Ilmuwan Bikin Riset Soal Kebahagian di Media Sosial, Hasilnya...

Reporter

Senin, 10 Juli 2017 14:39 WIB

Ilustrasi slank di dunia maya/media sosial. Shuterstock

TEMPO.CO, Pennsylvania - Peneliti School of Informatics and Computing Indiana University, Amerika Serikat, melakukan riset kebahagiaan di media sosial, hasilnya cukup mengejutkan. Johan Bollen dan koleganya memilih secara acak 4,8 juta pengguna Twitter.

Tim menganalisisnya berdasarkan interaksi mereka yang saling mengikuti. Dari data itu terbaca bahwa pengguna Twitter menciptakan jaringan sosial yang terdiri atas sekitar 102.000 pengguna dengan 2,3 juta koneksi.

Tim kemudian mempersempit fokus mereka kepada individu yang memiliki 15 teman atau lebih di jaringan itu. Setelah itu, mereka menganalisis sentimen tweet pengguna. Metode ini umum dalam ilmu komputer dan pemasaran untuk menilai apakah posting digital umumnya bernada positif atau negatif. Sentimen ini membuat sekelompok 39.110 pengguna Twitter. Pengguna dengan sentimen positif yang lebih tinggi didefinisikan sebagai "bahagia".|

Baca: Layakkah Si Dia Dipertahankan? Intip Kebiasaannya di Media Sosial

Apa hasil riset ini? Tim Bollen menemukan bahwa mereka yang punya koneksi paling banyak di media sosial memiliki kebahagiaan. Sebaliknya, sebagian besar pengguna media sosial tidak hanya menganggap diri mereka kurang populer daripada teman mereka, tapi juga kurang bahagia.

"Analisis ini berkontribusi pada semakin banyaknya bukti bahwa media sosial mungkin berbahaya bagi pengguna yang 'terlalu banyak' menggunakan layanan ini. Karena mereka hampir tidak mungkin melepaskan diri dari perbandingan negatif dengan popularitas dan kebahagiaan teman mereka," kata Johan Bollen, ketua tim peneliti Indiana University, kepada Science Daily.

Ini studi pertama yang memberi bukti ilmiah untuk perasaan yang dialami banyak orang saat mereka masuk ke layanan seperti Facebook, Twitter, atau Instagram: bahwa orang lain tampaknya lebih bahagia. Mereka menggunakan data yang tersedia untuk umum dari Twitter. Pengikut timbal balik didefinisikan sebagai "teman" dan pengguna dengan koneksi terbanyak didefinisikan sebagai "populer".

Baca: Demi Media Sosial, Wanita Ini Nekad Tembak kekasihnya dan Tewas

Selanjutnya: Sebagian besar individu di media sosial...
<!--more-->
Sebagian besar individu di jejaring media sosial mengalami friendship paradox, yakni mereka kurang populer daripada rata-rata teman mereka. Efek ini mungkin menjelaskan temuan baru-baru ini bahwa penggunaan media jejaring sosial yang meluas menyebabkan berkurangnya kebahagiaan.

Namun hubungan antara popularitas dan kebahagiaan kurang dipahami. Friendship paradox tidak selalu berarti happiness paradox, maksudnya kebanyakan individu kurang bahagia daripada teman mereka.

Sebagai spesies sosial, kemampuan manusia untuk membangun hubungan tatap muka, fisik, hubungan dalam lingkungan sosial yang kaya sangat penting bagi kebahagiaan dan kesejahteraan individu. Namun teknologi kini memainkan peran yang semakin meningkat dalam membentuk jaringan hubungan sosial.

Hampir seperenam populasi dunia menggunakan beberapa bentuk media sosial yang memungkinkan individu mempertahankan jaringan sosial maya yang melampaui batas geografis, ekonomi, budaya, dan bahasa.

Baca: MUI Minta Media Sosial Dipakai Silaturahmi, Bukan Sebar Hoax

Beberapa riset sebelumnya menunjukkan bahwa jejaring media sosial dikaitkan dengan peningkatan tingkat kesepian, kegelisahan, ketidaksenangan, dan ketidakpuasan.

Alasan untuk kontradiksi ini tidak diketahui, namun dapat ditemukan dalam pola konektivitas jaringan sosial universal. Anehnya, diukur dalam jumlah koneksi, kebanyakan orang akan memiliki teman lebih sedikit daripada teman mereka sendiri rata-rata.

Menurut riset Bollen, diketahui bahwa 94,3 persen pengguna Twitter memiliki rata-rata teman lebih sedikit daripada teman mereka. Secara signifikan, riset ini juga menemukan bahwa 58,5 persen pengguna ini tidak begitu bahagia seperti rata-rata teman mereka.

"Dengan kata lain, mayoritas pengguna mungkin merasa bahwa mereka kurang populer ketimbang rata-rata teman mereka," kata Bollen. "Mereka mungkin juga memiliki kesan bahwa mereka kurang bahagia daripada rata-rata teman mereka."

Baca: Jokowi: Trending Topic Media Sosial Bisa Bentuk Opini Publik

Selanjutnya: Studi tersebut juga menunjukkan...
<!--more-->
Studi tersebut juga menunjukkan pengguna media sosial cenderung terbagi dalam dua kelompok: pengguna yang lebih bahagia dengan teman yang lebih bahagia dan pengguna yang tidak bahagia dengan teman yang tidak bahagia. Anehnya, pengguna yang tidak bahagia masih kurang bahagia daripada teman-teman mereka yang tidak bahagia. Ini menunjukkan bahwa mereka lebih terpengaruh oleh ketidakbahagiaan teman mereka.

"Secara keseluruhan, kami menemukan pengguna media sosial mungkin mengalami tingkat ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan sosial yang lebih tinggi karena perbandingan negatif antara kebahagiaan dan popularitas teman dan teman mereka," kata anggota tim peneliti Bruno Gonçalves. Karena itu, tim riset menyarankan orang untuk memantau dan membatasi penggunaan layanan ini secara hati-hati.

Baca: Tips Raup Like dalam Jumlah Banyak di Media Sosial

Simak berita menarik soal media sosial lainnya di kanal Tekno Tempo.co.

SCIENCE DAILY | EPJ DATA SCIENCE | AHMAD NURHASIM

Berita terkait

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

11 jam lalu

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Arab Saudi untuk membahas situasi di Gaza dan normalisasi hubungan Israel-Saudi.

Baca Selengkapnya

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

11 jam lalu

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

Demo bela Palestina terus bergolak di sejumlah kampus di AS. Terbaru adalah kandidat presiden AS Jill Stein termasuk di antara yang ditangkap.

Baca Selengkapnya

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

16 jam lalu

Pengunjuk Rasa Pro-Israel Provokasi Kubu Pro-Palestina, Bentrok Pecah di Universitas California Los Angeles

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bentrok di kampus Universitas California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

17 jam lalu

Protes Pro-Palestina Meluas di Kampus Amerika Serikat, Hampir 900 Orang Ditangkap Sejak 18 April

Hampir 900 orang telah ditangkap di kampus-kampus Amerika Serikat karena demo pro-Palestina

Baca Selengkapnya

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

17 jam lalu

AS Dilaporkan Turun Tangan Cegah ICC Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Amerika Serikat berupaya mencegah dikeluarkannya surat perintah penangkapan ICC terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu atas serangan di Gaza

Baca Selengkapnya

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

1 hari lalu

Rangkuman Poin Kehadiran Sri Mulyani di Forum IMF-World Bank

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan terdapat tiga hal utama dari pertemuan tersebut, yaitu outlook dan risiko ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

1 hari lalu

Virus Flu Burung di AS, Para Pakar: Epidemi Telah Berlangsung Lama

FDA memergoki temuan satu dari lima sampel susu komersial yang diuji dalam survei nasional mengandung partikel virus H5N1atau virus Flu Burung

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

1 hari lalu

Fakta-fakta TikTok Dilarang di Amerika Serikat

ByteDance selaku perusahaan pemilik TikTok memilih untuk menutup aplikasinya di Amerika yang merugi.

Baca Selengkapnya

Mahmoud Abbas; Hanya Amerika Serikat yang Bisa Hentikan Israel

1 hari lalu

Mahmoud Abbas; Hanya Amerika Serikat yang Bisa Hentikan Israel

Mahmoud Abbas dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia menyatakan hanya Amerika Serikat yang mampu menghentikan Israel

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

1 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya