Peneliti Kembangkan Obat dari Tanaman Rekayasa

Reporter

Jumat, 23 Desember 2016 02:10 WIB

Ilustrasi obat-obatan/kesehatan. Pixabay.com

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan Belanda mengembangkan daun artifisial yang bisa bertindak sebagai pabrik mini untuk memproduksi obat, kemajuan yang memungkinkan obat dihasilkan di mana saja selama ada cahaya matahari.

Karya itu mengetuk kemampuan tumbuhan menggunakan cahaya matahari menghasilkan makanan sendiri lewat fotosintesis, sesuatu yang ingin ditiru ahli kimia industri karena sinar matahari biasanya membangkitkan sangat sedikit energi untuk reaksi kimia.

Pabrik mini terinspirasi daun meniru efisiensi alam dalam memanen radiasi matahari menggunakan materi baru yang disebut konsentrator surya luminesens dengan saluran sangat tipis tempat cairan dipompa, memapar molekul-molekul dengan cahaya matahari.

"Secara teoritis, Anda bisa menggunakan perangkat ini untuk membuat senyawa obat menggunakan energi cahaya matahari di mana pun kau ingin," kata peneliti utama Timothy Noel dari Eindhoven University of Technology.

Dengan melakukannya jauh dari pembangkit listrik, dia yakin itu memungkinkan suatu hari membuat obat malaria di hutan atau bahkan obat di Mars di koloni antariksa masa depan.

Perangkat yang dibuat dari karet silikon itu bisa beroperasi bahkan ketika ada cahaya menyebar, yang artinya itu akan bekerja di bawah langit berawan. Namun demikian masih ada jalan untuk meningkatkan prosesnya agar secara komersial bisa jalan.

Noel dan koleganya, yang menerbitkan hasil riset mereka di jurnal Angewandte Chemie pada Rabu, sekarang berusaha memperbaiki efisiensi energi dan meningkatkan hasil.

Karena daun artifisial bergantung pada saluran-saluran mikro untuk membawa bahan kimia langsung terpapar cahaya matahari, masing-masing unit harus kecil, tapi mereka bisa dengan mudah dihubungkan bersama untuk meningkatkan produksi.

"Kau bisa membuat seluruh pohon dengan banyak daun ditempatkan secara paralel," kata Noel kepada kantor berita Reuters.

"Ini sesuatu yang sangat murah biaya pembuatannya, jadi potensinya sangat besar," katanya.

Dia berpikir prosesnya bisa mulai tersedia luas bagi perekayasa kimia dalam lima sampai sepuluh tahun.

Ini bukan kali pertama ilmuwan menarik inspirasi dari tumbuhan ketika mempertimbangkan cara baru untuk memproduksi farmasi.

Tahun 2012, Badan Pangan dan Obat Amerika Serikat menyetujui obat yang disebut Elelyso dari Pfizer dan Protalix Biotherapeutics untuk penyakit langka Gaucher yang dibuat dengan modifikasi genetik sel-sel wortel.

Peneliti lain juga menumbuhkan tanaman yang secara khusus dibiakkan untuk menghasilkan obat dan vaksin di dalam daun mereka.

ANTARA


Baca:
Video: DJ Kelas Dunia Ramai-ramai Bikin Lagu 'Om Telolet Om'
Apple Siapkan 6 Terobosan Baru di iPhone 8, Apa Saja?
Nokia Gugat Apple atas Pelanggaran Paten di AS dan Jerman
Perburuan Pokemon GO Seluruh Dunia Tembus 8,7 Miliar Km


Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

23 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya