Kata BMKG Soal Isu Ancaman Gempa Besar dan Tsunami
Editor
Juli Hantoro
Senin, 21 November 2016 17:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta – Rangkaian lindu dari Samudra Hindia yang mengguncang pesisir selatan Jawa sepanjang November 2016 memunculkan isu ancaman gempa besar dan tsunami. Isu tersebut ada yang berisi ramalan sebelum gempa mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya pada Jumat, 18 November 2016. “Meningkatnya aktivitas gempa akhir-akhir ini bukan merupakan indikasi akan terjadinya peristiwa gempa besar,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono.
BMKG mencatat, selama 4–18 November 2016, telah terjadi sembilan kali aktivitas gempa yang dirasakan di wilayah selatan Pulau Jawa. Sebanyak dua kejadian gempa di antaranya menimbulkan kerusakan, yaitu gempa Pengalengan, Jawa Barat, pada 6 November 2016, juga gempa Malang, Jawa Timur, pada 16 November.
“Aktivitas gempa bumi di zona selatan Jawa hingga saat ini masih tergolong wajar karena zona tersebut memang berdekatan dengan subduksi (penunjaman) lempeng aktif,” ujarnya, Senin, 21 November 2016.
Lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Pulau Jawa dengan laju 74 milimeter per tahun yang berdampak tingginya aktivitas gempa di selatan Jawa. Banyaknya aktivitas gempa tersebut, kata Daryono, merupakan manifestasi pelepasan energi agar tidak terjadi akumulasi tegangan yang dapat memicu terjadinya gempa besar.
Gempa yang mengguncang Yogyakarta, Jumat, 18 November 2016, sempat diiringi isu ramalan tsunami akibat lindu berkekuatan besar. Isu ramalan itu beredar sebelum gempa terjadi pada pukul 09.19 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah isu yang mengatasnamakan lembaga tersebut.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi, lewat keterangan tertulis, menyatakan tersiar kabar yang meresahkan masyarakat. Kabar itu menyebutkan, menurut BMKG, akan terjadi gempa berkekuatan 8,6 pada skala Richter.
Tsunami juga disebutkan bakal melanda pesisir selatan wilayah Jawa Timur, seperti Malang, Pacitan, Banyuwangi, dan Surabaya. BMKG membantah membuat berita tersebut dan menyebut isu itu membohongi masyarakat.
ANWAR SISWADI