97 Perusahaan Teknologi Lawan Larangan Imigrasi Trump

Reporter

Editor

Erwin prima

Senin, 6 Februari 2017 19:39 WIB

Eman Ali of Yemen dan ayahnya, Ahmed Ali, tiba di Bandara Internasional San Francisco, California, 6 Agustus 2017. keduanya sempat tidak bisa Amerika akbat kebijakan imigrasi presiden Donald Trump. REUTERS/Kate Munsch

TEMPO.CO, San Francisco - Intel, Google, Microsoft, Apple dan 93 perusahaan teknologi lainnya telah mengajukan surat amicus (sahabat pengadilan) yang mendukung tuntutan terhadap perintah eksekutif Presiden Donald Trump yang membatasi imigran dari tujuh negara.

"Perintah eksekutif itu meninggalkan prinsip toleransi, kesetaraan dan keterbukaan," tulis surat itu yang ditemukan Ars Technica sebagaimana dikutip Engadget, Senin 6 Februari 2017. "Ini menimbulkan bahaya yang signifikan pada bisnis, inovasi dan pertumbuhan Amerika."

Baca:
Asus ZenFone 3 Max ZC553KL, Andalkan Baterai Besar
Sudah Mewabah di Afrika, Ulat Armyworm Ancam Asia
Peretas Rusia Mengguncang Amerika, Siapa Sebenarnya Mereka?



Setelah tuntutan diajukan terhadap perintah eksekutif di Washington dan negara-negara lain, Hakim Distrik AS James Robart memblokir perintah eksekutif itu secara efektif dengan segera. Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan akan kembali ke prosedur skrining normal, sehingga banyak imigran, termasuk siswa pemegang visa, pemegang kartu hijau dan lain-lain bergegas mendapatkan penerbangan sebelum aturan pembatasan dipulihkan.

Namun, Departemen Kehakiman AS di bawah Trump telah bersumpah untuk mengajukan banding. "Kami akan menang. Untuk keamanan negara, kami akan menang," kata Trump kepada wartawan di klub golf Mar-a-Lago di Florida. Presiden juga mengkritik Robart dalam serangkaian tweet, dengan mengatakan "pendapat hakim ini ... konyol dan akan dijungkirbalikkan."

Surat itu, yang telah berjalan sejak sebelum perintah eksekutif ditolak, bertujuan untuk meyakinkan pengadilan banding bahwa mengembalikan aturan itu akan ilegal dan berbahaya bagi bisnis mereka.

"Perintah eksekutif itu membuat lebih sulit dan mahal bagi perusahaan-perusahaan AS untuk merekrut, mempekerjakan dan mempertahankan beberapa karyawan terbaik di dunia," tulis mereka. "Ini mengganggu operasi bisnis yang sedang berlangsung. Dan ini mengancam kemampuan perusahaan untuk menarik bakat, bisnis dan investasi ke Amerika Serikat."

Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos terbaru, masyarakat yang mendukung perintah eksekutif Trump adalah 49 persen melawan 41 persen yang tidak mendukung. Namun, seorang ahli hukum mengatakan kepada Reuters bahwa tweet yang mengkritik hakim - tindakan yang sangat tidak biasa bagi seorang presiden - mungkin sebuah kekeliruan.

"Sulit bagi presiden untuk menuntut pengadilan menghormati otoritas yang melekat padanya ketika ia tidak menghormati otoritas yang melekat pada peradilan," kata pakar hukum Jonathan Turley kepada Reuters.

Perusahaan-perusahaan teknologi itu menambahkan bahwa perintah eksekutif itu dapat menyebabkan karyawan berbakat dari negara-negara lain untuk pergi ke tempat lain, menyebabkan eksodusnya sumber daya unggul dari AS.

"Ketidakstabilan dan ketidakpastian ini akan membuat jauh lebih sulit dan mahal bagi perusahaan-perusahaan AS untuk merekrut beberapa bakat terbaik dunia - dan menghambat mereka untuk bersaing di pasar global," menurut surat itu.

Terlebih lagi, negara-negara lain bisa melihat tindakan ini sebagai bermusuhan. "Ini juga dapat menyebabkan tindakan balasan oleh negara-negara lain, yang akan menghambat kemampuan perusahaan untuk melakukan bisnis atau menegosiasikan penawaran bisnis di luar AS."



ENGADGET | ERWIN Z

Berita terkait

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

13 menit lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

4 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

5 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

5 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

6 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

6 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

10 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

11 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya