Heboh Kendi Antariksa, 500 Ribu Sampah Langit Mengancam Bumi

Reporter

Kamis, 20 Juli 2017 16:40 WIB

Orbit sampah antariksa (debris). (Wikipedia Commons)

TEMPO.CO, Bandung - Tak hanya kendi antariksa, peneliti LAPAN Tiar Dani menyatakan, ada 500 ribu sampah langit yang siap jatuh ke bumi. Jumlah tersebut belum ditambah dengan satelit luar angkasa yang sekarang ini sebanyak 1.400 unit.

Satelit ini akan menjadi sampah di orbit bumi kalau rusak atau saat sudah tidak digunakan. "Mayoritas milik Amerika Serikat," kata Tiar, 38 tahun, peneliti astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu, kepada Tempo, Rabu, 19 Juli 2017.

Baca: Selain Kendi Antariksa, Warga Juga Temukan Benda Langit Ini


Kendi antariksa yang jatuh di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. (kabarpolisi.com)

Mengutip Nort American Aerospace Defence Command (NOAA), Tiar menjelaskan, sampah berukuran 10 sentimeter ada sekitar 20-25 ribu potong. Wujud lainnya, kata dia, berbentuk satelit utuh.

Tiar menjelaskan, bekas satelit yang sudah tidak terpakai di antariksa berpotensi bertabrakan dengan sesama bekas satelit. Juga, kata dia, bisa menjadi ancaman serius bagi satelit aktif dan Stasius Antariksa Internasional (ISS).

Baca: Benda Mirip Kendi Antariksa Ditemukan Jatuh di Limapuluh Kota


Ilustrasi sampah antariksa. (Space.com)

Di antariksa, sampah tersebut melayah bebas. Arahnya, Tiar menjelaskan, sesuai dengan gerakan rotasi bumi yang memutar ke timur atau berlawanan dengan arah jaruh jam.

"Kecepatan sampah antariksa rata-rata tujuh kilometer per detik," kata Tiar. Kecepatan berlaku untuk semua sampah antariksa. Tak heran jika bertabrakan, pecahan materialnya bakal menjadi sampah antariksa baru dalam jumlah yang berlipat-lipat.

Baca: Sebelum Kendi Antariksa, 4 Benda Langit Ini Jatuh di Indonesia


Orbit sampah antariksa. (Wikipedia Commons)

Tiar menjelaskan, sampah antariksa tidak jatuh ke bumi setiap hari. Biasanya jatuh secara alami setelah kurun waktu 10 tahun, namun bisa lebih cepat jika ada peningkatan aktivitas matahari yang tinggi.

Salah satunya, flare dari ledakan matahari. Radiasinya akan membuat atmosfer bumi semakin padat. "Sehingga makin lama makin turun ke bumi," ujar Tiar.

Meski proses jatuhnya sampah antariksa bisa dipantau melalui aplikasi, namun menutur Tiar, lokasi jatuhnya masih sulit dipastikan. Meski begitu, sebagian besar akan jatuh ke laut ketimbang di darat.

Baca: Heboh Kendi Antariksa Jatuh di Agam, Begini Kisah Selengkapnya


Ilmuwan Universitas Stanford menciptakan robot yang bisa menarik sampah antariksa. (Stanford News Service)

Simak perkembangan berita LAPAN, kendi antariksa, dan sampah antariksa hanya di kanal Tekno Tempo.co.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

7 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

17 hari lalu

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

Seorang wanita ditemukan tewas di Apartemen Jardin, Kota Bandung, diduga dibunuh pelanggannya

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

22 hari lalu

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

Salah satu aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan bersama dengan keluarga ketika masa libur lebaranadalah berenang.

Baca Selengkapnya

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

27 hari lalu

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

Kepala Terminal Leuwipanjang Kota Bdung Asep Hidayat mengatakan, kenaikan jumlah penumpang di arus mudik Lebaran terpantau sejak H-7.

Baca Selengkapnya

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

47 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

52 hari lalu

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

Pakar ITB menengarai kemunculan monyet ekor panjang di Bandung akibat kerusakan habitat asli. Populasi mamalia itu juga tergerus karena perburuan.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

4 Maret 2024

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

Macaca Fascicularis atau di Indonesia lebih dikenal monyet ekor panjang kerap bertindak agresif pada manusia, apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

3 Maret 2024

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

Monyet turun gunung, termasuk monyet ekor panjang ini disebut-sebut menjadi pertanda akan terjadi suatu peristiwa, apa itu?

Baca Selengkapnya

4 Dugaan Sebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung Beberapa Hari Ini

29 Februari 2024

4 Dugaan Sebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung Beberapa Hari Ini

Sekelompok monyet ekor panjang berkeliaran di atap-atap rumah warga di Kota Bandung beberapa hari belakangan. Tanda bencana alam?

Baca Selengkapnya

Ketua KPPS di Kota Bandung Meninggal Usai Pemilu, Diduga Kelelahan

17 Februari 2024

Ketua KPPS di Kota Bandung Meninggal Usai Pemilu, Diduga Kelelahan

Selama pemilu, ada 345 orang petugas, termasuk KPPS yang terlibat proses pemilu mendapat pelayanan kesehatan selama pemilu berlangsung.

Baca Selengkapnya