LIPI Buka Pusat Pelatihan Biodiversitas Laut Kedua di Dunia
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Senin, 17 Oktober 2016 15:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meresmikan Regional Training and Research Center on Marie Biodiversity and Ecosystem Health (RTRC MarBEST Center), Senin, 17 Oktober 2016, di Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Ancol, Jakarta Utara. Tujuan pembentukan lembaga yang berada di bawah supervisi International Oceanographic Commision-Western Pacific (IOC-Westpac) UNESCO ini untuk meningkatkan kapasitas peneliti muda bidang keanekaragaman hayati dan ekosistem laut.
Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain mengatakan, Indonesia memiliki garis pantai tropis terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Menurut dia, dengan luas laut sekitar 93 ribu kilometer persegi dan garis pantai sepanjang lebih dari 54 ribu kilometer, serta 17 ribu pulau, Indonesia menyimpan potensi besar di bidang kemaritiman. "Karena itu, peningkatan kapasitas sumber daya manusia kelautan sangat penting untuk dilakukan," ujarnya. Peningkatan kapasitas ini berbentuk kegiatan pelatihan dan kerja sama riset dalam skala regional.
Menurut Deputi Ilmu Kebumian LIPI, Zainal Arifin, pembentukan lembaga ini dapat menjadi media transfer ilmu dan teknologi para akademisi. "Ini pertanggungjawaban LIPI kepada dunia ilmu pengetahuan," katanya. Dia mengatakan, LIPI mendapatkan dukungan penuh dari UNESCO-IOC dalam pendirian RTRC MarBEST Center melalui pemberian dana pelatihan bagi beberapa peserta regional.
Sektor kelautan, menurut Wenxi Zhu, Kepala dan Program Spesialis IOC-Westpac, sangat kompleks. Tak hanya berkaitan dengan ekosistem spesies biota laut, melainkan juga mempengaruhi banyak sektor, seperti, iklim, lingkungan, keamanan pangan, dan ekonomi. "Harus diakui bahwa banyak potensi laut yang belum terungkap sehingga kita belum dapat memanfaatkannya. Karena itu, penelitian kelautan harus digenjot," ujar Zhu.
RTRC MarBEST Center LIPI ini merupakan RTRC Oceanographic kedua di dunia. Yang pertama dibentuk oleh Cina dengan fokus pada dinamika samudera, interaksi laut-udara, dan model numerik. Menurut Iskandar, pembukaan lembaga ini di Indonesia menyedot animo masyarakat akademisi di berbagai belahan penjuru dunia, khususnya para peneliti dari negara Afrika. "Para peneliti di sana meminta untuk ikut pelatihan di Indonesia," kata Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sekaligus Direktur UNESCO/IOC RTRC MarBEST Center, Dirhamsyah.
Pelatihan pertama lembaga ini ialah Crustacea Taxonomy Training yang digelar pada 17-29 Oktober 2016. Sebanyak 25 peserta dari Bangladesh, Kamboja,Tiongkok, Iran, Korea Utara, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Tingginya antusiasme para peneliti negara lain untuk mengikuti pelatihan ini, menurut dia, menunjukan bahwa kapasitas peneliti Indonesia telah diakui dunia terutama di bidang penelitian biodiversitas laut, khususnya mengenai taksonomi biota laut.
AMRI MAHBUB