Penjelasan Sains di Balik Sifat Welas Asih kepada Orang Lain

Reporter

Jumat, 7 April 2017 11:36 WIB

Seorang wanita membantu imigran di atas kapal Golfo Azzurro di laut Mediteranian, Sabratha, Libya, 3 Februari 2017. Lembaga Masyarakat Spanyol, Proactiva Open Arms menolong imigran yang terapung-apung di atas perahu karet mereka. AP/Emilio Morenatti

TEMPO.CO, Jakarta -Mari kita bermain perasaan sejenak. Anda terjebak di lantai 15 dalam sebuah gedung yang terbakar. Hanya ada tangga untuk turun. Waktu kian sempit. Namun, saat sedang turun, tiba-tiba ada yang teriak minta tolong. Ternyata, sekitar 10 meter di sebelah kanan Anda, ada orang yang tak bisa lari dari api lantaran kakinya tertimpa kabinet besar.

Apa yang akan Anda lakukan? Meninggalkannya atau menyelamatkannya dan membopongnya turun?

Sekelompok peneliti dari International School for Advanced Studies di Trieste dan University of Udine, Italia, melakukan riset tentang kondisi tersebut menggunakan virtual reality alias realitas virtual. Tim ingin mengungkap asal-usul altruisme—perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri—di otak. Studi ini terbit dalam jurnal Neuropsychologia edisi Februari 2017.

Studi tersebut mengungkap bahwa individu altruistik memiliki insula anterior kanan yang lebih besar ketimbang orang non-altruistik. Bagian otak ini terlibat dalam pengolahan emosi sosial dan membantu kesadaran stimulan tubuh, seperti kemampuan untuk menghitung detak jantung sendiri. Bagian ini juga yang mengontrol tekanan darah, khususnya selama dan setelah latihan fisik.

“Ini menjelaskan bahwa kasih sayang berperan dalam memotivasi perilaku tolong-menolong dan otak memainkan peran yang kompleks,” kata Giorgia Silani, peneliti utama, seperti dikutip dari laman berita Science Daily. Studi Silani bersama lima peneliti lainnya berjudul “Neuroanatomical basis of concern-based altruism in virtual environment”.

Mempelajari altruisme dan basis sarafnya di dalam laboratorium menimbulkan kesulitan dan tantangan etika tersendiri. Sebab, menurut Silani, para peneliti harus mereproduksi situasi berbahaya sekaligus mengamati perilaku peserta.

Namun, kata dia, hal itu bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Silani dan tim membuat program realitas virtual yang bisa membuat penggunanya tenggelam.

Selama penelitian, para peserta memakai virtual reality dengan audio visual yang intens untuk meningkatkan realisme eksperimental. “Agar perasaan cemas dan terpojok bangkit dalam benar peserta,” ujar Indrajeet Patil, anggota peneliti yang juga mahasiswa pascadoktoral di Harvard University.

Dalam eksperimen, peserta hanya diberikan sedikit sisa tenaga untuk keluar dari gedung yang terbakar. Di akhir perjalanan mereka, para peserta harus membuat keputusan sulit: menyelamatkan orang lain atau mengabaikannya.

Selama penelitian, ilmuwan terus memindai otak para peserta dengan magnetic resonance imaging (MRI). Investigasi struktur otak dapat memperlihatkan hubungan antara perilaku dan anatomi daerah tertentu sistem saraf.

“Sebanyak 65 persen peserta membuat pilihan altruistik. Mereka berhenti untuk mencari suara minta tolong tersebut dan menolongnya, meski ancaman menghadang,” kata Patil. Satu hal yang menarik disorot, kata Silani, ternyata virtual reality mampu membantu penelitian mengenai neurostruktural.

Nah, jika berada dalam keadaan serupa, kira-kira apa yang akan Anda lakukan?


NEUROPSYCHOLOGIA | SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB



Advertising
Advertising

Berita terkait

Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

16 Januari 2019

Cara Otak Manusia Memutar Kenangan: Mengaitkan dengan Hal Unik

Tim ilmuwan dari University of Birmingham dan Cardiff University telah mengungkap bagaimana otak manusia merekontruksi atau menyusun kenangan.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

21 November 2018

Bagaimana Cara Menghilangkan Rasa Takut? Simak Riset Berikut

Dua peneliti syaraf dari Universitas California Riverside, dalam sebuah riset mencoba menjawab bagaimana cara menghilangkan rasa takut.

Baca Selengkapnya

Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

8 November 2018

Otak Manusia akan Jadi Target Serangan Hacker, Ini Pintu Masuknya

Riset terbaru hasil kolaborasi dari Kaspersky Lab dan University of Oxford mengungkap otak manusia akan menjadi target serangan hacker.

Baca Selengkapnya

Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

27 Desember 2017

Bakteri di Usus Pengaruhi Suasana Hati Anda, Simak Kata Ahli

Usus disebut sebagai otak kedua. Kalau kondisi usus baik, maka saraf di usus akan mengirimkan sinyal-sinyal positif ke otak

Baca Selengkapnya

10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

15 Desember 2017

10 Tips Tambah Daya Ingat, Makan Permen Karet dan Tonton Komedi

Ada 10 hal yang bisa menambah daya ingat seseorang. Dua di antaranya adalah makan permen karet dan menonton komedi.

Baca Selengkapnya

Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

12 Desember 2017

Dijamin, Anda Belum Tahu Rahasia Otak Ini

Otak manusia memiliki banyak aktivitas, termasuk yang Anda belum tahu ini.

Baca Selengkapnya

Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

9 Desember 2017

Ini Dia Jaringan Otak yang Membuat Si Kecil Bisa Berjalan

Peneliti mengidentifikasi jaringan otak yang terlibat dalam pembelajaran berjalan pada bayi, sebuah temuan yang bisa membantu memprediksi autisme.

Baca Selengkapnya

Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

9 November 2017

Pikiran Buruk Cermin Kesehatan Manusia, Cek Penelitiannya

Pikiran tentang hal-hal buruk ternyata bisa mencerminkan kesehatan manusia. Misalnya tak bisa berhenti memikirkan pengalamam buruk. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

24 Oktober 2017

Penciuman Masih Peka? Artinya Otak Sehat, Begini Penelitiannya

Hidung, sebagai Indra penciuman ternyata memiliki kaitan yang kuat dengan otak secara keseluruhan. Simak penelitiannya.

Baca Selengkapnya

Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

11 Oktober 2017

Mengapa Kita Menua? Rahasianya Ada di Otak, Cek 3 Fakta Lainnya

Pernah mempertanyakan mengapa manusia tertawa, merasakan kantuk, ataupun bisa mengalami 'jetlag'?, ternyata semua itu karena kinerja otak manusia.

Baca Selengkapnya