Mirip di Indonesia, Gempa Filipina Jadi Perhatian Peneliti

Reporter

Jumat, 7 Juli 2017 15:26 WIB

TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Gempa bermagnitudo 6,5 di Filipina, Kamis lalu, menjadi kajian peneliti gempa di Indonesia. Penyebab gempa yaitu pergerakan sesar atau patahan Leyte Tengah yang aktif dengan laju 25 milimeter per tahun.

"Lajunya mirip Sesar Sumatera," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, Jumat, 7 Juli 2017.

Gempa yang mengguncang kuat Pulau Leyte di Filipina tengah, Kamis itu, dilaporkan menewaskan setidaknya dua orang. Beberapa orang masih terjebak di reruntuhan bangunan, puluhan korba luka, dan menimbulkan banyak kerusakan bangunan termasuk pembangkit listrik. Gempa juga memicu longsoran, dan beberapa ruas jalan terbelah.

Beberapa kota yang mengalami dampak gempa antara lain Ormoc City, Kananga, Jaro, Pastrana, dan Dagami. "Hingga Jumat pagi ini tercatat sudah lebih dari 240 gempa susulan (aftershocks) dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman," kata Daryono.

Baca: Gempa Terjang Filipina, 1 Orang Meninggal dan Bangunan Roboh

Hasil analisis BMKG terkait parameter gempa tersebut menunjukkan, lokasi episenter terletak di zona jalur sesar, memiliki kedalaman dangkal, dengan mekanisme pergerakan mendatar. Ini menunjukkan bahwa gempa yang terjadi dipicu oleh aktivitas sesar aktif.

"Sesar yang diduga kuat aktif dan memicu gempa adalah segmen Sesar Leyte Tengah yang merupakan bagian dari sistem Zona Sesar Besar Filipina (The Philippine Fault Zone-PFZ)," kata Daryono.

Sistem sesar PFZ itu memiliki jalur sangat panjang dan membentang sejauh 1.200 kilometer, membelah Kepulauan Filipina. Segmen Sesar Leyte Tengah yang aktif saat ini tercatat memiliki laju pergeseran sebesar 25 milimeter per tahun.

Zona Sesar Besar Filipina dipastikan terus aktif dan menjadi generator gempa kuat di Filipina, mengingat suplai energinya yang terus tersedia. Dinamika sistem sesar ini berhubungan dengan desakan lempeng utama dunia, yaitu Lempang Laut Filipina dari timur dan Lempeng Eurasia dari barat.

Baca: Kenapa Gempa Bumi di Aceh Bisa Sangat Dahsyat? Ini Jawabannya

Sejarah mencatat bahwa sistem Sesar Besar Filipina sudah seringkali memicu gempa kuat yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. Tercatat beberapa gempa besar pernah terjadi di sepanjang jalur sesar ini, seperti tahun 1608, 1743,1750, 1837, 1869, 1890, 1897, 1915, 1967, 1971, 1973, 1975, 1979, 1989, 1991, 1996, 1998, dan 2003.

Peristiwa Gempa Pulau Leyte di Filipina tengah yang menelan korban jiwa dan merusak banyak bangunan rumah ini, ujar Daryono, patut menjadi pelajaran. Alasannya karena secara tektonik dan kerawanan gempa, wilayah Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan Filipina.

Sebagai langkah kesiagaan, kata Daryono keberadaan sesar aktif dan sebarannya di wilayah Indonesia yang kini sudah dipetakan dengan baik oleh para ahli gempa, hendaknya disosialisasikan kepada instansi terkait dan warga masyarakat. Warga harus mengenal jalur sesar aktif di daerahnya. Warga perlu tahu seberapa jauh tempat tinggalnya dengan lokasi sesar aktif. Selain mengenal jalur sesar, warga perlu diberikan pemahaman potensi gempa yang mungkin terjadi di daerahnya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

4 jam lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

5 jam lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

8 jam lalu

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

12 jam lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

13 jam lalu

Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.

Baca Selengkapnya

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

14 jam lalu

Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

14 jam lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

21 jam lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

1 hari lalu

Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.

Baca Selengkapnya

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

1 hari lalu

BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas

Baca Selengkapnya