokal spesies itu bisa terjadi. “Untuk menyelamatkan badak Sumatera yang semakin kritis, perlu pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada badak Jawa,” ujarnya.

Populasi badak Jawa bisa meningkat karena usaha konservasi berbasis spesies. Pada 1970, menurut data WWF, ada 47 ekor badak Jawa. Satu dekade kemudian, populasinya menjadi 51 ekor. Dua tahun lalu, jumlahnya diketahui ada 57 ekor dan kini menjadi 63 ekor.

Namun badak Jawa kini menghadapi masalah terbatasnya luas habitat yang mampu menampung pertumbuhan populasinya. Masalah lain yang dihadapi badak Jawa adalah pertumbuhan pohon langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat. Tanaman invasif ini menghambat pertumbuhan tanaman pakan badak Jawa di Ujung Kulon.

Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF-Indonesia, mengatakan harus ada inovasi baru dalam konservasi badak Sumatera. “Mendorong program pembiakan semi-alami yang lebih aktif,” tuturnya.

Pengelolaan habitat badak Jawa, kata Arnold, juga harus dilakukan lebih agresif. “Dengan mengendalikan langkap yang merupakan spesies invasif dan sangat mengganggu habitat asli badak.”

Pemerintah Indonesia mencanangkan target pertumbuhan populasi sebesar 10 persen untuk 25 satwa dilindungi, termasuk badak Jawa dan Sumatera, pada periode 2015-2019. Untuk badak Jawa, target ini hampir terpenuhi.

Namun hal serupa tidak terjadi pada badak Sumatera yang menyusut hingga 50 persen dalam sepuluh tahun terakhir. Bahkan, di Kerinci Seblat, yang merupakan salah satu kantor populasi, sudah tidak ditemukan lagi badak Sumatera sejak 2008.

GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

Pengadilan Ungkap Kronologi Pembunuhan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 300 Juta

3 hari lalu

Pengadilan Ungkap Kronologi Pembunuhan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 300 Juta

Badak ditembak di bokong lalu disembelih dan diambil culanya terekam camera trap di dalam Taman Nasional Ujung Kulon. Kamera juga dicuri.

Baca Selengkapnya

Sekali Gagal, Badak Pahu Akan Kembali Diambil Sel Telurnya untuk Teknologi Bayi Tabung

27 Februari 2024

Sekali Gagal, Badak Pahu Akan Kembali Diambil Sel Telurnya untuk Teknologi Bayi Tabung

Terinspirasi keberhasilan pada Badak Putih di Afrika dan hewan cerpelai. Tantangan antara lain bawa sel telur cepat-cepat ke lab IPB di Bogor.

Baca Selengkapnya

Lahirkan Bayi Jantan di Way Kambas Lampung, Ini Profil Badak Delilah

26 November 2023

Lahirkan Bayi Jantan di Way Kambas Lampung, Ini Profil Badak Delilah

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kembali merilis kabar kelahiran badak jantan di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas.

Baca Selengkapnya

Bayi Badak di TN Way Kambas Tumbuh Normal, Menunggu Nama dari Menteri

22 November 2023

Bayi Badak di TN Way Kambas Tumbuh Normal, Menunggu Nama dari Menteri

Taman Nasional Way kambas memiliki penghuni baru berupa seekor badak.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali dalam 1 Dekade, Populasi Badak Afrika Naik

24 September 2023

Pertama Kali dalam 1 Dekade, Populasi Badak Afrika Naik

Total ada 23.290 ekor badak sampai akhir 2022 atau naik 5.2 persen dibanding tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Hari Badak Sedunia: Berikut Sederet Keistimewaan Badak, Kulit Tebal Tapi Sensitif

22 September 2023

Hari Badak Sedunia: Berikut Sederet Keistimewaan Badak, Kulit Tebal Tapi Sensitif

Kulit badak sangat lembut, dan rentan terhadap luka dan sengatan matahari. Hari Badak Sedunia, intip keistimewaan binatang badak ini.

Baca Selengkapnya

Awal Mula 22 September sebagai Hari Badak Sedunia, Bermula dari Afrika Selatan

22 September 2023

Awal Mula 22 September sebagai Hari Badak Sedunia, Bermula dari Afrika Selatan

Hari ini, 22 September 2010 Hari Badak Sedunia diumumkan WWF Afrika Selatan. Berikut asal mula pencanangannya.

Baca Selengkapnya

Badak Ujung Kulon di Ujung Tanduk? Ini Jawab Kepala Taman Nasional

14 April 2023

Badak Ujung Kulon di Ujung Tanduk? Ini Jawab Kepala Taman Nasional

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Anggodo, bilang, "Inikan bukan kebun binatang yang setiap hari badak bisa dilihat."

Baca Selengkapnya

Auriga Nusantara: Badak Jawa di Ujung Tanduk

12 April 2023

Auriga Nusantara: Badak Jawa di Ujung Tanduk

Hingga tiga dekade sebelumnya, tidak satu pun kematian badak jawa yang terhubung ke perburuan.

Baca Selengkapnya

Bayi Badak Putih Afrika Lahir di Taman Safari Bogor, Diberi Nama Ramadani Jumat Agung

9 April 2023

Bayi Badak Putih Afrika Lahir di Taman Safari Bogor, Diberi Nama Ramadani Jumat Agung

Seekor badak putih Afrika baru saja lahir di Taman Safari Bogor dengan kondisi sehat bugar. Lahir di bulan suci Ramadan di hari Jumat agung.

Baca Selengkapnya