Mesenterium, Bukti Lain Kehebatan Leonardo Da Vinci

Reporter

Kamis, 19 Januari 2017 11:33 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Leonardo Da Vinci akhirnya kembali menjadi pemenang. Pada abad ke-15, ketika dunia medis belum maju, dia menyatakan bahwa membran berliku di dekat usus manusia itu merupakan struktur tunggal dalam sistem pencernaan manusia. Menurut dia, mesenterium merupakan organ tubuh.

Pandangan soal membran berliku itu hanya salah satu dari sederet tesis luar biasa yang disampaikan Da Vinci. Pria Italia yang hidup pada tahun 1450-an itu dikenal sebagai pioner pencetus gagasan soal parasut, helikopter, tank. Ia juga disebut sebagai bapak dari ilmu palaeontology dan arsitektur.

Namun, sebelumnya, temuan Da Vinci soal membran berliku di dekat usus itu tak pernah mendapatkan pengakuan. Hingga akhirnya di tahun baru, beberapa waktu lalu, atau tepatnya lima abad kemudian, dari Limerick, Irlandia, Calin Coffey dan Peter O’Learey, keduanya merupakan pakar bedah dari Graduate Entry Medical School, University of Limerick, Irlandia, menyatakan bahwa temuan Da Vinci adalah benar adanya.

Keduanya berhasil mengidentifikasi kembali membran yang pernah diungkap Da Vinci itu. Penjelasannya mereka tuliskan dalam studinya yang berjudul “The mesentery: structure, function, and role in disease” terbit dalam jurnal The Lancet: Gastroenterology & Hepatology edisi November 2016 .

“Setelah dibedah, sebetulnya mesenterium bisa dilihat dengan mata telanjang dari sudut pandang tertentu,” kata Coffey seperti dikutip dari Live Science, akhir pekan lalu.

Mesenterium memang telah lama mengundang perdebatan. Tak sedikit menentang temuan Da Vinci itu. Satu yang terkenal adalah pakar bedah dari London Hospital Medical College, Sir Frederick Treves. Pada 1885, dia menyangkal status mesenterium sebagai organ mandiri. Ia menganggap membran ini hanya bagian dari usus.

Treves punya alasan sendiri dan juga diiyakan banyak kalangan. Masalahnya, bentuk mesentrium sangat unik karena memiliki formasi spiral di rongga perut (abdomen) dan memanjang dari usus kecil ke usus besar.

Jika diperhatikan, bentuknya seperti kipas. Letaknya sangat dekat dan bertumpuk dengan organ pencernaan lain. Selain itu, fungsinya tidak banyak diketahui. Dengan faktor macam itu, mesenterium tetap dianggap bagian dari jaringan usus.

Namun mereka yang mendukung Da Vinci tak juga sedikit. Pakar bedah Carl Toldt pada 1878, menyatakan hal serupa. Namun, pada masa itu, penelitian Toldt tak diakui.

Barulah hampir seabad kemudian, tepatnya pada 1958, risetnya didukung Henry Gray yang menyebutkan istilah mesentery dalam bukunya Anatomy of Human Body (populer dengan sebutan Gray’s Anatomy).

Tentu ada yang berbeda dari temuan Coffey dan O’Learey ini. Salah satunya menjelaskan soal fungsi organ ini. Dalam jurnal, mesenterium disebut memiliki fungsi untuk mengalirkan dan menerima darah dan cairan limfatik yang dikeluarkan hati ke dan dari seluruh tubuh.

Selain itu, lapisan membran ini menjaga usus tetap terhubung dengan dinding perut. Tanpa mesenterium, usus akan memiliki kontak langsung dengan tubuh. Mesenterium menjaga usus supaya tidak tiba-tiba jatuh ke bagian panggul.

Masih menurut duet peneliti itu, bisa dibilang mesenterium ini adalah membran yang pintar. Mesenterium bisa membaca situasi yang terjadi di dalam usus dan dapat mengambil langkah-langkah tepat untuk menyeimbangkan fungsi pencernaan.

Kelenjar getah bening, misalnya, mampu mendeteksi bakteri yang bersarang di usus dan melaporkannya ke sistem imunologi untuk mengantisipasinya. Jika terdeteksi sebagai bakteri jahat, sistem imun akan membasminya.

“Penemuan kembali mesenterium adalah tonggak medis untuk bisa menyelami akar penyebab penyakit serta proses perkembangannya di dalam tubuh pasien lebih jauh,” kata O’Learey.

Penyakit itu antara lain radang usus, pencernaan, diabetes, obesitas, kanker usus, dan sindrom pencernaan. Karena itu, studi lanjutan dibutuhkan untuk membedah fungsi lain membran ini, khususnya terkait dengan pembuluh darah dan sistem imun.

Dengan begitu, pelan-pelan organ temuan Da Vinci ini tak lagi misterius.

THE LANCET | LIVE SCIENCE | EXPRESS.CO.UK | GRAY’S ANATOMY | AMRI M

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya