Siapa Pribumi Asli Indonesia? Penelitian Eijkman Menjawabnya  

Reporter

Editor

Erwin prima

Senin, 30 Januari 2017 15:04 WIB

Lukisan prasejarah berupa stensil tangan di sebuah gua di Indonesia yang memiliki usia setara dengan lukisan prasejarah di Eropa. Sebuah studi baru menunjukkan nenek moyang Indonesia menggambar sejak 40.000 tahun yang lalu. AP/Kinez Riza, Nature Magazine

TEMPO.CO, Jakarta - Studi genetika para peneliti di Lembaga Eijkman bersama sejumlah lembaga internasional menunjukkan semua etnis Indonesia adalah keturunan para imigran. “Mereka diperkirakan masuk ke kawasan Asia Tenggara, termasuk kepulauan Indonesia, sekitar 60 ribu-50 ribu tahun lalu,” menurut tulisan Majalah Tempo, Melacak Leluhur Lewat, DNA, edisi 30 Januari 2017.

Kala itu, bagian barat kepulauan Indonesia masih menyatu dengan daratan benua Asia dan dikenal sebagai Paparan Sunda. Manusia pun mudah melintasinya. Perubahan iklim bumi dinilai sebagai faktor yang memicu ekspansi perjalanan manusia.

Baca:
Bos Apple dan Google Kecewa Kebijakan Imigrasi Donald Trump
Jalan Mundur Semut Bisa Menginspirasi Kemajuan Ilmu Robot
7 Langkah Penting untuk Lindungi Privasi di Era Online


Untuk melacak jalur migrasi nenek moyang Indonesia, para peneliti awalnya menggunakan metode riset genetika DNA di dalam mitokondria (mDNA). Mitokondria adalah struktur unik di dalam sel yang berfungsi seperti sumber energi atau baterai bagi sel untuk beraktivitas. Dari mDNA ini juga bisa didapat sejarah penyakit bawaan di dalam suatu populasi.


Mitokondria dan 37 gen di dalamnya hanya diwariskan dari garis perempuan kepada anak-anaknya. Hal ini terjadi karena saat pembuahan, mitokondria laki-laki yang ada di ekor sperma terlepas dan tak ikut masuk ke sitoplasma, lapisan cairan pembungkus sel telur yang di dalamnya mengandung mitokondria.


Jejak dalam mDNA inilah yang ditelusuri ke belakang untuk melacak garis keturunan nenek moyang lewat jalur perempuan. Setiap mitokondria memiliki sekitar 1.100 ciri yang bisa menjadi penanda asal manusia. Hasil analisis motif-motif di dalam mDNA menunjukkan spesies manusia modern pertama berasal dari kawasan sub-Sahara Afrika.


Riset kromosom Y, bagian gen yang diturunkan dari garis laki-laki, juga menunjukkan hal serupa. Kemunculan nenek moyang manusia modern diperkirakan berlangsung sekitar 200 ribu tahun silam. “Berdasarkan genetika, manusia modern pertama itu dari Afrika,” ujar Herawati Sudoyo, Deputi Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, kepada Tempo, Senin pekan lalu. “Mereka kemudian bermigrasi menyebar ke seluruh dunia.”


Advertising
Advertising

Penyelidikan asal-usul individu juga dilakukan lewat pemeriksaan autosom. Ini adalah bagian yang merupakan gabungan kromosom dari ayah dan ibu. Masing-masing ayah dan ibu juga memiliki separuh kromosom dari orang tua mereka. Jika dirunut lagi ke belakang, akan ketahuan siapa leluhur mereka.


Marka-marka gen atau haplogroup di dalam gen dapat memberikan gambaran jalur migrasi maternal dan paternal manusia. Peta riset mDNA menunjukkan rute migrasi manusia global gelombang pertama keluar dari Afrika dan menyusuri kawasan selatan Asia. Kelompok ini bergerak ke tenggara hingga mencapai Indonesia. Sebagian melanjutkan lagi hingga Ke Australia.


GABRIEL WAHYU TITIYOGA | EZ

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

BRIN Fokus Riset Genomik Mitigasi Pandemi, Cari Virus yang Tiba-tiba Bisa Merebak

30 Juni 2023

BRIN Fokus Riset Genomik Mitigasi Pandemi, Cari Virus yang Tiba-tiba Bisa Merebak

BRIN memfokuskan kegiatan riset genomik untuk mitigasi pandemi pada masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Vaksin Merah Putih BRIN Diuji pada Mencit dan Kera Akhir Bulan Ini

5 Juli 2022

Vaksin Merah Putih BRIN Diuji pada Mencit dan Kera Akhir Bulan Ini

Pengembangan Vaksin Merah Putih ini sudah selesai di fase laboratorium sejak Oktober 2021 lalu oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Baca Selengkapnya