TEMPO.CO, San Francisco - Samsung mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi pada telepon seluler pintar Galaxy Note 7, yang awal tahun ini telah ditarik karena tingginya jumlah ledakan baterai yang terjadi pada ponsel itu.
Namun sebuah perusahaan mengklaim telah menemukan jawaban permasalahan perangkat itu. Perusahaan rekayasa manufaktur instrumental telah melakukan pembongkaran terhadap perangkat itu dan menemukan bahwa baterai Note 7 tidak memiliki ruang fisik yang cukup ketika terjadi error.
Masalah itu memiliki lebih dari satu faktor penyebab. Baterai ponsel itu terdiri atas lapisan positif dan negatif, dengan pemisah untuk menjaganya dari bersentuhan dan menyebabkan percikan.
Sementara untuk merampingkan ukuran baterai dan memaksimalkan ruang, pemisah ini mungkin dibuat terlalu tipis. Selain itu, Samsung membuat baterai lebih tipis.
Ketika diisi, baterai membengkak sedikit. Sekitar 10 persen ruang ekstra diperlukan, tapi baterai Note 7 sepenuhnya mengisi ruang sedalam 5,2 milimeter, dengan sangat sedikit ruang di sekitarnya. Dengan penambahan tekanan akibat penanganan sehari-hari, risiko ledakan pun meningkat.
"Melihat desainnya, teknisi Samsung jelas berusaha menyeimbangkan risiko proses manufaktur super-agresif untuk memaksimalkan kapasitas ketika mencoba melindunginya secara internal," ujar perusahaan sebagaimana dikutip CNET, Senin, 5 Desember 2016. "Samsung mengambil langkah yang disengaja ke arah bahaya."
CNET | ERWIN Z
Baca:
Cuitan Presiden Jokowi Ini Terbanyak di-Retweet pada 2016
Alcatel Lucent Bentuk Tim Baru dan Perluas Pasar
Kediri Kenalkan e-Tilang, Aplikasi Bayar Tilang di Tempat
Berita terkait
AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah
1 jam lalu
Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.
Baca SelengkapnyaMenlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia
5 jam lalu
Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.
Baca SelengkapnyaKronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina
6 jam lalu
Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?
Baca SelengkapnyaHamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza
7 jam lalu
Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Baca SelengkapnyaIsrael Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza
9 jam lalu
Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza
Baca SelengkapnyaDetektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan
10 jam lalu
Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya
Baca SelengkapnyaBelgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC
10 jam lalu
Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)
Baca SelengkapnyaHamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo
11 jam lalu
Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.
Baca SelengkapnyaKanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India
11 jam lalu
Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTop 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel
15 jam lalu
Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.
Baca Selengkapnya